Ajaib.co.id – Pada bulan Juni 2021, Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan status Unusual Market Activity (UMA) kepada saham PT Multipolar Technology. Penghentian sementara alias suspend yang dilakukan terhadap perdagangan saham MLPT terjadi sehubungan dengan peningkatan harga yang signifikan pada saham MLPT.
BEI menyatakan bahwa suspensi diberlakukan untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang atas investasi di saham MLPT. Sejauh ini bisnis data center memang tengah menjadi pertimbangan bagi emiten untuk menjalin kemitraan.
Namun terlepas dari sentimen kerjasama dalam bisnis data center, MLPT memang menarik untuk disimak. Berikut bedah saham MLPT yang bisa kamu jadikan bahan pertimbangan.
Profil Perusahaan
PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) adalah perusahaan penyedia layanan teknologi informasi terpadu yang melaksanakan kegiatan usahanya bersama dengan entitas anak. Produk dan layanannya termasuk perangkat keras dan perangkat pendukung, IT sourcing, jasa konsultasi teknologi serta layanan alih daya pengelolaan Teknologi Informasi (TI) dan perangkat lunak.
Multipolar adalah mitra terpercaya di Indonesia untuk Cisco, F5, Google, HPE, IBM, Lenovo, Microsoft, NCR, Nutanix, Oracle, Vmware. Multipolar sejak tahun 1975 telah memberikan pelayanan TI untuk sektor perbankan terkemuka (bank pemerintah, BPD, bank swasta) dan institusi finansial lainnya seperti perusahaan telekomunikasi, rumah sakit, dan lembaga pendidikan.
Anak perusahaannya termasuk PT Visionet Data Internasional, yang bergerak di bidang outsourcing IT dan PT Graha Teknologi Nusantara, yang bergerak dalam penyediaan layanan data center.
Multipolar baru melaksanakan IPO di papan utama bursa pada 8 Juli 2013 dengan kode saham MLPT. Dengan jumlah saham beredar sebesar 1.875.000.000 lembar di harga Rp3.010 per saham, maka kapitalisasi pasarnya adalah Rp5,64 Triliun.
Kinerja Pada Laporan Keuangan Terakhir
(Jutaan Rp) | 2Q21 | 2Q20 | Perubahan |
Pendapatan | 1.201.338 | 1.156.361 | 3,89% |
Laba Kotor | 186.328 | 165.337 | 12,70% |
Laba Usaha | 110.210 | 96.460 | 14,25% |
Laba Bersih | 82.061 | 74.201 | 10,59% |
Laporan keuangan terakhir yang disampaikan adalah yang dirilis pada Kuartal 1-2021. Selama tiga bulan pertama di tahun 2021 ini total pendapatan mencapai Rp 1,2 triliun, lebih tinggi 3,89% dari yang dicapainya di kuartal 1-2020.
Pendapatan utama emiten berasal dari divisi perangkat keras dan perangkat pendukungnya, jasa teknologi, IT Outsourcing, Software, dan lainnya. MLPT memang telah menguasai sebagian besar dari pangsa pasarnya sendiri.
Setelah dikurangi beban pokok pendapatan, laba kotor emiten meningkat 12,70%. Emiten kemudian mengeluarkan lebih sedikit untuk beban pokok pendapatannya alhasil laba kotornya di Kuartal 2-2021 lebih besar 12,7% dibandingkan periode yang sama di 2020.
Kemudian setelah dikurangi beban usaha dan beban administrasi, laba usaha didapat. Adapun laba usaha naik 14,25% meski di upper line hanya meningkat 3,89% saja. Peningkatan laba usaha yang melebihi peningkatan pendapatan menandakan adanya efisiensi dalam beban usaha.
Setelah dikurangi pajak dan lainnya, di bottom line emiten berhasil membukukan laba bersih Rp82 miliar atau meningkat 10,59% dari yang diraihnya di kuartal 2-2020 yang hanya sebesar Rp74,2 miliar.
2Q21 | 2Q20 | |
GPM | 15,51% | 14,30% |
OPM | 9,17% | 8,34% |
NPM | 6,83% | 6,42% |
Efisiensi telah nampak pada penghematan beban-beban. MLPT memang sudah semestinya melakukannya karena emiten menghabiskan sekitar 85% dari pendapatannya untuk beban pokok pendapatan.
Jika kamu membandingkan laba kotor dengan total pendapatan maka kamu akan dapati bahwa laba kotor yang diterima emiten hanya 15,51% dari total penjualannya. Ini sudah lebih baik karena sebelumnya di kuartal 2-2020 marjin laba kotor emiten hanya 14,30%.
Karena emiten berhasil berhemat di beban pokok pendapatan, selanjutnya marjin laba usaha dan marjin laba bersih juga meningkat dibandingkan yang dicapai emiten di periode yang sama tahun 2020. Sejauh ini emiten memang sangat baik dalam hal operasional dan administrasi bisnisnya.
(Jutaan Rp) | 2Q21 | 2Q20 | Perubahan |
Aset | 2.296.197 | 2.336.879 | -1,74% |
Liabilitas | 1.550.540 | 1.544.440 | 0,39% |
Beban Keuangan | 8.409 | 7.503 | 12,08% |
Ekuitas | 745.657 | 792.439 | -5,90% |
Selanjutnya adalah tentang neraca emiten yang menunjukkan posisi keuangan emiten. Adapun total aset di Kuartal 2-2021 turun dengan selisih tipis saja yakni 1,74% menjadi Rp2,29 triliun. Emiten juga diketahui telah menambah total liabilitasnya menjadi Rp1,55 triliun dari sebelumnya Rp1,54 triliun.
Peningkatan liabilitas sebesar 0,39% ini rupanya telah menyebabkan peningkatan beban keuangan alias bunga utang sebesar 12% dari yang semula hanya Rp7,5 miliar menjadi Rp8,4 miliar di Kuartal 2-2021 ini.
Riwayat Kinerja
(Jutaan Rp) | Pendapatan | Laba Kotor | Laba Usaha | Laba Bersih |
2017 | 2.140.620 | 270.656 | 117.589 | 100.033 |
2018 | 2.435.494 | 237.620 | 108.371 | 84.419 |
2019 | 2.455.526 | 352.898 | 174.239 | 125.178 |
2020 | 2.685.797 | 371.573 | 226.903 | 160.646 |
CAGR | 7,86% | 11,44% | 24,50% | 17,11% |
Setiap tahunnya pendapatan emiten naik sebesar rata-rata 7,86% per tahun. Terakhir di tahun 2020 pendapatan emiten adalah Rp2,68 triliun, naik sekitar Rp200-an miliar dibandingkan pencapaian pendapatannya di tahun 2019.
Yang menarik ada di bagian di mana pertumbuhan laba kotor lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pendapatan. Adapun laba kotor bertumbuh rata-rata sebesar 11,44% setiap tahunnya, lebih tinggi dari pertumbuhan pendapatan yang sebesar 7,86%. Ini menandakan adanya efisiensi yang baik dalam pembayaran beban pokok pendapatan.
Efisiensi rupanya juga dilakukan pada beban usaha dan administrasi. Laba usaha setiap tahunnya bertumbuh rata-rata sebesar 24,5%. Setelah dikurangi pajak dan beban lain-lain emiten mampu membukukan laba bersih dengan pertumbuhan sebesar 17,11% per tahun. Per tahun 2020 laba bersih emiten adalah sebesar Rp160,6 miliar.
Berikut informasi marjin laba yang menggambarkan berapa banyak yang dapat dinikmati dari perolehan yang diraih.
GPM | OPM | NPM | |
2017 | 12,64% | 5,49% | 4,67% |
2018 | 9,76% | 4,45% | 3,47% |
2019 | 14,37% | 7,10% | 5,10% |
2020 | 13,83% | 8,45% | 5,98% |
Perusahaan IT seperti Multipolar ternyata setiap tahunnya menyisihkan beban pokok pendapatan yang sangat besar. Hingga 85-90% dari pendapatan ternyata dihabiskan untuk bahan baku, bahkan di tahun 2018 laba kotor yang tersisa hanya 9,76% dari total pendapatan.
Namun setelahnya marjin laba kotor naik ke angka belasan persen lagi. Emiten melakukan efisiensi dengan sangat baik bahkan di level administrasi bisnisnya juga.
Marjin laba usaha dari tahun ke tahun sejak 2018 terus meningkat. Di 2020 kita mendapati laba usaha MLPT adalah sebesar 8,45% dari total pendapatannya.
Semakin besar marjin laba usaha berdampak pada semakin besar pula marjin laba bersih. Di tahun 2020 marjin laba bersih yang bisa disisihkan emiten adalah 5,98% yang mana paling besar dari tahun-tahun sebelumnya.
(Jutaan Rp) | Aset | Liabilitas | Ekuitas |
2017 | 1.870.716 | 993.174 | 877.542 |
2018 | 2.059.020 | 1.147.669 | 911.351 |
2019 | 2.106.286 | 1.127.712 | 978.574 |
2020 | 2.417.802 | 1.535.779 | 882.023 |
CAGR | 8,93% | 15,64% | 0,17% |
Nah, meski emiten telah menerapkan efisiensi yang sangat baik namun ternyata marjin labanya masih terlalu kecil, tahu dari mana kak?
Kamu coba perhatikan pertumbuhan liabilitas dari tahun ke tahun yang lebih besar dari pertumbuhan pendapatan dan aset. Hal tersebut menandakan bahwa emiten meski penjualannya bagus dan efisien dalam menghemat beban-beban namun marjin labanya masih terlalu sedikit sehingga untuk mendukung operasional maka emiten mesti mengajukan utang terus menerus.
DER | Current Ratio | |
2017 | 113,18% | 145,22% |
2018 | 125,93% | 1355,32% |
2019 | 115,24% | 127,32% |
2020 | 174,12% | 118,46% |
Kamu bisa perhatikan bahwa rasio utang per ekuitas emiten selalu di atas 100% alias selalu melebihi ekuitasnya. Apakah ini berbahaya? Keadaan ini baru akan berbahaya bila operasional tiba-tiba terhenti dan menyebabkan pembayaran cicilan utang terhenti.
Kesimpulan
MLPT adalah emiten penyedia produk dan layanan IT dengan kegiatan penjualan yang cukup baik, bertumbuh rata-rata 7,86% setiap tahun. Tak mengindahkan krisis tahun 2018, pandemi di 2020, MLPT seolah tak terdampak penjualan terus meningkat.
Emiten juga efisien dalam hal mengelola beban-bebannya. Dari tahun ke tahun emiten pandai dalam berhemat dan menyisihkan marjin laba yang semakin lama semakin besar. Di akhir tahun 2020 marjin laba emiten ada di 5,98%, paling besar dari yang diperolehnya sejauh ini.
Akan tetapi semua itu masih belum cukup, emiten setiap tahunnya mengajukan tambahan utang dengan pertumbuhan 15,64% per tahun. Pertumbuhan utang emiten lebih tinggi dari pertumbuhan aset dan pertumbuhan pendapatan. Ini adalah sinyal bahwa marjin laba emiten masih terlalu tipis sehingga untuk mendukungnya beroperasional emiten harus mengajukan tambahan pembiayaan lagi setiap tahun.
Jadi, apakah MLPT ini layak koleksi? Tentu saja, kualitas manajemen yang jempolan dalam meracik produk dan melakukan efisiensi membuat MLPT layak koleksi. Mengenai marjin labanya yang tipis, dengan trend pertumbuhan marjin laba yang baik maka kita bisa berharap bahwa ke depannya emiten mampu menemukan jalan untuk mendongkrak marjin laba supaya bisa lebih tebal lagi.
Sejauh ini emiten berada pada kualitas baik, namun bukan sangat baik. Overall, emiten ini masih layak untuk dikoleksi karena kualitas manajemennya yang top markotop.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.