Analisis Saham

Bedah Prospektus Saham WIFI: Emiten Surge

Sumber: Surge

Ajaib.co.id – Pada tanggal 30 Desember 2020 PT Solusi Sinergi Digital atau yang disebut dengan Surge resmi melakukan penawaran perdana saham alias IPO dengan kode saham WIFI.

Jumlah saham yang ditawarkan adalah sebanyak 156 juta lembar, dalam proses IPO-nya emiten ini terbilang cukup berhasil. Adapun pesanan saham yang masuk adalah sebanyak 405 juta lembar saham, alias oversubscribed sebanyak 2,59 kali. Broker yang menjadi mitra dalam penjaminan pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek adalah PT Indo Capital Sekuritas.

Kendati menggunakan slogan “Surge – Digital Ecosystems” aktivitas  bisnis emiten yang memiliki sejumlah anak usaha ini tidak melulu berurusan dengan hal-hal seputar digital. Malahan segmen digital hanya berkontribusi sedikit saja pada total pendapatan. Berikut ulasannya.

Profil Prospektus Emiten

PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) melakukan penawaran perdana sahamnya di development board bursa efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Desember 2020 di harga penawaran Rp 530 per lembar saham. Saham yang ditawarkan adalah sebanyak 156.558.200 lembar. Sedangkan seluruh saham beredar setelah IPO adalah sebanyak 1.947.077.000 lembar.

Sehingga keseluruhan dana IPO yang sedang dicari oleh perusahaan adalah sebesar Rp 82,97 miliar. Kini saham WIFI diperdagangkan di harga Rp 715 per lembar saham dan dengan demikian kapitalisasi pasarnya adalah sebesar Rp 1,39 triliun.

Selain itu perusahaan dengan slogan Digital Ecosystems tersebut juga menerbitkan waran dengan kode WIFI-W. Sebagai informasi waran adalah kupon yang dapat dibeli untuk kemudian ditebus dengan saham biasa. Berdasarkan prospektus setiap lima saham WIFI berhak untuk membeli empat saham WIFI-W di harga Rp 0 alias gratis.

Nantinya satu WIFI-W bisa ditebus untuk mendapatkan satu saham WIFI di harga exercise yaitu Rp 690 per saham. Saat ini harga saham WIFI adalah Rp 715 per saham. Menebus WIFI-W akan membantu investor untuk melakukan pembelian saham WIFI di bawah harga pasaran.

Jika kamu belum tahu saham waran sendiri dapat diperdagangkan seperti layaknya saham biasa. Yang menarik adalah tak ada batas UMA dalam saham Waran. Jika biasanya saham biasa akan masuk daftar UMA jika naik atau turun secara signifikan dalam waktu singkat, tidak dengan waran.

Saham waran milik WIFI yakni WIFI-W saat ini diperdagangkan di harga Rp111, sebelumnya WIFI-W diberikan secara gratis alias Rp 0. Artinya selama tiga bulan waran WIFI-W telah naik sebanyak 11.100 persen.

Cakupan Kegiatan Usaha

Sebagaimana dijabarkan dalam prospektus cakupan usaha yang dilakukan emiten yang didirikan sejak tahun 2012 tersebut terdiri dari periklanan, investasi di bidang periklanan, digital products and service, dan jaringan fiber optik.

Bagian segmen pendapatan mengatakan bahwa ada satu segmen lain yang turut berkontribusi besar pada total pendapatan emiten yakni perdagangan kopi dan jasa penyeduhan kopi.

Data di atas adalah data pendapatan emiten berdasarkan segmen usaha yang disajikan dalam rupiah penuh. Berdasarkan data di atas kita bisa lihat bahwa segmen usaha periklanan mendatangkan pendapatan sebesar Rp 16,63 miliar per April 2020. Nilai tersebut setara dengan 99,32 persen dari total pendapatan emiten.

Kontributor pendapatan utama berikutnya berasal dari segmen usaha perdagangan kopi dan bisnis penyeduhan kopi yang masing-masingnya sebesar Rp 62,3 juta dan Rp 22,8 juta. Pendapatan lainnya berasal dari jasa digital dan lain-lain yaitu sebesar Rp 28,19 juta.

Kita bisa lihat dari data yang disajikan bahwa segmen usaha periklanan dan marketing baru saja ada sejak 2019. Sejak menyediakan jasa periklanan pendapatan emiten naik drastis hingga berkali-kali lipatnya dari sebelumnya. Sebelum tahun 2019 segmen usaha yang menopang PT Surge adalah perdagangan kopi dan bisnis penyeduhan kopi.

Setelah emiten memiliki usaha periklanan di tahun 2019, total pendapatan naik sembilan kali lipat dari hanya Rp 4,95 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 36,63 miliar di tahun 2019. Kegiatan usaha digital yang menjadi tagline perusahaan malah kecil sekali porsinya dalam komposisi pendapatan setiap tahunnya.  

Produk dan jasa digital terangkum dalam segmen pendapatan Lain-Lain. Di tahun 2020, hingga April, segmen digital hanya mampu berkontribusi 0,17 persen dari total pendapatan. Di tahun 2019 dan 2018 segmen digital bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Di tahun 2017 segmen digital hanya berkontribusi 5 persen saja, pendapatan utama saat itu datang dari segmen kopi dan penyeduhan kopi.

Berikut rangkuman kinerja emiten.

Review Kinerja

Secara umum kinerja emiten cukup baik dilihat dari pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) yang dibukukan emiten. Adapun pendapatan naik dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 53,55 persen setiap tahunnya dengan kenaikan laba kotor sebesar 46,68 persen. Akan tetapi besar pertumbuhan laba bersih tak sepesat pertumbuhan pendapatannya yakni hanya sebesar 22,49 persen saja.

Pertumbuhan aset sangat baik, naik 226,43 persen per tahun. Jelas ini adalah emiten yang sedang berada dalam tahap ekspansi atau sedang berusaha menjangkau target pasarnya. Sayangnya liabilitas juga tumbuh pesat dengan CAGR sebesar 178,86 persen. Di bawah ini tersaji rekap laba bersih sejak tahun 2017.

Berdasarkan grafik di atas kita bisa lihat bahwa tahun 2018 nampaknya merupakan tahun paling bersinar bagi emiten karena laba naik 90 kali lipat hanya dalam satu tahun saja. Di tahun 2017 laba bersih yang dibukukan adalah Rp 360 juta saja, dalam satu tahun naik menjadi Rp 27,84 miliar. Berikut rincian pendapatan dan laba dalam bentuk tabel;

Kamu bisa lihat bahwa pada tahun 2018 emiten dengan slogan Digital Ecosystems ini hanya berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 4,95 miliar saja. Laba kotornya pun hanya Rp 3,64 miliar saja. Akan tetapi laba bersih yang berhasil dibukukan pada tahun 2018 adalah sebesar 562,31% dari pendapatannya yakni Rp 27,83 miliar.

Oleh karenanya kenaikan perolehan yang membuat laba bersih naik melebihi pendapatannya pastinya terjadi di luar kegiatan operasional, bisa dari investasi, bisa dari keuntungan pajak atau joint venture, dll.

Hal-hal mengenai fenomena laba bersih yang melonjak naik drastis yang terjadi di tahun 2018 ini tak dijelaskan dalam prospektus karena prospektus berisikan data terkini yang terjadi di tahun 2020 saja. Berikut rasio-rasio penting yang bisa dirangkum:

Ratio 30-Apr-20 31-Dec-19 31-Dec-18 31-Dec-17
ROE 0,36% 6,66% 95,47% 27,75%
ROA 0,16% 0,52% 11,19% 3,06%
DER 124,59% 1187,44% 753,53% 807,37%
NPM 3,98% 5,93% 562,31% 7,83%

Secara profitabilitas, marjin laba emiten agak tipis namun masih bisa lebih baik dibandingkan dengan FORU yang juga sama-sama bergerak di bidang jasa periklanan. Meskipun emiten memposisikan dirinya sebagai perusahaan produk dan jasa digital namun berdasarkan porsi pendapatan maka WIFI bisa disebut sebagai perusahaan periklanan.

Untuk rasio utang, saat ini rasio utang telah berhasil ditekan hingga pada rasio DER 124,59 persen saja. Padahal biasanya mencapai berkali-kali lipat dari ekuitasnya, bahkan di tahun 2019 rasio utang terhadap ekuitasnya mencapai 1187,44 persen alias besar utangnya pernah 11 kali lipat lebih besar dari modal kerjanya.

Emiten dilihat dari besar keuntungan per modal kerja yang dikeluarkan bisa dibilang cukup memprihatikan. Rasio profitabilitas seperti ROE dan ROA dilihat secara tren, abaikan tahun 2018, memang berada dalam tren turun.

Jika sebelumnya emiten bisa membukukan rasio keuntungan yang cukup menarik, per April 2020 emiten bahkan tidak bisa meraih keuntungan lebih dari 1 persen.  Saat ini rasio ROE nya hanya 0,36 persen sedangkan ROA atau rasio keuntungan dibandingkan dengan asetnya adalah 0,16 persen saja.

Prospek

Emiten pada umumnya tak sembarangan memilih momen untuk IPO karena salah-salah IPO-nya malah bisa tidak berhasil. Nampaknya PT Solusi Sinergi Digital, atau yang biasa dikenal dengan nama Surge, mencatatkan sahamnya di bursa memanfaatkan sentimen New Normal, situasi di mana perusahaan-perusahaan dengan kegiatan usaha digital sedang menuai banyak keuntungan saat ini.

Untuk bisa dikatakan sebagai emiten produk dan jasa digital sepertinya kurang pas untuk PT Surge karena kontributor utama pendapatan berasal dari segmen periklanan dan perdagangan kopi.

Klien akan melihatnya sebagai emiten produk digital karena positioning emiten seperti itu. Sehingga klien yang hendak memasang iklan tentu akan memilih perusahaan lain yang mengkhususkan diri di industri periklanan.  Dengan demikian prospeknya tak dapat dikira.

Jikalau emiten lebih fokus pada periklanan saja, tahun 2020 adalah tahun yang bagus di mana aktivitas masyarakat telah berpusat pada kegiatan online. Kegiatan belajar-mengajar, bekerja dan berbelanja, mayoritas kegiatan telah terpusat dilakukan di rumah secara online berkat adanya pandemi. Hal ini sebenarnya menguntungkan para penyedia jasa periklanan.

Kesimpulan

Emiten nampaknya mengalami kesalahan dalam memposisikan diri di hadapan klien dan investor. Pendapatan utamanya datang dari periklanan dan perdagangan kopi, sedangkan positioning perusahaan adalah sebagai perusahaan produk digital.

Dari laporan pendapatan, per April 2020 segmen produk dan jasa digital hanya berkontribusi 0,17 persen saja dari seluruh pendapatan sedangkan segmen periklanan menopang 99,3 persennya. Di tahun 2019 bahkan segmen digital tak menghasilkan sama sekali sedangkan periklanan menghasilkan Rp 31,7 miliar alias 86,6 persen dari seluruh pendapatannya. Agaknya lebih tepat menyebut emiten ini emiten periklanan ketimbang digital.

Laba emiten per April 2020 adalah sebesar Rp 666 juta, oleh karena itu proyeksi laba untuk Full Year 2020 adalah sebesar Rp 1,99 miliar. Jika jumlah saham beredar adalah 1.947.077.000 lembar maka laba per saham (EPS) adalah Rp 1,02.

Saat ini emiten diperdagangkan di harga Rp715 per lembar saham. Dengan demikian rasio PE nya adalah sebesar 700,9x. Rasio balik modal yang luar biasa mahal untuk saat ini. Berdasarkan kemampuannya mencetak laba, harga saham WIFI untuk saat ini sangat overpriced.

Sedangkan dari sisi nilai buku, ekuitas emiten adalah sebesar Rp183,52 miliar. Dengan jumlah saham beredar sebanyak 1.947.077.000 lembar maka ekuitas per lembar sahamnya adalah Rp 94,59. Dengan harga saham WIFI saat ini yakni Rp 715 per lembar saham maka rasio nilai bukunya (PBV) adalah 7,56x.

Jika diterjemahkan maka harga saat ini mencerminkan 7,56 kali lipat dari nilai asetnya setelah dikurangi utang. Dari sisi nilai buku pun harga saham WIFI saat ini masih sangat-sangat mahal.

Investor sebaiknya menunggu hingga emiten menampakkan kinerja yang lebih baik sehingga rasio PE nya bisa lebih baik. 

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi

Artikel Terkait