Investasi, Saham

Tuah SWF atau Lembaga Pengelola Investasi Untuk Siapa?

Sumber: Pexels

Ajaib.co.id – SWF atau Sovereign Wealth Fund yang menjadi bahan diskusi publik sejak awal tahun lalu, akhirnya terbentuk dan beroperasi di Indonesia. Digadang-gadang menjadi pintu masuk investasi ke Indonesia, sebenarnya seperti apa peran dan fungsi lembaga dan apa keuntungannya buat investor?

Setelah sekitar 1 tahun menjadi wacana di masyarakat Indonesia dan investor, Pemerintah akhirnya resmi membentuk Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia pada awal 2021 melalui Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2020. Mulai 16 Februari 2021, lembaga ini sudah beroperasi setelah Presiden Joko Widodo mengumumkan jajaran pengurus pilihannya.

SWF Indonesia ini kemudian diberi nama Indonesia Investment Authority (INA). Nama Ridha Wirakusumah mengisi posisi puncak lembaga ini sebagai CEO. Sebelumnya dia lebih dikenal sebagai bankir kawakan yang sudah malang melintang di dunia perbankan. Jabatan terakhirnya adalah CEO Bank Permata.

Proyeksi Sovereign Wealth Fund

Dikutip dari Kontan.co.id, dia mengatakan bahwa lembaga ini akan mengutamakan untuk menggandeng investor menyuntikkan dananya pada sektor jalan tol di periode awal berjalan. Menurutnya menilai sektor ini memiliki multiplier effect yang besar dan membutuhkan pembiayaan yang besar.

Senada, sebelumnya Menteri BUMN Erick Thohir juga telah mengatakan bahwa SWF yang dibentuk pemerintah ini berbeda dengan lembaga serupa di negara-negara tetangga. Lembaga ini ditujukan secara khusus untuk memuluskan keinginan pemerintah mempercepat investasi. Caranya adalah INA akan mengedepankan kerja sama dengan mitra, bukan dengan cara berutang.

Utang dan infrastruktur memang telah lama menjadi salah masalah yang dihadapi pemerintah Indonesia di rezim Jokowi. Keinginan pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur acap kali membuat BUMN karya harus menumpuk utang untuk memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur.

Masalah kerap muncul saat BUMN karya kesulitan menyeimbangkan cash flow karena pendanaan tersendat, baik dari pembayaran proyek ataupun rencana divestasi proyek terkait. 

Namun, kini pemerintah optimistis dapat mengurai masalah tersebut dengan tangan SWF. Tak heran, pemerintah juga cukup berani menggelontorkan modal sebesar Rp75 triliun untuk SWF. Dari jumlah itu, penempatan modal pertama dari pemerintah ditetapkan sebesar Rp15 triliun.

Dalam jangka panjang, pemerintah berharap lembaga ini akan berperan besar dalam memperbaiki iklim investasi dalam negeri. Adapun, aktivitas investasi yang akan dilakukan SWF Indonesia ke depannya akan meliputi penempatan dana dalam instrumen keuangan, pengelolaan aset, kerja sama dengan pihak lain termasuk entitas dana perwalian trust fund, memberikan dan menerima pinjaman, hingga menatausahakan aset menganggur milik negara.

Kehadiran SWF ini juga membuat para pelaku pasar modal cukup optimistis. Hal ini terlihat dari menghijaunya saham-saham BUMN karya pada hari pertama jajaran pengurus SWF ditetapkan dan diumumkan oleh pemerintah. Namun, dalam jangka panjang, sebenarnya emiten mana sih yang paling akan diuntungkan?

Sektor Paling Diuntungkan Dengan Keberadaan SWF 

Salah sektor yang paling diuntungkan tentunya adalah infrastruktur, termasuk untuk emiten-emiten BUMN karya. CEO INA Ridha Wirakusumah telah menyebut bahwa sektor ini memiliki potensi yang paling besar mendapat kucuran pendanaan. Pasalnya, gap kemampuan pemerintah dan kebutuhan pendanaannya cukup besar, sekitar US$245 miliar dalam jangka panjang.

Menurutnya, saat ini terdapat sekitar 34 aset jalan tol, 4 proyek bandara, dan 4 proyek pelabuhan yang akan ditawarkan INA kepada para calon pemberi dana ataupun mitra kerja sama. BUMN karya yang selama ini hanya mengandalkan pendanaan dari surat utang ataupun perbankan, kini dapat memanfaatkan peluang pendanaan dari investor melalui INA.

Proyek jalan tol tersebut terdiri atas 14 proyek tol milik PT Waskita Karya Tbk. (WSKT), 15 tol PT Jasa Marga Tbk. (JSMR), dan 5 tol milik PT Hutama Karya. Di luar proyek-proyek infrastruktur seperti ini, Ridha juga mengatakan ada beberapa sektor lain yang akan menjadi prioritas pendanaan INA ke depannya, seperti logistik, healthcare, energi baru terbarukan, waste management, konsumer, teknologi, hingga pariwisata.

Dengan fokus ke sektor infrastruktur banyak pihak yang merekomendasikan saham-saham BUMN karya. Bahkan, sebelum SWF resmi didirikan sekalipun, pasar sudah lebih awal mengapresiasi saham-saham BUMN karya. Sayangnya, hal ini pula yang membuat beberapa analis, khususnya dari luar negeri, justru tidak terlalu merekomendasikan saham-saham BUMN karya.

Dikutip dari dari CNBCIndonesia.com misalnya, salah satu analis Bob Setiadi memberikan rekomendasi jual untuk tiga dari empat saham BUMN karya. Salah satu alasan utamanya adalah akibat harga saham-saham emiten BUMN Karya yang sudah naik terlalu tinggi pada tahun lalu.

Harga saham kontraktor BUMN sudah naik ratusan persen pada kuartal terakhir 2020. Pengereknya adalah masuknya para investor ritel yang membuat harga saham ini melaju jauh lebih kencang daripada fundamentalnya. Selain itu, dia juga memperkirakan pertumbuhan siklus kontrak BUMN karya hanya akan tumbuh moderat pada tahun ini di kisaran 15%.

Sementara itu, Analis lainnya, Henry Wibowo, mengatakan bahwa meski SWF pada akhirnya akan membawa dampak positif kepada sektor infrastruktur, menurutnya BUMN Karya bukanlah yang akan diuntungkan paling pertama. Pasalnya, emiten-emiten ini masih punya setumpuk masalah yang perlu diurai terlebih dahulu, seperti proyeksi kontrak yang masih moderat, hingga masalah arus kas.

Oleh karena itu, menurutnya, SWF justru akan lebih dulu memberi dampak positif kepada emiten-emiten operator jalan tol seperti PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) dan emiten di sektor semen, seperti PT indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR).

Nah, kalau berdasarkan analisis Anda, emiten mana sih yang sebenarnya akan paling diuntungkan oleh kehadiran SWF? Apakah emiten konstruksi, jalan tol, emiten semen, atau sektor lainnya?

Tentunya Anda memiliki penilaian dan analisis sendiri untuk menentukan emiten mana yang layak menjadi bagian portofolio investasi Anda. Dan yang terpenting, jangan sampai salah memilih platform terbaik investasi saham dan reksa dana, Anda!

Aplikasi Ajaib yang saat ini sudah mendapatkan pengawasan dan izin dari OJK menjadi platform terbaik yang dapat Anda gunakan untuk memulai investasi saham dan reksadana. Berbagai fitur yang ada akan membantu Anda bertransaksi di pasar saham dengan lebih mudah. Selain itu, biaya transaksi yang ditawarkan juga menjadi salah satu yang terendah di Indonesia! Ayo, segera mulai investasi di Ajaib!

Sumber: Ada SWF, Begini Analisa Broker Asing untuk Saham Konstruksi, CEO INA Bocorkan Sektor yang Dapat Aliran Investasi SWF Paling Besar, Pemerintah Resmi Bentuk Sovereign Wealth Fund (SWF), Yuk Cek Faktanya!, dan Soal Efek SWF, J.P. Morgan: Emiten Tol dan Semen Lebih Unggul, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait