Saham

Kelebihan & Kekurangan Membeli Saham Perusahaan yang Merugi

Ajaib.co.id – Publik sempat dibuat terheran-heran di tahun 1998 karena ada seseorang yang berinvestasi Rp1,5 miliar dengan membeli saham perusahaan yang sedang merugi. Rp1,5 miliar adalah angka yang sangat besar saat ini, apalagi di tahun 1998 saat jumlah miliarder di Indonesia belum sebanyak sekarang.

Usut punya usut ternyata saham yang sedang dibicarakan memiliki potensi tersembunyi yang hanya bisa dilihat oleh mata yang jeli saja. Enam tahun berselang saham yang dibicarakan moncer; naik dari Rp250 di tahun 1998 menjadi sekitar Rp15.000 (sudah disesuaikan harganya setelah stock split dan bonus saham) di tahun 2004 atau cuan 5900%.

Lo Kheng Hong (LKH), seorang investor kawakan tanah air, adalah orang yang dimaksuddi atas. Beliau membeli saham perusahaan PT United Tractors Tbk. (UNTR) ketika kondisinya rugi bersih Rp1,10 triliun di tahun 1998. Tak tanggung-tanggung 6 juta lembar saham UNTR, atau setara dengan Rp1,5 miliar, dibelinya menggunakan hasil investasi yang diperoleh selama 9 tahun sejak 1989.

Pertimbangannya adalah laba usaha UNTR masih besar sekali, yaitu sebesar Rp1,07 triliun dari total pendapatan Rp3,68 triliun saat itu. Kerugian emiten sendiri berasal dari melemahnya kurs Rupiah terhadap Dolar AS di tahun 1998. Dengan kinerja sebagus itu LKH mengkalkulasi bahwa kinerjanya akan meroket setelah ekonomi pulih.

Benar saja, setelah rupiah kembali perkasa menguat dari Rp16.000 per dolar AS menjadi Rp8.000 per dolar AS segera UNTR berbalik menjadi untung. Kerugian yang terus berkurang akhirnya menjadi laba.  Di bulan September 2004 emiten alat berat Astra tersebut membukukan laba bersih sebesar Rp834 miliar.

Saham UNTR yang semula dibeli LKH di harga Rp250 di tahun 1998 terus ditransaksikan pelaku pasar modal hingga mencapai level Rp15000 per lembar saham. Dengan demikian investasinya  yang senilai Rp1,5 miliar tersebut telah berkembang menjadi Rp90 miliar di tahun 2004 alias dalam waktu enam tahun saja. Itulah titik mula LKH menjadi legeda pasar saham Indonesia. Saham-saham yang demikian itulah yang disebut turnarounds.

Apa Itu Saham Turnaround?

Turnaround adalah istilah untuk saham emiten yang kinerjanya berbalik arah/turnaround dari rugi menjadi laba, singkatnya begitu. Investor saham turnaround adalah para kontrarian yang memiliki keberanian membeli saham ketika semua orang ketakutan dan menjual sahamnya.

Istilah turnaround diperkenalkan oleh Peter Lynch dalam bukunya yang berjudul One Up On Wallstreet yang terbit di tahun 1989. Lynch sendiri terkenal setelah belasan kali menemukan potensi ten bagger di saham-saham turnaround. Jika kamu belum tahu, ten bagger adalah istilah bagi saham-saham yang setelah dibeli harganya naik 10 kali lipat.

Itulah saham turnaround yang potensinya sangat menggiurkan. LKH sendiri mendapat 60 bagger, alias 60 kali lipat, dari investasinya di UNTR tahun 2004 silam. Potensi saham turnaround memang jauh melebihi saham bertumbuh atau saham dividen dengan waktu relatif cepat.

Saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT) misalnya, BRPT membutuhkan waktu setahun untuk berbalik dari rugi di tahun 2015 menjadi laba di tahun 2016. Perubahan fundamental ini disambut riang gembira oleh para pelaku pasar modal, segera saja sahamnya naik 10 kali lipat/tenbagger hanya dalam setahun. Tak heran banyak yang memburu saham-saham turnaround.

Namun jangan salah, perusahaan-perusahaan yang kinerjanya membaik dan akhirnya berbalik dari yang semula buntung menjadi untung tentu tidak mudah ditemukan.

Kekurangan Membeli Saham Perusahaan yang Merugi

Membeli emiten yang merugi bisa berakhir fatal jika ternyata yang kamu beli adalah calon sampah. Sebutan sampah mungkin terdengar kasar namun tidak berlebihan. Lembaga pemeringkat memberi label “Junk” alias sampah untuk obligasi korporat yang dikeluarkan perusahaan-perusahaan merugi yang dinilai dekat kepada kebangkrutan. Selajutnya perusahaan tersebut akan dijuluki sebagai junk company oleh investor sampai keadaannya membaik.

Tidak mudah menemukan ‘mutiara terpendam’ dari ratusan saham. Warren Buffet adalah salah seorang investor yang cukup pandai menemukan saham turnaround. Saham GEICO dibelinya di tahun 1975, berbalik menjadi laba dari yang semula merugi. Beliau untung berlimpah setelah menjual GEICO yang menjadi ten bagger setelah beberapa tahun setelah ia beli. Namun Buffet menekankan bahwa yang dilakukannya adalah tidak untuk ditiru oleh amatir.

This is risky. It could go completely out of business. But in insurance it’s very hard to get an edge, and they have an edge. If they got the right person in to run it, I think he could turn it around

Warren Buffett, The Snowball

Terjemahan: Buffet mengungkapkan bahwa saham turnaround yang dibelinya mengandung risiko tinggi. Bisa benar-benar bangkrut. Namun bisnis asuransi sulit untuk memiliki keunggulan dan GEICO memilikinya. Jika mereka punya manajemen yang tepat untuk menjalankan bisnisnya, kurasa GEICO bisa membalikkan kinerja.

Saran Buffet untuk kamu yang sedang mengincar saham yang sedang merugi dengan tujuan mendapatkan tenbagger adalah;

We are not looking for survivors that recover somewhat out of a recession only to fall again in the next one. We are looking for outstanding winners like IBM in 1992, not unrepentant alcoholics like GM in 1982, or 1992, or 2002 or 2008.

Warren Buffet, The Snowball

Terjemahan; Kita tidak sedang mencari saham yang sekedar selamat dari resesi lalu jatuh lagi di resesi lainnya. Kita sedang mencari saham pemenang seperti IBM di tahun 1992 (catatan: Saham IBM mulai laba sejak tahun 1992 hingga kini), kita tidak sedang mencari saham ‘pemabuk kambuhan’ seperti GM yang kinerjanya sempoyongan di tahun 1982, atau di 1992, atau di 2002 atau di 2008.

Saran beliau untuk kamu yang mengincar saham turnaround;

Surviving depends on leadership, a good plan, momentum and luck. If you feel you lack the ability to read management and its progress you should probably avoid turnarounds.

Terjemahan; Kemampuan untuk bertahan bergantung dari kepemimpinan, perencanaan yang baik, momentum dan keberuntungan (contoh keberuntungan dalam The Snowball adalah bantuan pemerintah alias bailout). Jika kamu merasa kurang bisa membaca kemampuan manajemen dan kemajuannya mungkin kamu harus menghindari saham-saham turnaround.

Bottom fishing adalah istilah untuk perburuan saham-saham yang sedang terpuruk dan diduga turnaround. Seringkali para mancing mania yang membeli saham ala bottom fishing malah menderita kerugian karena ternyata harga melanjutkan penurunannya. Membeli saham yang sedang terjadi penjualan/distribusi besar-besaran, alias sedang menukik ke bawah disebut dengan “menangkap pisau jatuh”.

Saran Lynch adalah dengan menunggunya dengan sabar sampai penjualan mereda dengan demikian akan terhindar dari “falling knife”. LKH sendiri adalah termasuk mereka yang ber-aliran penangkap pisau jatuh, alias suka membeli ketika saham sedang kuat menukik ke bawah.

Namun LKH punya alasan sendiri untuk tetap mempertahankan saham-saham yang dibelinya dengan berdarah-darah. Beliau sih kuat lihat floating loss/minus dalam puluhan persen, kalau kita-kita mana tahan… Tapi kesabaran memang berbuah manis, kerja keras analisa sebelum membeli berbuah cuan yang membuatnya melegenda.

Kelebihan Membeli Saham yang Merugi

Jika perhitungan kamu benar, membeli saham perusahaan yang sedang merugi malah akan memberi keuntungan kenaikan harga saham yang luar biasa. Publik suka sekali dengan saham-saham yang berbalik arah menjadi laba.

Saham-saham seperti BRPT, INKP, MBAI, INDY dan lainnya adalah contoh tenbagger yang kenaikannya berlangsung berminggu-minggu. Mungkin kamu juga pernah ikut berpesta di saham-saham yang barusan disebut?

Kelebihan membeli saham yang merugi, jika ternyata yang kamu beli benar-benar saham turnaround, maka kenaikan harga yang terjadi sering melampaui fundamentalnya. Dan menjadi semakin menarik setelah harganya naik 50% ke atas. Dengan cepat publilk akan menyadarinya dan kenaikan harga hingga berkali-kali lipatnya seringkali terjadi.

Hanya saja kamu perlu cukup waktu dan tenaga untuk mencarinya. Saham-saham ini seringkali dihindari, memiliki bisnis yang membosankan, merugi, namun punya sesuatu yang menarik. Kata “menarik” dijelaskan di bawah ini:

  • Ada saham yang kinerjanya berbalik arah/turnaround berkat bailout. Di Indonesia perusahaan BUMN tidak pernah gagal ditolong/bailout. Akan menjadi turnaround yang sukses jika manajemen pandai mengelola dana talangan, belanja modal tepat sasaran dan dapat mengatasi masalah internalnya dengan baik.
  • Perusahaan yang sebenarnya bagus, namun menjadi jelek setelah mengakuisisi anak usaha yang menyeret keseluruhan kinerja. Akan menjadi baik jika perusahaan menyadarinya dan menjual divisinya yang tidak menguntungkan.
  •  Asset Play– Perusahaan yang punya harta terpendam berupa paten obat, tanah yang belum digarap, atau cadangan mineral. Jika strategi perusahaan mulai terfokus pada keunggulannya maka sentimen positif akan segera direspon publik dan sahamnya bisa loncat berkali-kali lipat.

Lynch mengatakan bahwa saham-saham yang turnaround adalah yang ‘babak belur’, terdepresiasi, dan seringkali terseret nyaris kepada kebangkrutan dan ‘no growers’. Namun dapat dikategorikan sebagai turnaround jika ternyata perusahaan-peusahaan tersebut memiliki beberapa hal di bawah ini.

Berikut tips menemukan saham turnaround ala Peter Lynch:

  • Lihat berapa banyak Kas dan Setara Kas yang dimiliki, bandingkan dengan utang yang dimiliki khususnya yang jangka pendek. Berapa lama kiranya perusahaan dapat bertahan dalam situasi operasional yang merugi sedangkan ada utang yang harus dilunasi sebelum benar-benar bangkrut?
  • Jika sudah bangkrut, adakah yang tersisa yang bisa dibagikan kepada pemegang saham? Sebagai informasi saja kewajiban perusahaan bangkrut ada tiga yaitu likuidasi aset untuk melunasi liabilitas, membayar hak para pemegang saham preferen, lalu membayar kepada pemegang saham biasa. Nah, kamu dan saya adalah yang terakhir dalam daftar prioritas jika emiten bangkrut.
  • Apa strategi perusahaan? Apakah perusahaan sudah berusaha menjangkau pangsa pasar yang lebih luas?
  • Apakah perusahaan sudah membuang divisinya yang tidak menguntungkan? Restrukturisasi manajemen, terutama level eksekutif, juga merupakan perubahan yang diperlukan untuk memperbaiki kinerja.
  • Apakah perubahan yang dilakukan berdampak pada laba-rugi? Perhatikan apabila ternyata kerugian telah menipis dari kuartal ke kuartal maka keuntungan sudah dapat diprediksi.
  • Apakah kinerja berubah lebih baik? Apakah utang berkurang dari kuartal ke kuartal?
  • Apakah manajemen sudah mencoba melakukan efisiensi dengan mengurangi biaya-biaya? Apa dampaknya?
  • Apakah P/E membaik?

Penutup

Membeli saham perusahaan yang merugi, jika dilakukan dengan benar, maka akan mendatangkan keuntungan berkali-kali lipat. Namun jika salah perhitungan di awal maka bisa jadi yang kamu beli sebenarnya adalah kandidat pailit alih-alih calon turnaround.

Perlu diperhatikan bahwa yang dibahas dalam artikel ini adalah sepenuhnya tentang pembelian saham berdasarkan fundamental, bukan teknikal apalagi hanya sentimen belaka. Ada dua cara harga saham perusahaan yang merugi bisa naik; digoreng atau kinerjanya turnaround beneran.

Jika ternyata hanya sekedar digoreng, maka anjloknya harga saham adalah soal waktu saja. Setiap Bandar hanya akan cuan jika kamu membeli saham-saham yang ia distribusikan. Di akhir siklus Bandar akan melakukan mark down dan kamu akan ditinggal merugi begitu saja.

Namun jika ternyata saham naik berkat kinerja yang berbalik arah dari yang semula merugi menjadi laba maka kamu bisa pertimbangkan untuk meng-hold sahammu dalam jangka panjang.

Harus diingat bahwa dalam kebanyakan buku investasi, berburu saham turnaround tidak disarankan karena cukup sulit dilakukan terutama oleh pemula. Untuk bisa bottom fishing dengan baik kamu harus meluangkan waktu dan tenaga memilih saham satu persatu. Jika tidak menyukainya maka kamu bisa melakukan investasi dengan cara-cara biasa saja. Membeli saham perusahaan yang merugi itu berisiko tinggi, namun potensi kenaikannya juga besar alias high risk-high return.

Artikel Terkait