Perencanaan Keuangan

Mengenal Utang Sehat dan Layak Dilakukan

Ajaib.co.id – Generasi milenial yang jumlahnya kini mencapai 34 persen dari total populasi disebut-sebut sebagai generasi paling boros. Survei dari Alvara Research pada 2017 mengungkap bahwa untuk memenuhi gaya hidup generasi milenial Indonesia berani mengajukan pinjaman dengan jumlah yang tak sehat.

Memiliki utang yang melebihi aset bisa membuat seseorang mengalami kebangkrutan. Perencana Keuangan Diana Sandjaja menyebut bahwa kebangkrutan bisa menimpa seorang individu yang sudah kewalahan menutup biaya operasional hidup sehingga memiliki banyak utang.

Padahal jika ingin memiliki keuangan yang lebih sehat, sebaiknya menghindari pinjaman yang bersifat konsumtif karena justru akan menambah beban pada pengelolaan keuangan. Tapi tidak selamanya utang bersifat buruk. Jika utangmu termasuk utang sehat, kamu layak kok mendapatkannya. Simak selengkapnya ya!

Membedakan Utang Sehat dan Tidak Sehat

Utang kerap timbul untuk memenuhi berbagai kebutuhan ketika pendapatan tak mencukupi. Berutang sebaiknya sih dihindari karena ada biaya yang timbul daripadanya. Cicilan kartu kredit dan kredit tanpa agunanmu mungkin terasa ringan karena dibayarkan sedikit demi sedikit setiap bulan. Tapi ketika cicilanmu dijumlahkan mungkin besarnya bisa mencapai 50 persen dari pinjaman yang kamu terima.

Utang yang sehat adalah utang yang digunakan untuk pengadaan barang atau pelaksanaan kegiatan yang memberikan nilai yang lebih tinggi di masa depan. Dengan kata lain utang sehat dikategorikan sebagai utang produktif, utang yang dilakukan untuk membeli barang atau berkegiatan yang bernilai investasi.

Sebaliknya, utang yang tak sehat adalah utang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pribadi yang menunjang gaya hidup dan biaya hidup. Utang tak sehat disebut juga utang konsumtif. Utang jenis ini dipakai untuk membeli barang atau melakukan kegiatan yang seiring waktu nilainya akan turun atau bahkan habis sama sekali.

Kini kamu sudah mengetahui definisinya, contoh-contoh dari utang produktif dan konsumtif ada di bawah ini.

Contoh Utang Sehat

Utang sehat adalah utang yang penggunaannya akan memberikan nilai tambah di masa depan. Contoh utang sehat misalnya:

Modal Usaha

Bisnis bisa menjadi sumber penghasilan tambahan selain dari gaji bulanan. Tentu dalam menjalankan bisnis kamu memerlukan modal di awal. Jika kamu belum memilikinya kamu bisa gunakan fasilitas pinjaman modal usaha.

Diharapkan utang yang diajukan sebagai modal usaha akan membukakan lebih banyak sumber penghasilan dan dengan begitu membuat pendapatan kamu meningkat. Penting juga untuk kamu melakukan perencanaan dan perhitungan yang matang sebelum ajukan pinjaman. Ini penting untuk pastikan bisnis kamu mampu menanggung utang tersebut hingga lunas.

Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)

Sebagian besar dari kita memperoleh rumah pertamanya dengan cara mengajukan KPR. Kredit yang satu ini juga termasuk utang sehat. Rumah akan menjadi aset hunian pribadi dengan masa pakai yang lama, biasanya hingga 20-30 tahun. Lebih lama dari masa pinjaman yang biasanya berkisar antara 10 hingga 15 tahun.

Rumah juga bisa dijadikan aset investasi karena nilainya yang cenderung terus naik apalagi jika rumah yang kamu pilih berada di lokasi yang strategis. Aset properti biasanya mengalami kenaikan harga sekitar 10-20% setiap tahunnya.

Lebih bagus lagi jika rumah yang kamu beli juga menghasilkan sebagai sumber pendapatan dengan cara menyewakannya.

Kamu bisa dapatkan fasilitas kredit dari bank maupun langsung dari developer dengan memberikan sejumlah uang muka saja.

Dana Pendidikan Anak

Untuk pendidikan anak kamu boleh ajukan pinjaman demi investasi masa depan anak. Kamu sebaiknya pikirkan baik-baik untuk yang satu ini karena bebanmu bukan hanya di awal saja. Kamu juga mesti pikirkan biaya yang akan timbul sehari-hari seperti SPP, uang jajan, ongkos perjalanan, baju seragam, kegiatan renang, pramuka, study tour, dan kegiatan sekolah lainnya.

Jangan sampai kamu kepayahan hanya untuk cicilan pinjaman untuk uang bangunan sekolah karena kamu juga mesti pikirkan biaya sehari-harinya. Mungkin lebih baik rancang pendidikan anak sedari dini dengan menyiapkan asuransi pendidikan bagi sang buah hati.

Kredit Kendaraan

Mobil rata-rata dijual di atas Rp100 juta ke atas. Dengan gaji sekitar empat juta rupiah setiap bulan maka sulit rasanya untuk membelinya secara tunai. Oleh karena itu pembelian mobil dengan cara berutang cukup digemari milenial.

Kredit kendaraan terutama mobil adalah hal terakhir yang disarankan untuk kamu karena sebagian besar orang mengambil cicilan kendaraan bukan untuk menunjang produktivitas.

Jika kendaraan yang kamu cicil hanya untuk menunjang gaya hidup saja maka lebih baik urungkan niatmu. Di samping cicilan mobil, kendaraan menghasilkan biaya perawatan rutin, bahan bakar, dan pajak kendaraan setiap tahun. Belum lagi di akhir masa cicilan harga kendaraanmu biasanya sudah jatuh di bawah harga belinya.

Jadi kamu harus pertimbangkan baik-baik apakah kamu membutuhkannya atau tidak. Kamu harus ingat untuk berhati-hati saat membelanjakan uang untuk hal-hal yang nilainya cenderung turun seiring waktu seperti halnya mobil.

Tapi sebaliknya jika pembelian kendaraan benar-benar mampu menunjang produktivitas kamu, kenapa tidak? Misalnya kamu menggunakan kendaraan kamu untuk antar produk yang kamu jual atau digunakan sebagai taksi online, maka pinjaman kendaraan adalah hal yang bisa kamu lakukan. Untuk tujuan produktivitas maka cicilan kendaraan adalah utang sehat.

Kalau kamu misalnya mau menggunakannya untuk menunjang gaya hidup, itu sah-sah saja untuk dilakukan. Tapi pastikan cicilan kendaraanmu tidak mengorbankan hal lain dalam kehidupanmu. Cicilan kendaraan dengan tujuan gaya hidup termasuk ke dalam utang konsumtif, alias tidak sehat.

Semua contoh utang sehat di atas akan menjadi tidak sehat jika kamu tidak memenuhi syarat utang sehat di bawah ini

Syarat Utang Sehat

  • Besar total cicilan tidak lebih dari 30 persen dari total pendapatan bulanan

Sekalipun utang kamu termasuk utang sehat akan tetapi bisa menjadi tidak sehat jika total cicilannya setiap bulan terlalu besar. Beban utang harus selalu disesuaikan dengan kemampuanmu membayar utang. Idealnya besar cicilan utang di bawah 30 persen dari total pendapatan bulananmu.

Lebih dari itu maka sudah termasuk kategori tidak sehat lagi dan akan menyulitkanmu mencicil dan melunasi utang. Jangan sampai pengadaan utang menjadi masalah dalam keuanganmu dan berakhir tak terbayar.

  • Utang bukan hanya sekedar memenuhi gaya hidup

Saat ini kita hidup di jaman dengan begitu banyak kemudahan dan kenyamanan termasuk dalam hal memenuhi kebutuhan gaya hidup. Fasilitas PayLater, kartu kredit, kredit tanpa agunan, dan pinjaman online rasanya sudah lumrah sekali di kalangan milenial.

Seringkali peningkatan dalam penghasilan dimanfaatkan untuk upgrade gaya hidup dan melupakan investasi. Utang berbasis gaya hidup akan menghasilkan barang-barang yang nilainya terus menurun seiring waktu.

Ketika ada pandemi COVID-19 yang kedatangannya tak diduga seperti sekarang ini biasanya mereka yang gaya hidupnya tinggi langsung kelimpungan karena menipisnya pendapatan.

Utang pun kemudian tak terbayar dan aset-aset yang ada terancam likuidasi alias mesti dijual untuk membayar cicilan pinjaman dan biaya hidup. Ketika dijual pun nilainya turun karena barang konsumsi memang tidak memiliki nilai investasi.

  • Jangka waktu penggunaan lebih dari jangka waktu cicilan pinjaman

Ada juga utang yang meski bersifat konsumsi, namun jika keuangan kamu cuku kuat dan bisa melunasinya kurang dari masa pakainya maka bisa saja masuk kategori sehat. Misalnya saja utang yang diambil untuk membeli aset dengan masa pakai lebih dari lima tahun.

Kredit kendaraan yang cicilannya hanya 30 bulan saja akan sangat efisien jika kamu berencana untuk menggunakannya dalam 30 tahun ke depan. Semakin sedikit waktu cicilan dengan masa pakai yang lama akan sangat produktif bagi kamu.

Tips Mengambil Utang Tanpa Cemas

Jika kamu ingin melakukan pinjaman maka sebaiknya kamu perhitungkan baik-baik dan punya dana darurat. Mari kita bahas satu persatu:

  • Hitung arus kas keuanganmu dengan baik

Sebelum ajukan utang baik konsumtif maupun produktif sebaiknya dipikirkan baik-baik. Hitung dengan baik total cicilan yang harus dibayar dibagi dengan total penghasilan. Hasilnya sebaiknya berada di bawah 30 persen, maksimal cicilan hanya boleh 40 persen dari penghasilan. 30-40% adalah rasio cicilan yang sehat.

Jika rasio cicilan per pendapatan berada di antara 40-60% maka sudah masuk kategori waspada. Dan di atas 60 persen maka cicilanmu termasuk membahayakan keuanganmu.

Kamu tidak boleh membiarkan keuanganmu berada dalam kategori berbahaya karena kamu masih harus membayar biaya hidup. Biaya hidup adalah termasuk uang dapur, uang utilitas (listrik, air, internet, dll), pendidikan anak, asuransi, biaya tak terduga seperti ulang tahun teman, dll. Jangan sampai cicilan utangmu membuatmu tak menyisakan sedikitpun tabungan.

  • Dana darurat

Jika kamu sudah memastikan rasio cicilanmu sehat, kamu harus mulai menyisihkan tabungan untuk membentuk dana darurat. Dana darurat adalah total harta lancar seperti tabungan dan perhiasan bernilai investasi dibagi dengan penghasilan rutin.

Kamu butuh dana darurat karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Ketika kamu tertimpa musibah, atau bahkan mengalami kemalangan seperti terkena PHK maka kamu harus pastikan bahwa kamu masih baik-baik saja.

Baik-baik dalam artian masih memiliki biaya hidup untuk bertahan sementara kamu mencari pemasukan dan dalam situasi apapun cicilan utangmu masih terbayarkan.

Misalnya begini, dalam instagram perencana keuangan Ligwina Hananto @mrshananto, ada salah seorang follower yang bercerita bahwa dirinya sebenarnya tidak punya utang. Tapi orang tuanya punya utang ke bank untuk renovasi rumah. Ketika pandemi COVID-19 datang, orang tuanya dinyatakan PHK, sehingga tak mampu membayar utang.

Akhirnya si follower tersebut memutuskan untuk ambil alih cicilan tersebut. Nah, inilah yang dimaksud dengan kemalangan atau kejadian yang tak disangka-sangka kedatangannya.

Jika kamu berencana untuk membentuk dana darurat kamu bisa hitung dahulu besarnya berapa. Jika kamu single, maka besar dana darurat adalah minimal enam kali lipat dari penghasilan bulananmu.

Jika kamu sudah menikah maka kamu bisa berupaya untuk menyisihkan dana hingga mencapai minimal 12 kali lipat dari penghasilanmu. Dengan begitu ketika kamu berutang, kamu bisa pastikan bahwa jika terjadi kemalangan apapun kamu masih bisa mencicil utangmu.

Jangan Pernah Berutang Untuk Trading!!!

Meski di atas dijelaskan bahwa utang produktif atau utang sehat adalah utang yang diajukan untuk melakukan sesuatu bernilai investasi tapi jangan sesekali mengajukan utang untuk trading.

Mengapa demikian? Trading adalah kegiatan yang didalamnya melibatkan tiga hal yaitu modal, manajemen uang dan mental. Ketika kamu mengajukan pinjaman untuk membiayaimu trading maka bisa dipastikan strategimu akan kacau.

Tekanan membayar cicilan akan membayangi aktivitas trading-mu dan itu akan membuatmu terbebani selagi berselancar di pasar modal yang penuh kejutan.

Dunia investasi dalam jangka pendek mengandung banyak faktor, memberikan penghasilan tidak tetap kepada setiap trader. Meski kamu lihai sekalipun jika ada beban utang yang membayangi maka kamu akan bertingkah “kejar setoran”. Itulah sebabnya istilah “Jangan menggunakan uang panas untuk trading” santer terdengar.

Akan muncul berbagai faktor yang bisa membuatmu gagal sekaligus sukses dalam trading. Salah satunya adalah mental atau psikologi trading. Faktor psikologi penting dalam kesuksesanmu. Sekalipun strategi kamu baik, manajemen keuanganmu baik, modal kamu cukup besar, jika kamu khawatir karena dikejar-kejar cicilan utang maka aktivitas trading-mu bisa berjalan tidak sehat.

Jesse Livermoore adalah contoh besar di mana utang telah menghancurkan salah seorang trader paling hebat yang pernah sukses melalui dua depresi ekonomi di Amerika Serikat. Kamu tentu tidak mau jadi Levermoore berikutnya bukan?

Artikel Terkait