Ajaib.co.id – PT Atlas Resources Tbk (ARII) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara. Perusahaan dengan kode saham ARII ini memulai bisnis secara komersial pada tahun 2008 yang memiliki kegiatan usaha meliputi pertambangan batubara, perdagangan batu bara, dan transportasi atau peralatan penunjang operasi penambangan batu bara.
Lokasi tambang batu bara ARII berada di wilayah Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan yang menawarkan kisaran batu bara termal memiliki nilai kalori rendah hingga sampai tinggi. Adapun pelanggan batu bara ARII tidak hanya pasar loka, namun juga ke beberapa negara seperti Jepang, Thailand, China, Korea, India, hingga ke Eropa.
Bisnis ARII juga dibantu oleh beberapa anak perusahaan meliputi PT Aquela Pratama Indonesia, PT Berau Bara Energi, PT Citra Global Artha, PT Kalbara Energi Pratama, PT Optima Persada Energi, PT Optima Coal, dan PT Papua Inti Energi. Mayoritas saham ARII saat ini dipegang oleh PT Calorie Viva Utama dengan jumlah 39,69 persen kepemilikan.
Saham ARII sendiri pertama kalinya diperdagangkan secara publik melalui bursa saham pada tahun 2011 dengan harga penawaran sebesar Rp1.500 per lembar saham. Pergerakan harga saham ARII saat ini tengah melemah di level Rp380 per lembar saham, pada penutupan perdagangan Selasa 31 Mei 2021. Lalu, apakah saham ARII masih layak untuk dikoleksi?
Bagaimana dengan kondisi fundamental perusahaan saat ini dan rencana bisnis seperti apa yang akan dilakukan ke depannya? Mari kita bedah kinerja saham ARII.
Pendapatan Turun, ARII Catatkan Kerugian di Kuartal Ketiga Tahun 2020
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan di kuartal ketiga tahun 2020, ARII mencatatkan pendapatan sebesar 29,21 juta USD yang turun dibandingkan pendapatan periode sama di tahun 2019 sebesar 47,52 juta USD. Penurunan pendapatan ini diikuti catatan kerugian mencapai 10,25 juta USD yang membengkak jika dibandingkan periode sama di tahun 2019 ARII membukukan rugi sebesar 4,21 juta USD.
Hingga September 2020, ARII memiliki liabilitas jangka pendek mencapai 198,93 juta USD dari Desember 2019 sebelumnya sebesar 260,38 juta USD. Sementara untuk liabilitas jangka panjang mengalami kenaikan menjadi 127,05 juta USD dari 57,51 juta USD.
Bisnis ARII Sudah Mencatatkan Kerugian Sejak Tahun 2015
Berdasarkan kinerja keuangan ARII dalam 5 tahun terakhir, perseroan memang terus mengalami kerugian setiap tahunnya. Sementara untuk pendapatan sempat mengalami penurunan, lalu kembali naik dalam beberapa tahun belakangan.
Adapun data ikhtisar keuangan yang diambil berdasarkan informasi finansial perseroan dapat dilihat seperti berikut (dalam juta USD):
Laporan Laba Rugi | 2019 | 2018 | 2017 | 2016 | 2015 |
Penjualan bersih | 62.803 | 38.161 | 28.731 | 11.641 | 28.342 |
Rugi kotor | 41 | 2.050 | -369 | -9.313 | -7.741 |
Rugi tahun berjalan | -5.537 | -28.258 | -16.717 | -25.482 | -25.992 |
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa secara penjualan ARII sempat turun di tahun 2016, lalu kembali naik. Sementara dalam 5 tahun terakhir, perseroan belum berhasil mencatatkan keuntungan alias terus mengalami kerugian. Di mana, hal tersebut terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor tertentu.
Kerugian di tahun 2015 disebabkan oleh pendapatan yang mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya ditambah sejumlah beban mengalami peningkatan sehingga membuat perseroan merugi. Selain itu, di beberapa tahun terakhir ini kerugian ARII juga disebabkan oleh harga dari batu bara yang menurun atau di bawah harga biasanya sehingga membuat perseroan sulit menggenjot pendapatan.
Dengan begitu, perseroan harus membukukan kerugian dalam 5 tahun terakhir ini. Hal ini tentu menjadi pertimbangan penting bagi para investor dalam menentukan apakah saham ARII layak untuk dikoleksi.
Melihat kinerja tahun 2019 berdasarkan rasio, kondisi bisnis ARII memang sedang tidak sehat. Adapun data yang diambil berdasarkan ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 melalui informasi finansial perseroan dapat dilihat seperti berikut:
Rasio | 2019 |
ROA | 0,2% |
ROE | 1,6% |
NPM | -5,5% |
CR | 24,1% |
DER | 706% |
Bagaimana dengan Prospek Bisnis ARII ke Depannya Sehingga Sahamnya Layak untuk Dikoleksi?
Rencana bisnis pada setiap emiten merupakan hal penting yang harus diperhatikan sehingga dapat mengetahui kelayakan dari saham yang akan dipilih. Memasuki tahun 2021, pihak PT Atlas Resources Tbk sendiri belum menginformasikan strategi bisnis untuk target kinerja perseroan di tahun ini secara resmi. Pasalnya, emiten pertambangan batu bara ini masih fokus dengan aksi korporasi yang dilakukan sebelumnya.
Adapun aksi korporasi yang dimaksud adalah penerbitan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau private placement. Mengacu pada laporan Bursa Efek Indonesia, sebelumnya ARII menerbitkan 131 juta saham baru yang memiliki nominal Rp200 per lembar saham. Di mana, harga pelaksanaan private placement sebesar Rp1.100 per lembar saham atau harga premium dari rata-rata perdagangan di hari tersebut.
Dengan begitu, pemegang saham lama bakal mengalami dilusi saham, namun berapa persennya masih belum diinformasikan. Menurut pihak ARII, pelaksanaan PMTHMETD tersebut dilakukan dalam rangka penyelesaian utang perseroan terhadap Noble Group. Di mana, utang perseroan berjumlah 30,45 juta USD yang harus dilunasi.
Sementara itu, jumlah saham yang sebelum dilakukan private placement sebesar 3 miliar akan menjadi 3,13 miliar lembar saham setelah private placement. Hal ini berarti perseroan masih fokus untuk menyelesaikan utang sehingga rencana bisnis masih sama dengan tahun lalu. Selain itu, untuk anggaran belanja modal atau capex sendiri, juga masih belum diinformasikan berapa jumlah yang akan dipersiapkan.
Pasalnya, perseroan juga belum menginformasikan rencana bisnis maupun target bisnis untuk kinerja di tahun 2021.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.