

Ajaib.co.id – Sebagai perusahaan yang bergerak di jasa transportasi, PT Blue Bird Tbk (BIRD) tentunya ikut terimbas pandemi COVID-19. Tetapi, menariknya, di tengah situasi serba sulit ini, Blue Bird berhasil mencatatkan perbaikan kinerja.
Bisnis transportasi merupakan salah satu yang paling terhantam oleh dampak pandemi. Baik itu transportasi, udara, darat, maupun laut sekalipun sangat terganggu karena pandemi membuat mobilitas dan kebutuhan bepergian masyarakat berkurang secara signifikan.
Dikutip dari Bisnis.com, sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, atau sampai dengan kuartal III/2020, Blue Bird mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 47,55 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp1,55 triliun. Sejalan dengan penurunan tersebut, Blue Bird mencatatkan rugi bersih Rp156,01 miliar, berbanding terbalik dengan laba bersih Rp229,33 miliar pada kuartal III/2019.
Penurunan kinerja ini juga sejalan dengan penurunan harga saham BIRD. Pada awal tahun, BIRD bertengger di level harga Rp2.600 per saham, sementara saat ini harga saham BIRD hanya Rp1.165 per saham. Artinya, BIRD masih terkoreksi 53,21 persen secara tahun berjalan atau year to date (ytd).
BIRD menjadi salah satu saham yang masih underperform atau tertinggal dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat ini. Di saat BIRD masih terkoreksi 53,21 persen, IHSG kini hanya terkoreksi 9,12% secara ytd.
Sejak awal tahun, pergerakan saham BIRD juga memang cenderung berbeda dengan IHSG. Saham BIRD lebih cepat turun saat ekspektasi dampak negatif dari pandemi dan kebijakan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai diberlakukan. Sehingga sahamnya jatuh lebih awal dibandingkan saham-saham lain di pasar.
Meski begitu, posisi harga saham BIRD saat ini sudah lebih baik dibandingkan periode terberatnya pada Mei yang sempat menyentuh Rp755 per saham. Bukan hanya terdorong momentum kenaikan saham-saham di Indonesia yang terdorong berbagai sentimen positif, BIRD juga terdorong oleh pemulihan kinerja pada kuartal III/2020.
Kinerja Keuangan Blue Bird
Nah, pasti kamu bingung kenapa kok bisa dibilang ada pemulihan kinerja di BIRD, padahal kinerja keuangannya justru sedang tertekan? Jawabannya adalah, meski masih terjadi penurunan dan bahkan mencatatkan rugi, kinerja keuangan BIRD kini jauh lebih baik dibandingkan kuartal II/2020 atau periode yang berakhir pada Juni 2020.
Seperti dikutip dari CNBC Indonesia, dibandingkan pendapatan pada kuartal II/2020, sebenarnya pendapatan pada kuartal III/2020 mengalami peningkatan sebesar 51 persen. Tak hanya itu, dikutip dari Bisnis.com, margin laba kotor atau gross profit margin Blue Bird juga meningkat dari 0,5 persen pada kuartal II/2020, menjadi 12,1 persen.
Dengan demikian, kita bisa melihat bahwa sebenarnya Blue Bird sudah mulai bangkit di tengah pandemi. Tetapi, tentu saja, pemulihan kinerja ini tidak serta merta mengembalikan posisi Blue Bird ke posisi yang sama seperti sebelum pandemi.
Namun, yang jelas adalah kinerja BIRD ini kurang lebih sejalan dengan kondisi ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020. Dengan kata lain, meski masih tumbuh negatif secara tahunan, tetapi kondisinya lebih baik dibandingkan kuartal II/2020.
Untuk memahami kinerja sebuah perusahaan, pendapatan dan laba bersih tentunya dapat menjadi rujukan utama. Tetapi, jangan lupa bahwa pendapatan juga terdiri dari beragam segmen. Sementara laba bersih juga dikalkulasikan berdasarkan beragam faktor lain, termasuk biaya-biaya non operasional.
Dalam konteks tersebut, Blue Bird sebenarnya sudah menunjukkan perbaikan yang menarik. Hal itu dapat dilihat dari kinerja segmen taksi yang mengalami peningkatan 72,08 persen secara kuartalan pada kuartal III/2020, menjadi Rp297,32 miliar.
Hal ini juga dipertegas oleh pernyataan dari Head of Investor Relations Blue Bird Michael Tene. Dia mengatakan situasi saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan dengan awal pandemi. Saat ini, lanjutnya, rerata penghasilan per mobil per hari mengalami kenaikan.
“Sudah naik hampir 2,5 kali lipat dibandingkan dengan kondisi pandemi pada April 2020,” ujarnya seperti dikutip dari Bisnis.com.
Michael juga mengatakan bahwa kinerja Blue Bird pada kuartal III/2020 ini juga berhasil mencatatkan earnings before interest, taxes, depreciation and amortization (EBITDA) sebesar Rp69 miliar. Jumlah ini naik sekitar Rp69 miliar dibandingkan kuartal II/2020.
Hal ini, kata Michael, dapat tercapai karena efisiensi beban dan biaya yang dilakukan untuk mengimbangi penurunan pendapatan. Di waktu yang sama, Blue Bird juga mempertahankan posisi kasnya secara konservatif, hingga mencapai Rp731 miliar per akhir September 2020.
Posisi Kas Blue Bird
Kenapa sih posisi kas itu penting? Jawabannya adalah kas merupakan aset perusahaan yang paling likuid. Posisi kas menunjukkan kemampuan sebuah perusahaan untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya, khususnya dalam jangka pendek.
Di situasi tidak menentu seperti saat ini, posisi kas sangatlah penting bagi perusahaan. Banyak perusahaan yang bermasalah dengan kas di situasi saat ini. Pendapatan yang berkurang, membuat arus kas masuk seret, sedangkan kebutuhan arus kas keluar tetap tinggi. Perlu kemampuan manajemen yang baik untuk menjaga posisi kas tetap bugar di tengah pandemi.
Selain berbagai macam pertimbangan tersebut, Blue Bird juga punya catatan menarik dari sisi bisnis non intinya di bidang penjualan mobil bekas Blue Bird Group. Dikutip dari Medcom.id, selama pandemi rata-rata penjualan mobil bekas ini mencapai 500 mobil setiap bulan, dan hingga November 2020 telah terjual 6.000 unit.
Tentunya hal ini menarik karena di sisi lain emiten otomotif seperti PT Astra International Tbk (ASII) justru sedang mengalami penurunan drastis pada bisnis penjualan otomotifnya. Ternyata, penurunan daya beli dan perubahan preferensi konsumsi mobil masyarakat di tengah pandemi justru membawa untung tersendiri bagi Blue Bird.
Nah, kalau menurut kamu, dari penjelasan dan ulasan singkat ini, apakah saham Blue Bird cukup menarik untuk dikoleksi? Atau kamu masih mengantisipasi penurunan kinerja di masa mendatang dan menilai harganya masih terlalu mahal?
Semua itu harus dikembalikan ke diri kamu sebagai investor, karena setiap investor punya rasionalitas yang berbeda-beda. Namun, yang pasti apapun pilihan saham yang kamu inginkan saat ini, mulaikan investasi di Ajaib!
Aplikasi ini telah mendapatkan izin dari OJK dan menjadi salah satu platform andalan investasi saham online saat ini. Kamu bisa mengunduh aplikasi investasi Ajaib melalui Google Play Store dan Apple App Store.