Saham

Sejarah Mie Gaga vs Indomie, Bagaimana Pergerakan Sahamnya?

mie-gaga

Mie Gaga dan Indomie terus menjadi perbincangan sampai sempat trending nomor satu di media sosial. Dampaknya bahkan turut memengaruhi pergerakan harga saham WICO dan saham ICBP yang merupakan emiten merk mi instan tersebut.

Topik tentang mi instan cukup menarik perhatian, mengingat Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumsi mi tertinggi kedua di dunia. Data World Instant Noodles Association (WINA) konsumsi mi instan di Indonesia mencapai mencapai 14,26 miliar bungkus selama 2022.

Data dari AEGIC menunjukkan bahwa sekitar 55% penggunaan tepung terigu di Indonesia dikhususkan untuk produksi mi instan. Tidak heran jika mengonsumsi mi instan telah mengakar kuat dalam budaya kuliner Indonesia.

Salah satu merek mi instan yang sangat populer di Indonesia yaitu Indomie. Menurut riset Euromonitor (2017), setidaknya selama dalam kurun 2012-2017, Indomie memiliki pangsa pasar di kisaran 70%.

Akan tetapi, belum lama ini viral kabar tentang sejarah Mie Gaga vs Indomie yang membuat para netizen beramai-ramai beralih ke Mie Gaga. Sebenarnya ada apa dan bagaimana pengaruhnya terhadap emiten keduanya?

Sejarah Mie Gaga vs Indomie

Sejarah Mie Gaga vs Indomie bermula dari Djajadi Djaja pencipta Indomie yang membawa perubahan besar dalam dunia mi instan di Indonesia. Djajadi Djaja bersama Chow Ming Hua, Wahyu Tjuandi, Ulong Senjaya, dan Pandi Kusuma mendirikan Sanmaru Food Manufacturing.

Pada periode 1971-1978, Djajadi Djaja memegang posisi direktur di Sanmaru Food Manufacturing. Ini merupakan langkah bersejarah karena perusahaan ini menjadi pelopor dalam memproduksi mi instan di Indonesia.

Mi instan pertama kali meluncur dengan nama “Indonesia Mie” atau lebih dikenal dengan Indomie. Keberhasilan Indomie tidak hanya diraih di dalam negeri, pada tahun 1982 Indomie memulai ekspor ke berbagai negara seperti Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, sejumlah negara di Eropa, Amerika, dan Australia.

Pada tahun 1984, Djajadi Djaja bermitra dengan Salim Group untuk mendirikan PT Indofood Eterna. Kerja sama ini membawa Indomie dan Supermie, merek mi instan yang dimiliki Salim Group, bersatu di bawah satu perusahaan.

Meski Djajadi dan rekan-rekannya memiliki mayoritas saham, permasalahan keuangan pada tahun 1993 membuat kepemilikan Indomie beralih sepenuhnya ke Salim Group. Selanjutnya pertarungan kepemilikan Indomie tidak lepas dari konflik dan tekanan ekonomi.

Pada tahun 1998, Djajadi Djaja menggugat Indofood ke pengadilan dengan klaim dipaksa menjual saham dan mereknya dengan harga yang tidak sesuai. Meskipun kalah dalam perselisihan hukum tersebut, Djajadi memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dengan mendirikan PT Jakarana Tama pada tahun 1993.

Di bawah PT Jakarana Tama, Djajadi memproduksi Mie Gaga dan sejumlah produk lainnya. Ini menawarkan alternatif baru di dunia mi instan yang dipenuhi dengan misi menyediakan makanan harian terjangkau dengan nutrisi tepat dan rasa yang lezat.

Kisah Mie Gaga dan Indomie memasuki bab baru pada tahun 2023, ketika perbincangan seputar sejarah dan perkembangannya kembali mencuat dan viral di media sosial. Masyarakat pun memboikot Indomie dan beralih membeli Mie Gaga. Kondisi tersebut turut membuat harga saham WICO dan saham ICBP bergejolak.

Saham Mie Gaga (WICO)

PT Wicaksana Overseas International (WICO), sebelumnya dikenal sebagai PT Djangkar Djati, adalah anak perusahaan PT Jakarana Tama. Perusahaan ini terkenal sebagai distributor produk, termasuk mi instan dengan merek Mie Gaga.

Saham WICO, setelah menjadi sorotan karena likuiditas rendah dan ekuitas negatif, mengalami perubahan tren signifikan setelah kontroversi Mie Gaga versus Indomie viral.

Pada 31 Agustus, sehari setelah Mie Gaga menjadi trending topic di media sosial X, saham WICO naik 9,35% dan terus melonjak hingga 132,47% hingga 15 September.

Namun, pada Oktober 2023, harga saham mengalami koreksi sebesar 13%, mencapai titik terendah 280. Pergerakan saham WICO mencerminkan sensitivitas pasar terhadap peristiwa dan sentimen tertentu.

Saham Indomie (ICBP)

Di tengah sentimen negatif yang merebak di media sosial, harga saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), produsen dari mi legendaris Indomie, mengalami penurunan signifikan. Hingga tanggal 15 September 2023, saham ICBP mencatatkan penurunan sebesar 6,20%.

Dalam satu minggu terakhir, terjadi penurunan 1,35% pada harga saham ICBP. Dampaknya terasa pada kapitalisasi pasar (market cap) ICBP yang menyusut sebesar Rp5,83 triliun. Yang artinya menurun dari Rp133,82 triliun pada 15 Agustus menjadi Rp127,99 triliun pada 15 September 2023.

Sentimen negatif yang melanda media sosial berpengaruh signifikan terhadap performa saham ICBP. Kondisi tersebut menciptakan fluktuasi yang cukup mencolok dalam periode tersebut.

Kontroversi antara Mie Gaga dan Indomie bukan hanya berpengaruh di dunia kuliner, namun telah merambah ke pasar saham. Sejarah panjang dan persaingan di industri mi instan Indonesia mencerminkan dinamika yang menggugah perhatian publik.

Pergerakan saham WICO dan saham ICBP memberikan gambaran responsif terhadap dinamika tersebut. Polemik kuliner ini, akan menjadi jejak digital di dunia maya, sekaligus meninggalkan jejak sejarah di pasar saham Indonesia.

Mulai Investasi di Ajaib Sekuritas Sekarang!

Masa depan kamu tentu akan menjadi lebih terjamin dan aman secara finansial bila kamu berinvestasi bukan? Ajaib Sekuritas hadir untuk memberikan pengalaman investasi yang lebih aman dan tepercaya. Mulai perjalanan investasimu bersama Ajaib Sekuritas sekarang, karena proses pendaftarannya yang mudah dan 100% online, tanpa memerlukan modal yang besar.

Berbagai layanan dan indeks saham juga tersedia dalam rangka mendukung investasimu agar semakin maksimal! Mulai dari saham, reksa dana, margin trading, day trading, dan layanan bagi nasabah premium, Ajaib Prime, bisa kamu temukan di aplikasi Ajaib Sekuritas.

Jadi, tunggu apalagi? Yuk, download aplikasi Ajaib Sekuritas sekarang!

Artikel Terkait