

Ajaib.co.id – Sebagai legenda IT Indonesia Toto Sugiri memang sudah tak diragukan lagi kiprahnya. Dua IPO besutannya pun laris manis di pasar saham. DCII dan EDGE adalah dua dari banyak perusahaan teknologi binaannya yang IPO di awal tahun 2021.
Sejak peluncurannya melantai di bursa pada 6 Januari 2021, DCII kemudian disuspensi oleh bursa di tanggal 11 Februari 2021 karena masuk kategori saham dengan aktivitas tak biasa lantaran sudah naik 2228,57% dalam waktu yang tergolong singkat.
Dalam lima minggu harga saham DCII naik 22 kali lipat dari Rp 420 menjadi Rp 12.250, antrian saham pun menyesaki kolom bid, se-fantastis itukah kinerja emiten data center ini? Simak selengkapnya.
Rincian Penawaran Perdana Saham
PT DCI Indonesia Tbk (DCII) melakukan penawaran perdana saham di tanggal 6 Januari 2021 di harga penawaran sebesar Rp 420 per lembar saham. Emiten menawarkan sebanyak 357.561.900 lembar saham kepada publik atau setara dengan 15 persen dari seluruh saham beredar. Dengan demikian dana segar yang diperoleh dari IPO adalah sebesar Rp 150.175.998.000.
Dikutip langsung dari prospektus, dana yang diperoleh dari hasil Penawaran Umum Perdana Saham, setelah dikurangi biaya-biaya Emisi, sekitar 80% adalah untuk belanja modal Perseroan, berupa:-low voltage panel sebanyak 51 unit untuk elektrikal Pusat Data ke-empat Perseroan dengan estimasi biaya sebesar Rp67.281 juta.
Rencananya ini akan digunakan pada tahun 2021 dan Genset sebanyak 6 unit untuk elektrikal fase 1 dengan estimasi biaya sebesar Rp58.356 juta, yang rencananya akan digunakan pada tahun 2021.
Sisa dana yang diperoleh adalah untuk modal kerja Perseroan, yang mencakup biaya operasional Perseroan seperti pembayaran biaya listrik, biaya persediaan dan biaya gaji.
Adapun mengenai dividen, perseroan menyatakan rencananya untuk membagikan sekitar 20 persen dari laba bersih yang diperoleh dalam bentuk dividen tunai yang akan dibagikan mulai tahun 2021.
Profil Emiten
PT DCI Indonesia Tbk (DCII) didirikan pada tangal 18 Juli 2011, berkedudukan di kawasan SCBD Jakarta, dengan kegiatan usaha utamanya berupa hosting dan aktivitas terkait lainnya.
Usut punya usut, DCII merupakan perusahaan carrier neutral data center Tier IV yang pertama di Asia Tenggara yang didukung oleh lebih dari 26 network service provider. Dengan demikian perlengkapan data center DCII adalah yang terbaik dengan prosedur dan standar operasional global.
Dengan manajemen yang memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun di bidang teknologi informasi, layanan data center, dan manajemen infrastruktur, DCII mampu menyediakan layanan infrastruktur data center dengan kualitas SLA 99,999% atau hanya lima menit downtime dalam setahun. Manajemen mengklaim bahwa sejauh ini mereka belum pernah mengalami downtime sekalipun sejak perusahaan didirikan hingga saat ini.
Total saham beredar adalah sebanyak 2.383.745.900, di penutupan tanggal 11 Februari pada saat disuspensi harga saham DCII adalah Rp 12.225. Dengan demikian kapitalisasi pasarnya adalah sebesar Rp 29.141.293.627.500.
Saat ini mayoritas saham DCII dimiliki oleh DCI International Holding Pte Ltd. Yang menguasai hingga 84,996% saham beredar. Sebanyak 14,995%-nya kini terdistribusi di masyarakat. Otto Toto Sugiri atau yang lebih dikenal sebagai Toto saja, adalah pemilik dari DCI International Holding Pte Ltd.
Mengutip dari Marketeers, Toto Sugiri tak perlu diragukan lagi sebagai pemain bisnis data center dalam negeri yang telah melanglang buana di berbagai perusahaan teknologi sejak 1989 dengan jabatan penting. Toto adalah pendiri DCI, sebuah perusahaan data center tier empat yang pertama di Asia Tenggara. DCI adalah pemain di sektor data center yang berbasis lokal namun berstandar internasional.
Cakupan Usaha
Saat ini DCI adalah market leader di industri data center di Indonesia. DCI mengoperasiokan tiga gedung data center dengan total kapasitas 22 MW dan telah memenuhi sebagian besar kebutuhan data center nasional.
Adapun kebutuhan pasar data center Indonesia sekarang ini adalah sekitar 50 hingga 70 MW. Berikut informasi mengenai pendapatan dari cakupan usaha yang dilakukan DCI.


Segmen usaha emiten utamanya berfokus pada satu hal yakni layanan data center dengan porsi kontribusi sebesar 95,59 persen dari total pendapatan.
Adapun pendapatan perseroan meningkat cukup signifikan setiap tahunnya. Per tahun buku 2017 pendapatan yang berhasil dibukukan adalah sebesar Rp 127,47 miliar. Naik 230% menjadi Rp 293,37 miliar di tahun buku 2018 dan menjadi Rp 489,86 miliar di tahun 2019.
Per Juni 2020 pendapatan yang berhasil diperoleh adalah sebesar Rp 492,84 miliar. Dengan demikian di akhir tahun buku 2020 diperkirakan DCI akan membukukan pendapatan dua kali lipat dari apa yang telah diraihnya di tahun 2019.
Pandemi COVID-19 justru telah meningkatkan kebutuhan data center karena kegiatan masyarakat yang beralih secara online dan oleh karenanya pendapatan DCI naik signfikan justru ketika pandemi berlangsung.
Review Kinerja


Kinerja DCII terbilang sangat baik. Kas dan Setara Kas naik bertumbuh sebanyak 19,23 persen setiap tahunnya. Posisi terakhir per Juni 2020, kas DCII adalah sebesar Rp 33,56 miliar.
Total aset naik 35,32 persen per tahun. Pertumbuhan total aset yang lebih pesat dari pertumbuhan kas menandakan bahwa emiten cenderung berekspansi menambah aset dengan belanja modal secara rutin.
Aset meningkat dibiayai dari operasional dan utang. Total liabilitas naik 62,99 persen per tahun, sedangkan pendapatan naik 56,63 persen setiap tahunnya.
Yang menarik adalah laba bersih yang berhasil dibukukan cukup tebal dan menggiurkan. Diketahui laba bersih bertumbuh 30,82 persen per tahun.
Per Juni 2020 saja laba bersih emiten adalah sebesar Rp 105,21 miliar, nyaris setara dengan yang berhasil dibukukan per tahun buku 2019 yakni Rp 106,63 miliar.
Yang perlu diulik lagi adalah fenomena bagaimana caranya laba kotor turun sebanyak 43 persen per tahun tapi laba bersih bisa meningkat. Kita akan ketahui detil strateginya nanti setelah emiten mengeluarkan laporan keuangan mulai tahun 2021.
Rasio
Ratio | 30-Jun-20 | 31-Dec-19 | 31-Dec-18 | 31-Dec-17 |
ROE | 16,28% | 19,69% | 14,15% | 11,49% |
ROA | 4,86% | 6,35% | 5,71% | 7,03% |
DER | 234,74% | 209,88% | 147,72% | 63,30% |
NPM | 21,35% | 21,77% | 20,99% | 37,37% |
Marjin laba emiten cukup gemuk untuk bisa dinikmati bersama. Laba bersih per Juni 2020 adalah sebesar 21,35 persen dari pendapatannya. Agaknya marjin laba memang dijaga di sekitar angka itu karena di tahun-tahun sebelumnya marjin laba pun anteng bertahan di kisaran 20 persenan per tahun. Di tahun 2017 marjin laba cukup tebal yakni sebesar 37,37 persen.
Emiten berhasil memposisikan dirinya dengan cukup baik sehingga tak perlu melakukan perang harga yang akan melukai marjin laba. Berikut besaran laba bersih dari tahun ke tahun dalam grafik batang.


Laba bersih memang naik signifikan dari tahun ke tahun sebagaimana yang bisa dilihat di grafik di atas. Dikutip dari Marketeers, dari wawancara dengan Toto Sugiri beliau mengungkap bahwa layanan DCI telah dipercaya oleh 150 pelanggan Business-to-Business yang terdiri dari perusahaan lokal dan multinasional mulai dari perbankan, network service providers, e-commerce, cloud service, dan lainnya.
DCI telah di-branding sebagai perusahaan layanan data center lokal dengan standar operasional global. DCI dipercaya karena memiliki standar Service Level Agreement (SLA) 99.999% sebagai data center tier IV yang hadir paling pertama di Asia Tenggara. Dan oleh karena itu dianggap handal dan dapat dipercaya. Karena kualitasnya tersebut emiten tidak perlu susah payah mendiskon harga layanannya dan menjaga marjin laba tetap gemuk, yaitu di angka 20 persen.
ROE alias rasio laba bersih per modal kerja pun berada pada tingkat yang cukup baik yakni antara 11 sampai 19 persen per tahun. ROA masih di bawah dua digit, sekitar 4 hingga 6 persen per tahun. Hal ini dikarenakan emiten terus menambah belanja modal meningkatkan nilai aset tetap dari tahun ke tahun.
Belanja modal emiten memang cukup gencar dilakukan bahkan didanai pula dari utang. Rasio utang per ekuitas alias DER ada di angka 237 persen per Juni 2020. Naik dari sebelumnya 63 persen di tahun 2017.
Prospek
Sebagai pemain kawakan di industri data center tier IV, emiten berhasrat untuk menguasai pangsa pasarnya. Saat ini emiten mengaku bahwa DCI hendak memenuhi peluang yang tersedia untuk memenuhi seluruh kebutuhan data center se-Indonesia.
Sejauh ini emiten telah memenuhi 22 MW kapasitas kebutuhan data center nasional. Structure Research melihat total kapasitas pasar data center Indonesia sampai akhir tahun 2020 adalah sebesar 72,5 MW dan terus bertumbuh dengan pertubuhan rata-rata tahunan sebesar 22,3 persen.
Rencananya DCI akan menggunakan dana yang terkumpul untuk mewujudkan impiannya untuk menguasai pangsa pasar data center nasional dengan membangun gedung data center yang baru dan meningkatkan kapasitasnya hingga 200 MW.
Untuk goal terdekatnya emiten di tahun 2021 akan mendirikan gedung data center lagi dan meningkatkan kapasitasnya hingga 37 MW.
DCI optimis dengan peluang yang akan dikejarnya karena pertumbuhan teknologi cloud computing sangat pesat didukung maraknya Startup digital yang berdiri yang menjadi besar dan mendorong permintaan fasilitas data center berkala hype di Indonesia.
Data center adalah tulang punggung transformasi digital. Pandemi telah menyemarakkan kebutuhan akan data center lebih baik dari sebelum-sebelumnya karena kini ada lebih banyak bisnis yang beralih ke digital.
DCI merasa yakin karena mereka telah berpengalaman lebih lama perihal data center tier IV karena paling pertama hadir di Asia Tenggara. Berbekal pengalaman puluhan tahun dari pendiri dan jajaran manajemennya kualitas layanan DCI jauh melebihi kemampuan perusahaan layanan data center lainnya.
Padatnya lalu lintas data akan berpengaruh pada kinerja pengirim data, oleh karena itu emiten merasa yakin dengan kebutuhan data center dengan performa low latency yang akan semakin meningkat.
Rasio PE
Dengan laba sebesar Rp 105,22 miliar per Juni 2020, maka kita bisa proyeksikan bahwa di akhir tahun buku 2020 laba yang dapat dicatatkan emiten adalah sebesar Rp 210,44 miliar. Jika jumlah saham beredar adalah sebanyak 2.383.745.900 lembar maka laba per saham DCII adalah Rp 88,28.
Dengan harga sebesar Rp 12.225 maka rasio PE nya adalah sebesar 138,47x, jelas untuk harga sekarang DCII terbilang sangat premium alias overpriced.
Kesimpulan
Performa yang dicatatkan emiten layanan data center tier IV ini memang baik sekali dengan marjin laba yang cukup gemuk setiap tahunnya. Rata-rata pertumbuhan pendapatan naik 56 persen per tahunnya dengan laba bersih meningkat 20-an persen setiap tahunnya.
Emiten sedang giat-giatnya melakukan belanja modal, modal didapat dari operasional dan dari liabilitas oleh karenanya rasio utang per ekuitasnya naik tinggi menjadi dua kali lipat ekuitasnya.
Masyarakat nampaknya antusias dengan IPO-nya saham ini. Kenaikan saham DCII memang fantastis, naik 22 kali lipat dalam lima minggu dan disuspen di harga Rp12.225. Harga saat ini telah mencerminkan PE 138,47x alias overpriced.
Untuk berinvestasi di saham DCII mungkin bisa pertimbangkan untuk menunggu saat yang tepat ketika harganya turun, atau labanya meningkat sehingga rasio PE nya bisa lebih menarik lagi.
Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.
Sumber: Mengenal Toto Sugiri, Inovator Data Center dalam Negeri dan Kiprah Toto Sugiri Besarkan Bisnis Data Center, dengan perubahan seperlunya.