Saham

Mengenal Arti Divestasi atau Penjualan Dalam Saham

Ajaib.co.id – Jika kamu sebelumnya sudah akrab dengan istilah investasi maka kali ini kita akan membahas mengenai divestasi. Istilah ini tidak jarang menghiasi headline di surat kabar, misalnya saja “Waskita Karya Divestasi 9 Ruas Jalan Tol Senilai Rp 11 Triliun Tahun Depan”.

Kamu tidak perlu bingung dengan istilah divestasi karena artinya mudah saja. Divestasi menurut KBBI adalah pelepasan, pembebasan, atau pengurangan modal. Mudahnya, divestasi adalah istilah untuk penjualan. Jika investasi artinya pembelian, maka divestasi adalah kebalikan dari investasi, yaitu penjualan. Oleh karena itu headline “Waskita Karya Divestasi 9 Ruas Jalan Tol Senilai…” bisa diartikan sebagai “Waskita Karya Menjual 9 Ruas Jalan Tol Senilai…”.

Tujuan Divestasi

Divestasi adalah proses penjualan aset anak perusahaan atau divisi perusahaan. Tujuannya hanya satu yaitu untuk menambah pemasukan atau memaksimalkan produktivitas perusahaan.

Jadi, divestasi atau penjualan itu baik atau buruk?

Sering kali penjualan adalah pertanda buruk bahwa emiten sedang kepayahan dalam keuangannya.

Pelepasan aset alias divestasi seringkali dilakukan dengan terpaksa karena emiten merugi atau bahkan sedang menghindari kebangkrutan. Emiten melakukan penjualan karena sedang kekurangan dana untuk membayar kewajiban berupa utang yang sudah jatuh tempo. Jika ini alasan penjualan maka itu adalah sesuatu yang buruk.

Divestasi juga bisa dilakukan ketika aset yang dimiliki tidak menghasilkan sesuai harapan. Sehingga harus didivestasi untuk merampingkan biaya operasional.

Namun penjualan bisa saja menjadi pertanda baik apabila setelah penjualan dilakukan ternyata kinerja emiten menjadi lebih efisien. Menjadi buruk apabila penjualan mengakibatkan emiten kehilangan sebagian sumber pendapatan. Misalnya saja perusahaan manufaktur yang menjual sebagian mesin-mesinnya untuk membayar utang.

Hasil divestasi aset biasanya digunakan untuk melunasi kewajiban liabilitas, belanja modal, mendanai operasional, atau bahkan membayar dividen saham preferen.

Contoh Divestasi

  • MERK

PT Merck Tbk (MERK) yang menaungi BioFarma pada tahun 2018 melakukan penjualan atas divisi Consumer Health yang memproduksi suplemen Hemobion, dan obat Cavit D3. Akibatnya Biofarma kehilangan kehilangan setengah dari sumber pendapatannya. Hal ini dilakukan untuk tujuan efisiensi dengan membuang divisi yang kurang menguntungkan.

Meski menyumbang setengah dari total pendapatan, divisi Consumer Health di Biofarma tidak efisien karena beban pokok pendapatannya tinggi. Tidak banyak laba bersih yang dikontribusi dari divisi ini sehingga lebih baik dilepas oleh perusahaan.  

Setelah itu seluruh hasil penjualan dibagikan sebagai dividen kepada seluruh pemegang saham. Dividen sebesar Rp 2.565 per lembar saham dibagikan sebagai dividen final untuk tahun 2018. Selanjutnya di tahun berikutnya besaran dividen kembali normal yaitu hanya sekitar Rp130 saja per lembar sahamnya.

Pengaruh penjualan ini tak bisa dibilang kecil. Harga saham MERK sempat terjerembap dari harga awal Rp7000-an per lembar saham ke angka Rp1500-an per lembar saham. Kini bangkit kembali setelah muncul sentimen dari produksi vaksin yang akan dilakukan Biofarma bekerja sama dengan Sinovac dari China.

  • MPMX

PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) yang merupakan salah satu perusahaan dari Sandiaga Uno pada bulan Mei 2018 melakukan penjualan atas divisi pelumas Federal Oil.

MPMX melalui anak usahanya PT Mitra Pinasthika Mulia menjual seluruh sahamnya di PT Federal Karyatama  yang memproduksi pelumas Federal Oil ke ExxonMobil dan Esso Petroleum Company Ltd.

Nilai penjualan divisi produsen pelumas Federal Oil mencapai USD 436 juta atau setara dengan Rp 6,06 triliun (asumsi kurs Rp 13.919 per dolar Amerika Serikat). Emiten mengakui bahwa sebagian penjualan akan digunakan untuk membayar sebagian utang perusahaan. Rp6,06 triliun adalah setengah dari ekuitas perusahaan saat itu.

Sebelum penjualan Federal Oil harga saham MPMX adalah Rp1140 per lembar saham. Kini MPMX dihargai Rp520 saja di bursa. MPMX terpukul dalam karena di masa pandemi orang-orang cenderung tidak melakukan perjalanan sehingga penjualan kendaraannya berkurang banyak.

Metode Divestasi

Penjualan aset secara tunai adalah metode divestasi yang paling umum. Hakekat dari divestasi adalah pelepasan aset, caranya tidak hanya dengan menjual secara tunai. Ada juga cara-cara lain yang bisa ditempuh untuk melepas aset. Berikut metode divestasi yang umum dilakukan selain dari penjualan tunai;

  • Divestasi Metode Spin-off

Spin-off adalah saat perusahaan induk mengubah sebuah divisi menjadi entitas/perusahaan terpisah. Divisi yang di-spin off menjadi entitas yang berbeda dan terpisah dengan perusahaan dan memiliki manajemennya sendiri. Dalam spin-off unit usaha masih termasuk dalam satu buku akuntansi dengan perusahaan induk. Maksudnya divestasi spin-off dilepas kepada pemegang saham utama perusahaan induk.

Misalnya saja Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) yang di-spin off oleh Waskita Karya Tbk (WSKT) di tahun 2014. Kemudian setelah saat itu WSBP memiliki manajemen sendiri yang terpisah dari WSKT dan memiliki kinerja yang berbeda dengan induknya.

  • Divestasi Metode Carve-out

Metode carve-out sepintas serupa dengan spin-off, yaitu sama-sama melepas sebuah divisi untuk menjadi entitas baru yang terpisah. Bedanya adalah dalam Carveout divisi yang dilepas menjadi perusahaan terpisah sudah benar-benar tidak berada dalam satu buku akuntansi lagi dengan induknya. Maksudnya perusahaan hasil divestasi carve-out dilepas ke masyarakat umum melalui penawasan saham perdana alias IPO.

Maksimal saham anak perusahaan yang dapat ditawarkan dalam IPO adalah sebesar 20% saja. Sehingga perusahaan induk tetap memiliki kendali mayoritas terhadap cabang atau unit bisnis tersebut. Perusahaan induk kemudian akan menerima arus kas masuk dari perusahaan yang di-carve out.

Tips Investasi Di Perusahaan Yang Melakukan Divestasi

Harga saham perusahaan yang sedang terjerembap seringkali dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk membeli saham di harga rendah. Hal ini tidaklah salah, namun kamu harus hati-hati karena salah-salah kamu mungkin sedang mengoleksi saham yang akan kolaps. Berikut tips yang bisa kamu terapkan jika kamu tertarik membeli saham yang melakukan divestasi:

1. Teliti tujuan divestasi

Kamu sebaiknya pastikan motif perusahaan dalam melakukan penjualan. Jika ternyata perusahaan melakukan penjualan dikarenakan perusahaan sedang membutuhkan dana cepat untuk melunasi kewajibannya maka sebaiknya tahan dulu investasi di emiten tersebut.

Alasan penjualan untuk membayar utang menandakan bahwa keuangan perusahaan tersebut kurang baik. Alasan likuidasi untuk membayar utang adalah alasan yang kurang sehat. Kamu bisa cek juga arus kas dan utang dalam neraca untuk memastikan kesehatan emiten.

2. Ketahui kontribusi divisi atau aset perusahaan yang dilepas

Jika kamu memutuskan membeli saham emiten yang melakukan penjualan maka kamu harus tahu besar kontribusi divisi yang dilepas terhadap laba bersih. Kontribusi pada laba bersih akan mempengaruhi masa depan emiten.

Kalau kecil saja kontribusi divisi yang dilepas terhadap laba bersih maka justru divestasi akan berdampak positif karena mengurangi beban operasional.  

Semoga bisa membantu kamu lebih memahami tentang divestasi ya!

Artikel Terkait