Analisis Saham, Saham

Bedah Saham BKSW, Si Kuda Hitam Bank Digital

Ajaib.co.id – Bank QNB Kesawan dengan kode saham BKSW adalah anak perusahaan dari Qatar National Bank (QNB Group) yang berdiri pada tahun 1964 sebagai bank umum milik negara pertama di Qatar. Sebelum diakuisisi oleh QNB Group, Bank QNB yang berdiri pada tahun 1913 bernama N.V Chungwha Shangyeh Maatschappij (The Chinese Trading Company Limited) dan sudah beberapa kali berganti nama. Saat ini Bank QNB memiliki 1 kantor pusat non-operasional, 15 kantor cabang, dan 34 kantor cabang pembantu di seluruh Indonesia.

Saham BKSW memperoleh pernyataan efektif pada 31 Oktober 2002 untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BKSW (IPO) kepada masyarakat sebesar 78.800.000 dengan nilai nominal Rp250/lembar saham dan disertai 118.200.000. Kepemilikan saham BKWS dikendalikan oleh QNB Group melalui Qatar National Bank Q.P.S.C (Qatari Public Shareholding Company) sebesar 92,48 dan masyarakat 7,52%.

Sejak 4 tahun terakhir, perusahaan membukukan kinerja keuangan yang buruk, bahkan pendapatannya sejak 2017 tercatat terus merosot. Namun, dengan adanya sentimen transformasi bank digital, saham BKSW mencoba mengambil kesempatan tersebut. Lantas, apakah sahamnya masih layak untuk dikoleksi? Apakah aspek fundamental lainnya masih bisa menjadi pertimbangan? Temukan jawabannya di bedah saham BKWS di bawah ini.

Dua Kali Kena Suspensi

Saham BKSW menjadi salah satu emiten yang mendapatkan UMA dari BEI lantaran terjadingan peningkatan harga kumulatif yang signifikan padal awal Maret 2021. Pada Maret (2/321), tercatat saham BKSW naik 34,62% ke level Rp210. Hal ini membuat BEI memutuskan untuk menyetop perdagangan saham BKSW dengan tujuan memberikan waktu yang memadai agar pelaku pasar bisa mempertimbangkan keputusan investasi.

Pada Maret, (5/3/21), kembali membuka suspensi atas perdagangan saham BKSW. Namun, di hari yang sama, harga saham Bank QNB tercatat naik signikan lagi ke level Rp318 atau meroket 21,37%. Total kenaikan harga saham BKSW mencapai 103,85% dalam sepekan dan 224,29% dalam sebulan. BEI pun kembali menghentikan perdagangan saham BKSW per Maret, (8/3/21) hingga pengumuman lebih lanjut.

Kinerja Perusahaan Lesu di 2020

Bank QNB Indonesia menjadi salah satu emiten bank yang kinerjanya di tahun 2020 terdampak pandemi. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, tercatat rugi bersih secara yoy melonjak dari Rp35,6 miliar menjadi Rp662 miliar, naik 1758%. Penyebabnya naiknya rugi bersih dipicu oleh meningkatnya kerugian penurunan nilai aset keuangan (impairment).

Total penyaluran kredit saham BKSW sepanjang 9M 2020 juga merosot ke angka Rp12,6 triliun dibandingkan di periode sebelumnya sebesar Rp14 triliun. Turunnya penyaluran kredit menyebabkan penurunan pendapatan bunga bersih yang signikan mencapai 33% ke Rp201 miliar dari yang sebelumnya sebesar Rp301 miliar. Pada pos CKPN, angkanya naik tajam ke Rp549 miliar dari Rp59 miliar di Q3 tahun 2019.

Di bawah ini adalah laporan kinerja laba BKSW (dalam Rp miliar)

Komponen Laba September 2020 September 2019
Pendapatan Bunga Bersih 201 301
Rugi Bersih 662 35,6
DPK 1008 1007
CKPN 549 59

Beralih ke rasio keuangannya, saham BKSW ustru mencatatkan angka yang negatif pada ROE dan ROA, yaitu negatif 30,87% dan negatif 3,82%, merosot signifikan dibandingkan tahun 2019. Ini memberikan sinyal bahwa perusahaan tidak bisa menghasilkan keuntungan dari bisnisnya sepanjang 9M 2020.

NIM saham BKSW tercatat terus menipis ke 1,63% dibandingkan tahun lalu di 2,51%. Angka NIM single digit mengindikasikan perusahaan tidak bisa menghasilkan keuntungan dari selisih pendapatan bunga. Selain itu, loan to funding ratio (LDR) perusahaan berada di level 80,65%, turun dari 87,74% di tahun lalu.

Rasio BOPO perusahaan tercatat naik dari 103,14% di tahun lalu menjadi 158,29%, yang berarti perusahaan tidak efisien dalam mengelola bisnis karena biaya operasional perusahaan lebih besar dibandingkan pendapatan operasionalnya. Sementara, Liquidity Coverage Ratio (LCR) perusahaan naik dari 118,02% ke 161,77% Q3 2020 dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) nya naik ke 113,55% dari tahun sebelumnya sebesar 107,19%. Sebagai informasi, LCR adalah rasio yang mengukur likuiditas jangka pendek, sementara NSFR yang mengukur likuiditas jangka panjang.

Rasio September 2020 September 2019
ROA -3,82 -0,22%
ROE -30,87 -1,30%
NIM 1,63% 2,51%
LDR 80,65% 87,74%
LCR 161,77% 118,02%
BOPO 158,29% 103,14%
NPL 7,02% 4,65%
NPL Net 4,10% 3,43%

Bagaimana Prospek Bisnis BKSW Di Tahun 2021?

Saham BKSW baru saja memenuhi kewaijban modal inti minimum Rp3 triliun yang diterapkan pada tahun 2022 yang bertujuan memperkuat fundamental perusahaan. Pemenuhan kewajiban tersebut dilakukan lebih cepat melalui penyuntikan modal oleh QNB Group sebesar USD$ 30 juta atau setara dengan Rp442 miliar. Dengan adanya penambahan modal tersebut, modal ini saham BKSW menjadi Rp3,2 triliun per akhir Desember 2020.

Terkait strategi di tahun ini, perusahaan tidak memiliki rencana melakukan perubahan strategi. Bank QNB berkomitmen mengembangkan produk dan layanan yang yang memanfaatkan teknologi melalui inovasi digital, misalnya QNB Indonesia mobile banking yang baru dengan registrasi mandiri (self registration) dan fitur transaksi valuta asing.

BKSW juga akan melakukan kemitraan dengan perusahaan fintech untuk mengambangkan produk dan layanan baru, seperti produk pinjaman digital. Rencana ini sejalan dengan visi BKSW yang menghadirkan produk dan layanan digital di segmen korporasi dan dan ritel mass affluent.

Meskipun peluang bank digital terbuka lebar, Bank QNB Indonesia harus berbagai rintangan untuk bisa dipercaya masyarakat luas sebagai bank digital, di antaranya persaingan ketat bank mini yang bergerak ke arah digital, seperti Bank Jago, Bank Amar, dan Bank Neo Commerce, serta masih kecilnya indeks literasi finansial masyarakat indonesia. Untuk itu, saham BKSW harus menawarkan sesuatu yang lebih dibandingkan kompetitornya selagi memberikan edukasi finansial ke masyarakat.

Berdasarkan data RTI, Rabu (17/3/21), PER saham BKSW -7,36x, sedangkan PBV nya 1.90x. Jika mengacu kepada angka ideal PER dan PBV saham murah, PER dan PBV saham BKSW masih dianggap murah, tetapi jika melihat kinerja keuangannya beberapa tahun terakhir dan tidak mampunya perusahaan menghasilkan keuntungan, mengindikasikan investor harus waspada jika memutuskan masuk ke saham BKSW. Jika memang tertarik dengan pertumbuhan bank digital, sebaiknya investor mempertimbangkan bank digital lain yang kinerja keuangannya lebih baik.

Tertarik ingin membeli saham di emiten bank digital seperti saham BKSW? Yuk mulai transaksi saham pertamamu di Ajaib. Mulai dari Rp100 ribu, kamu sudah bisa memulai investasi dengan mudah, cepat, dan aman!

Artikel Terkait