Analisis Saham, Saham

Meskipun Merugi Sejak IPO, Harga Saham ARTO Terus Meningkat

Sumber: Jago

Ajaib.co.idPT Bank Jago Tbk (ARTO) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha perbankan. Perusahaan dengan kode saham ARTO ini didirikan pada tahun 1992 yang memiliki kegiatan usaha perbankan berupa tabungan, giro, serta deposito tetap.

Selain itu, ARTO juga menawarkan berbagai layanan pinjaman seperti pinjaman modal kerja, pinjaman investasi, serta pinjaman konsumen.

Adapun jaringan kantornya meliputi cabang dan kantor kas yang berada di beberapa wilayah di Jakarta, Tangerang, dan Bandung. Mayoritas saham ARTO saat ini dipegang oleh PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia dengan jumlah 37,65 persen kepemilikan.

Saham ARTO sendiri belum begitu lama diperdagangkan secara publik melalui bursa saham yaitu pada tahun 2016 dengan harga penawaran sebesar Rp132 per lembar saham.

Pergerakan harga saham ARTO saat ini sangat positif di mana berada jauh dari harga penawarannya di angka Rp12.150 per lembar saham, pada penutupan perdagangan Senin 31 Mei 2021.

Secara analisis teknikal tentu saham emiten ARTO sangat direkomendasikan untuk dikoleksi. Akan tetapi, bagaimana dengan kondisi fundamental perusahaan saat ini dan rencana bisnis seperti apa yang akan dilakukan ke depannya? Mari kita bedah kinerja saham ARTO.

ARTO Catatkan Kerugian di Kuartal Pertama Tahun 2021, Namun Sahamnya Justru Terus Naik

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan hingga kuartal pertama tahun 2021, ARTO membukukan kerugian mencapai Rp38 miliar yang semakin meningkat jika dibandingkan periode sama di tahun lalu sebesar Rp25 miliar. Sementara pendapatan bunga bersih naik lebih dari 200 persen menjadi Rp33,47 miliar dari periode sama di tahun 2020 sebesar Rp10,07 miliar.

Walaupun begitu, beban operasional ARTO juga mengalami peningkatan tajam menjadi Rp71 miliar di kuartal pertama tahun 2021 dari Rp35 miliar di periode sama tahun 2020. Dengan begitu, pendapatan yang direalisasikan ARTO harus tergerus menjadi kerugian.

Terlepas dari kinerja keuangan yang belum memuaskan di awal tahun ini, saham ARTO justru mengalami peningkatan hingga saat ini tembus di angka Rp12 ribuan per lembar saham.

Hal tersebut karena sejumlah aksi korporasi yang dilakukan oleh ARTO, salah satunya dengan akuisisi saham oleh berbagai investor seperti GoPay atau PT Dompet Karya Anak Bangsa milik Gojek.

Bisnis ARTO Sudah Merugi Sejak Melantai di Bursa pada Tahun 2016

Terlepas dari saham ARTO yang justru terus meningkat walaupun perseroan catatkan kerugian, bisnis ARTO memang sudah mencatatkan kerugian sejak tahun 2016. Adapun data ikhtisar keuangan yang diambil berdasarkan informasi finansial perseroan dapat dilihat seperti berikut (dalam miliar rupiah):

Laporan Laba Rugi20202019201820172016
Pendapatan bunga bersih64.644 11.50027.50129.61833.262
Beban bunga25.427 41.10939.95447.83843.898
Rugi tahun berjalan-189.567 -121.966-23.288-8.737-33.331

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa secara penjualan ARTO memang terus mengalami penurunan setiap tahunnya hingga tahun 2020, pendapatan mulai meningkat. Sementara untuk catatan kerugian terus dialami ARTO dari tahun 2016 hingga tahun 2020. Hal ini tentu disebabkan oleh beberapa faktor.

Pada tahun 2016, kerugian ARTO disebabkan oleh biaya dana atau cost of fund yang turun karena dipengaruhi oleh suku bunga deposito yang juga turun. Lalu di tahun 2017, kerugian kembali dialami perseroan karena pendapatan bunga yang turun dengan penyaluran kredit yang naik tipis. Di mana, terjadi rasio kredit bermasalah atau NPL yang disebabkan oleh sektor jasa dunia usaha dan sektor hotel serta restoran.

Di tahun 2018 dan 2019, pendapatan bunga ARTO semakin menurun dan kembali meningkatkan catatan kerugian. Perseroan masih belum mampu memberikan kinerja keuangan yang baik karena belum maksimalnya penyaluran kredit. Berlanjut ke tahun 2020, catatan kerugian ini masih terus membengkak. Padahal, di tahun tersebut pendapatan perseroan justru meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

Hal tersebut karena sejumlah pos beban justru ikut meningkat seiring dengan pendapatan yang meningkat sehingga kembali menggerus pendapatan ARTO di tahun 2020. Selain itu, jika dilihat berdasarkan rasio keuangannya memang kondisi bisnis MPPA saat ini sedang tidak sehat. Adapun data yang diambil berdasarkan ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2020 dari informasi finansial perseroan dapat dilihat seperti berikut:

Rasio2020
ROA-2,6%
ROE-6,7%
NPM-164,6%
CR-%
DER77%

Bagaimana dengan Prospek Bisnis ARTO ke Depannya Sehingga Sahamnya Layak untuk Dikoleksi?

Terlepas dari kinerja keuangan PT Bank Jago Tbk yang terus merugi dalam 5 tahun terakhir, emiten saham ARTO ini tentu sudah menyiapkan sejumlah strategi bisnis memasuki kuartal kedua di tahun ini.

Perseroan sendiri saat ini masih terus fokus mengembangkan bisnis secara organik. Selain itu, ARTO sendiri telah resmi naik kelas ke BUKU III. Di mana, modal inti hingga 31 Maret 2021 mencapai Rp7,98 triliun yang naik dari posisi akhir tahun 2020 lalu sebesar Rp1,07 triliun. 

Apalagi perseroan akan beralih menjadi bank digital setelah menyelenggarakan rights issue. Kehadiran ARTO sebagai bank digital dinilai nantinya bakal memiliki prospek menarik di masa depan. Mulai dari layanan berbasis digital, memiliki jangkauan yang luas, potensi untuk kerja sama dengan pelaku e-commerce, dan manajemen yang kompeten menjadi nilai jual bagi ARTO.

Ditambah kerja sama ARTO dengan Gojek bakal membuat perseroan masuk ke industri perbankan dengan menawarkan solusi finansial secara lengkap. Selain itu, ARTO ke depannya juga akan membuka peluang untuk terus melakukan kerja sama dengan pelaku e-commerce lainnya. Hal tersebut melihat demografi Indonesia saat ini, di mana mayoritas diisi oleh generasi muda yaitu Gen X, millennial, dan Gen Z.

Hal tersebut bakal menjadi katalis positif untuk ARTO karena kelompok tersebut yang cenderung memilih perbankan baru yang hadir dengan layanan  mudah, praktis, dan gratis.

Untuk melancarkan sejumlah rencana peralihan perbankan digital, maka sebelumnya perseroan sudah melakukan aksi korporasi yaitu right issue yang sekitar 97 persen perolehan dana digunakan untuk ekspansi bisnis, 2 persen untuk pengembangan TI, dan 1 persennya untuk sumber daya manusia.

Hal ini nantinya menjadi strategi jangka panjang perseroan dalam melakukan kolaborasi kepada pihak-pihak yang berada di ekosistem digital.

Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.

Artikel Terkait