Ajaib.co.id – Mendengar kata utang, mungkin sebagian orang akan berusaha untuk menjauhinya. Namun, bagi suatu negara terutama yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi nasional berutang menjadi salah satu tindakan ekonomi yang harus dilakukan. Tidak dipungkiri semakin lama utang negara Indonesia semakin meningkat. Tentu setiap tindakan memiliki berbagai macam konsekuensi.
Indonesia dianugerahi oleh sumber daya alam melimpah. Sayangnya, hal itu tidak didukung oleh sumber daya manusia dan sumber daya ekonomi yang produktif. Apalagi masih relatif lemahnya kemampuan swasta berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi, mengharuskan pemerintah mengambil peran sebagai motor penggerak perkembangan ekonomi nasional. Akibatnya, pemerintah harus mendatangkan sumber ekonomi dari negara lain.
Di tahun 2021 ini saja, utang luar negeri (ULN) Indonesia naik cukup signifikan mengingat imbas pandemi global. Tercatat ULN Indonesia dari data Bank Indonesia menembus angka US$422,6 miliar atau setara Rp6.164,46 triliun (kurs Rp14.500 per dolar AS) per akhir Februari 2021. Utang tersebut naik 4 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya yang mencapai 2,7 persen (yoy).
Peningkatan utang negara Indonesia dari luar negeri tersebut didorong oleh utang pemerintah dan juga swasta. Terus meningkatnya ULN pemerintah seiring dengan upaya untuk penanganan dampak pandemi COVID-19 disertai program vaksinasi dan bantuan sosial pada kuartal I-2021.
Pengelolaan Utang Luar Negeri
utang negara Indonesia yang semakin dalam dua tahun terakhir dan dibarengi dengan pandemi COVID-19 perlu dikelola secara terukur dan berhati-hati. Pada 2021 ini utang luar negeri diprioritaskan untuk belanja di sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial sebesar 17,7 persen dari total ULN.
Tak hanya itu, 17,2 persen yang diambil dari total ULN pemerintah digunakan untuk sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Adapun sektor pendidikan mendapat anggaran dari ULN sebesar 16,3 persen, sektor konstruksi 15,3 persen, serta jasa keuangan dan asuransi 12,7 persen.
Meski mengalami peningkatan, BI menyatakan bahwa utang negara Indonesia pada Februari 2021 masih terkendali yang tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di angka 39,7 persen.
Utang Luar Negeri Sumber Pembiayaan Pembangunan Nasional
Tak dipungkiri bahwa utang luar negeri menjadi salah satu sumber pembiayaan untuk pembangunan nasional. Indonesia memang punya kekayaan alam berlimpah, tapi itu masih bersifat potensial yang artinya belum dapat didayagunakan secara maksimal. Sementara sumber manusianya yang banyak belum mampu sepenuhnya dipersiapkan, baik dari segi pendidikan maupun keterampilannya untuk jadi pelaku pembangunan yang berkualitas dan punya produktivitas tinggi.
Di satu sisi, pembangunan nasional membutuhkan sumber daya modal sebagai katalisator supaya pembangunan ekonomi dapat berjalan baik dan berkelanjutan. Minimnya sumber daya modal ini jadi kendala utama bagi negara-negara berkembang tak terkecuali Indonesia. Beberapa penyebabnya adalah:
- Pendapatan per kapita penduduknya masih relatif rendah sehingga tingkat marginal propensity to save, dan pendapatan pemerintah dari sektor pajak khususnya penghasilan ikut rendah.
- Sektor perbankan nasional masih tergolong lemah yang menyebabkan dana dari masyarakat tidak mampu diberdayakan secara produktif dan efisien guna menunjang pengembangan usaha.
- Pasar modal yang kurang berkembang jadi penyebab tingkat kapitalisasi pasar rendah sehingga banyak perusahaan kesulitan memperoleh dana tambahan untuk berekspansi.
Mengingat sumber daya modal domestik yang terbatas, sudah pasti tidak akan mampu diandalkan untuk mendukung tingkat pertumbuhan pengeluaran nasional yang tinggi.
Oleh karena itu salah satu solusi yang dinilai mampu mengatasi rendahnya mobilisasi modal dalam negeri yaitu dengan menarik pinjaman dari luar negeri. Di banyak negara berkembang, modal asing seakan-akan dianggap sebagai modal pembangunan yang bisa diandalkan setiap saat walaupun tidak semua negara bisa mendapatkan seperti diinginkan.
Maka tak heran jika pada akhirnya beberapa negara termasuk Indonesia berlomba untuk bisa menarik pinjaman modal asing sebanyak-banyaknya. Caranya yakni dengan menawarkan berbagai fasilitas yang menguntungkan bagi investor dan kreditur. Di Indonesia sendiri penyediaan fasilitas tersebut tertuang dalam Undang-Undang Cipta Kerja atau Omnibus Law.
utang negara Indonesia yang masuk dari luar negeri didapat dari beberapa negara, diantaranya yaitu:
- China US$20,836 miliar atau Rp305 triliun (kurs Rp14,616 per dolar)
- Jepang US$28,556 miliar atau Rp418 triliun
- Amerika Serikat US$32,043 miliar atau Rp469 triliun
- Hong Kong US$12,861 miliar atau Rp188 triliun
- Singapura US$67,658 miliar atau Rp990 triliun
Wajar jika utang negara Indonesia semakin meningkat, mengingat peran pemerintah masih jadi penggerak utama perekonomian sehingga perlu modal untuk membangun sarana dan prasarana.
Di samping itu, pemerintah sebetulnya bisa mengajak para pelaku usaha mikro (UMKM) dalam memobilisasi pendapatan negara untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Menjalin kerja sama dan kepercayaan harus jadi prioritas utama agar sumber daya modal domestik bisa digunakan untuk menyeimbangkan kemampuan finansial pemerintah dalam pembiayaan pembangunan.
Dampak Utang Luar Negeri Terhadap Bagi Perekonomian Indonesia
Dalam jangka pendek utang negara Indonesia yang didapat dari luar negeri dapat menutupi defisit APBN. Hal ini lebih baik ketimbang harus defisit APBN karena pemerintah harus menutupinya dengan melakukan pencetakan uang baru dan ini butuh modal relatif besar jika tidak disertai efek peningkatan harga umum (inflationary effect) yang tinggi.
Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi berarti pendapatan nasional meningkat. Selanjutnya pendapatan per kapita masyarakat pun ikut meningkat, apabila tingkat pertumbuhan jumlah penduduk tidak lebih tinggi. Dengan begitu masyarakat pun akan semakin makmur.
Sementara dalam jangka panjang, utang negara Indonesia dari luar negeri bisa menimbulkan masalah ekonomi nasional, salah satunya adalah bisa jadi penyebabnya lemahnya nilai tukar rupiah. Selain itu, utang luar negeri juga harus dibayarkan beserta bunganya dan ini jadi beban ekonomi yang harus diterima rakyat.
Masalah lainnya, yakni adanya beban psikologis politis akibat ketergantungan bantuan dari asing.