Analisis Saham

Bedah Saham EDGE – Prospek Bisnis Cloud Service

Ajaib.co.id – Hanya selisih satu bulan saja dua perusahaan Toto Sugiri resmi tercatat di bursa saham Indonesia. PT Indointernet, menyusul PT DCI Indonesia Tbk (DCII), melakukan penawaran perdana sahamnya dengan kode EDGE pada tanggal 8 Februari 2021.

Keduanya sama-sama memikat bagi investor dan telah masuk dalam daftar pantau BEI dikarenakan kenaikan harganya yang signifikan dalam kurun waktu singkat saja. Perusahaan mitra resmi Alibaba Cloud dan Google Cloud tersebut per tanggal 16 Maret 2021 ditransaksikan di harga Rp 14.950 per saham.

Rincian Penawaran Perdana Saham

PT Indointernet Tbk (EDGE) melakukan penawaran umum perdana saham alias IPO pada 8 Februari 2021 di harga penawaran Rp 7.375 per saham. Adapun emiten melepas 80.810.000 saham dari seluruh saham beredar ke publik. Jumlah tersebut setara dengan 20 persen dari modal disetor dan ditempatkan setelah penawaran perdana saham.

Dengan demikian perseroan mengantongi dana segar Rp 595,97 miliar dari aksi IPO-nya. Diketahui PT BCA Sekuritas adalah penjamin pelaksana emisi efek atas saham EDGE.

Sebesar 90 persen dana hasil IPO akan digunakan untuk menambah belanja modal anak usahanya yakni PT Ekagrata Data Gemilang (EDG) dalam menyelesaikan pembangunan Edge Data Center (EDC) yang sudah berada dalam tahap finalisasi. Dana yang dibutuhkan adalah untuk membangun EDC adalah Rp 468,90 miliar.

Sebelumnya Indointernet telah memiliki dua gedung EDC yaitu di Tangerang Selatan dan Jakarta, EDC yang sedang dibangun ini berlokasi di Jakarta Selatan agar berada dekat dengan sentra lokasi pelanggan dan pusat pertukaran koneksi.

EDC yang lebih banyak akan menguatkan konektivitas konsumen akhir ke pusat pengolahan data secara mudah dan dinamis dalam waktu respons yang lebih singkat.

Lalu sekitar 6 persen dana IPO akan digunakan untuk belanja modal pembelian perangkat untuk upgrade layanan koneksi yang lama dengan konektivitas HSX. Rencananya emiten saham EDGE akan mengembangkan layanan konektivitas HSX untuk koneksi ke berbagai layanan data center lokal dan layanan cloud global yang telah memiliki data center sendiri di Indonesia.

Sisanya sebanyak 4 persen dana IPO akan digunakan untuk belanja modal kerja pengembangan digitalisasi jaringan.

Profil Emiten

PT Indointernet Tbk (EDGE) didirikan pada tanggal 23 Maret 1994 dan tercatat di bursa efek Indonesia pada 8 Februari 2021. Indointernet adalah perusahaan dengan kegiatan usaha seputar software dan layanan IT.

Indointernet hadir di tahun 1994 sebagai Internet Service Provider swasta komersial pertama di Indonesia. Layanan yang disediakan berbasis internet dan jasa komunikasi dengan target pasar baik perorangan maupun korporasi.

Setelah IPO struktur pemegang saham Indointernet antara lain Otto Toto Sugiri sebanyak 38,9%. Lalu ada Han Arming Hanafia dengan kepemilikan sebesar 17,5%, Bing Moniaga 15,1%, sedangkan sisanya sebanyak 20% dipegang oleh masyarakat. Pihak lain yang memiliki saham di bawah 5% diantaranya ada Marina Budiman 3,9%, Sanjaya 2,1%, Halim Soelistio 1,9%, Agustinus Haryawirasma 0,3%, dan Sudjiwo Husodo 0,3%.

Dengan jumlah saham beredar sebanyak 404.050.000 lembar di harga Rp 14.950 per saham, kapitalisasi pasar saham EDGE adalah Rp 6.040.547.500.000.

Nampaknya daya tarik Indoiternet terletak pada manajemennya. Kini indointernet masih dinahkodai oleh sang pendiri yaitu Otto Toto Sugiri atau yang lebih dikenal sebagai Toto saja. Beliau adalah sosok legendaris IT Indonesia. Beliau sudah malang melintang di dunia IT dan teknoligi Indonesia sejak 1989.

Beliau adalah sosok di balik PT Sigma Cipta Caraka, sebuah perusahaan software perbankan yang diakuisisi Telkom pada tahun 2008 silam. Beliau adalah tokoh senior di dunia IT dan telekomunikasi nasional, beliau juga merupakan pendiri dari data center tier IV pertama di Asia Tenggara.

Cakupan Usaha

Indointernet telah hadir sejak 1994 sebagai penyedia jasa internet swasta komersial pertama di Indonesia dengan layanan utamanya yang berbasis internet dan jasa komunikasi. Perseroan telah berdiri selama 27 tahun dengan fokus di bidangnya sebagai penyedia jasa infrastruktur digital untuk konektivitas dan pusat data.

Berikut rincian cakupan usaha yang dimiliki Indonet yang menyusun pendapatannya.

Adapun total pendapatan telah naik secara signifikan dari tahun ke tahun. Per tahun buku 2017 emiten berhasil memperoleh pendapatan sebesar Rp 156,19 miliar, lalu naik 68 persen menjadi Rp 263,9 miliar di tahun 2018. Kenaikan ini masih terus berlanjut di tahun berikutnya yakni 2019 dengan total pendapatan sebesar Rp 344,75 miliar.

Per Juni 2020 emiten telah membukukan pendapatan sebesar Rp 292,2 miliar. Dengan demikian kita dapat memproyeksi bahwa per tahun buku 2020 pendapatan emiten adalah dua kali lipatnya yakni Rp 584,4 miliar.

Diketahui emiten memiliki lima segmen usaha yaitu Cloud Service, Connectivity, Data center, Managed Service dan lain-lain. Dua segmen usaha yang berkontribusi secara signifikan yaitu Cloud Service dan Connectivity.

Kita bisa lihat bahwa kontribusi pendapatan dari kedua segmen tersebut berangsur-angsur beralih. Semula di tahun 2017 segmen Connectivity berkontribusi sebesar 69,7 persen sedangkan Cloud Service hanya 8,41 persen saja. Lalu perlahan seiring waktu segmen Connectivity porsinya mengecil sedangkan porsi kontribusi segmen Cloud Service semakin besar.

Per Juni 2020 segmen Cloud Service mendatangkan Rp 153, 2 miliar untuk emiten atau setara dengan 51,58 persen dari total pendapatan. Sedangkan segmen Connectivity hanya berkontribusi Rp 112,1 miliar saja yang setara dengan 37,72 persen dari total pendapatan per Juni 2020.

Hal ini terjadi karena emiten gesit menangkap peluang dengan para pemain global. Di tahun 2018 Indointernet diketahui telah menjalin kemitraan dalam komputasi awan/ cloud computing dengan Alibaba Cloud. Kini Indointernet adalah distributor utama layanan komputasi awan untuk Alibaba Cloud negara Indonesia.

Di tahun 2020 emiten sekali lagi menjalin kerja sama dalam bidang Cloud Service dengan Google Cloud. Itulah yang menyebabkan emiten memiliki pendapatan yang besar dari segmen Cloud Service. Kepercayaan para pemain global kepada Indointernet membuktikan bahwa Indointernet telah memiliki kualitas layanan berskala global.

Review Kinerja

Kendati telah berdiri sejak tahun 1994, kinerja PT Indointernet sampai saat ini masih bertumbuh dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Transformasi digital, diakui oleh manajemen dalam keterbukaan informasi, tumbuh pesat sejak satu dekade lalu di saat e-commerce dikenalkan kepada masyarakat.

Adapun Kas dan setara Kas dan total aset naik dengan tingkat pertumbuhan rata-rata (CAGR) yang baik sekali masing-masing sebesar 30,49 persen dan 22,95 persen per tahun. Dari sisi kesehatan keuangan, total liabilitas hanya naik 10,13 persen saja setiap tahunnya.

Yang menarik adalah rata-rata pertumbuhan tahunan pendapatan adalah sebesar 30,20 persen per tahun dengan pertumbuhan laba bersih sebesar rata-rata 31,98 persen per tahun.

Rasio

Ratio 30-Apr-20 31-Dec-19 31-Dec-18 31-Dec-17
ROE 19,54% 32,42% 33,80% 31,68%
ROA 13,97% 22,50% 22,29% 18,19%
DER 39,94% 44,12% 51,63% 74,20%
NPM 23,16% 29,89% 32,77% 28,69%

Hasil operasional menyisakan marjin laba yang cukup gemuk yakni sebesar 20 hingga 30-an persen setiap tahunnya. Ini adalah ciri khas perusahaan Toto Sugiri, beliau memang membina perusahaan-perusahaannya agar bisa memiliki keunggulan sehingga tidak perlu melakukan perang harga untuk bisa bersaing dengan sesama kompetitor.

Baik ROE maupun ROA juga dijaga di level yang cukup menarik yakni antara 13 hingga 33 persen setiap tahunnya.

Rasio Utang per Ekuitas (DER) juga terjaga dengan amat sangat baik di mana besar total utang berada di level 39,94 persen dari ekuitasnya.

Prospek

Prospek Cloud Service, interkoneksi dan data center memiliki potensi besar dipicu oleh perkembangan ekonomi digital di berbagai aspek usaha. Transformasi digital ini terutama paling terasa selama pandemi COVID-19 berlangsung.

Selama pandemi bisnis-bisnis telah dirancang agar lebih dekat dengan pengguna dengan hadir melalui aplikasi dan pengolahan data pun dilakukan secara digital. Emiten mengaku diuntungkan berkat adanya pergeseran aktivitas masyarakat yang lebih banyak berkegiatan secara online selama pandemi.

Data center dan cloud service menjadi layanan yang ramai digunakan bisnis-bisnis yang melangsungkan kegiatan usahanya secara online. Penggunaan data center membuat konsumen akhir terhubung dengan lebih mudah dan dinamis dan dalam waktu respons yang lebih singkat ke pusat pengolahan data.

Emiten optimis dengan masa depan emiten didukung oleh fakta banyaknya Startup digital yang bermunculan dan bertumbuh besar hingga ukuran Unicorn atau bahkan Decacorn. Startup-startup dan bisnis-bisnis online tentu membutuhkan layanan data center hosting dan layanan cloud dan hal ini menguntungkan emiten sebagai pemain senior di industrinya.

Rasio PE

Per Juni 2020 emiten telah berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp 68,82 miliar dengan begitu proyeksi kasar laba bersih tahun buku 2020 adalah dua kali lipatnya yakni Rp 137,64 miliar.

Diketahui jumlah saham beredar adalah sebanyak 404.050.000, maka laba per sahamnya adalah Rp 340,65. Dengan demikian di harga Rp 14.950 rasio PE saham EDGE adalah sebesar 43,88x. Rasio PE yang dimiliki EDGE mencerminkan harga yang premium untuk kinerjanya saat ini. Namun masih lebih baik ketimbang PER saham Toto Sugiri lainnya DCII.

Kesimpulan

EDGE adalah emiten Toto Sugiri yang pendapatannya datang dari segmen usaha Cloud Service dan Connectivity. Berkat kerjasamanya dengan Alibaba Cloud dan Google Cloud, pendapatan EDGE meningkat drastis sejak 2018.

Setiap tahun emiten menyisakan marjin laba yang cukup gemuk untuk bisa dinikmati. Hal ini lantaran kualitas manajemen yang baik dengan pengalaman puluhan tahun telah membuat EDGE memiliki kualitas standar global meski masih berskala lokal. 

Marjin laba bersih yang berhasil didapat adalah sekitar 23 hingga 29 persen setiap tahunnya. Emiten juga memiliki rasio utang per ekuitas yang rendah yang menandakan emiten sehat secara finansial.

Dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan dan laba bersih sebesar 30 persen setiap tahun maka kita bisa simpulkan bahwa emiten ini masih dalam tahap ekspansi dengan tingkat pertumbuhan yang amat sangat baik.

Pertumbuhan ini didorong dari adanya transformasi digital besar-besaran dari para pelaku ekonomi yang kini hadir dalam format digital dalam bentuk aplikasi. Emiten yakin masih dapat bertumbuh seiring dengan tren Startup digital dan bisnis online yang semakin menjamur.

Saat ini emiten ditransaksikan di PE 43,88x yang menandakan bahwa harga saham EDGE saat ini tergolong premium. Emiten juga dalam prospektus menyatakan akan membagikan 20 persen dari laba bersih yang berhasil dibukukannya di tahun 2020 dalam bentuk dividen tunai kepada seluruh pemegang sahamnya.

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.

Artikel Terkait