Analisis Saham, Saham

Bedah Saham WSKT-Akankah Kembali Berkilau?

Sumber: Waskita

Ajaib.co.id – Waskita Karya disebut-sebut sebagai perusahaan yang akan diuntungkan dari adanya Omnibus Law Cipta Kerja. Sejak tahun 2018 emiten BUMN karya yang satu ini telah susah payah mendivestasi alias menjual 10 ruas tol miliknya yang senilai triliunan itu.

Omnibus Law UU No. 11/2020 Cipta Kerja digadang-gadang akan memberikan dampak langsung ke saham-saham BUMN karya seperti Waskita Karya Tbk (WSKT). Nusantara Investment Authority (NIA), yang merupakan salah satu dari lima rancangan turunan Peraturan Pemerintah Omnibus Law, adalah satuan tugas yang akan bertanggung jawab dalam lelang infrastruktur seperti ruas tol WSKT. Ini adalah katalis positif bagi emiten saham WSKT.

Jadi aset-aset yang dimiliki oleh BUMN karya yang dialihkan ke NIA dapat langsung dijual ke Joint Venture yang dibentuk oleh NIA, dan juga ke pihak-pihak swasta lainnya. NIA akan berperan sebagai penerima investasi lokal maupun asing dan sedikitnya Rp15 triliun sudah masuk kantong NIA hingga saat ini. Rencananya NIA akan membantu emiten saham WSKT dalam hal penjualan beberapa ruas tol untuk kelancaran arus kasnya.

Profil Emiten

PT Waskita Karya (Persero) Tbk (kode saham WSKT) adalah Badan Usaha Milik Negara yang menjalankan kegiatan usaha dalam bidang konstruksi, industri pabrikasi, jasa penyewaan, investasi, pekerjaan terintegrasi (Engineering, Procurement, and Construction / EPC), serta layanan jasa peningkatan kemampuan di bidang konstruksi.

Pengembangan bisnis yang dilakukan adalah seputar konstruksi seperti beton pracetak, properti, real estate, jalan tol dan lainnya. Emiten sahamWSKT adalah induk usaha dari banyak anak usaha yang masing-masing mengoperasikan satu jenis pengembangan bisnis sahamWSKT. Misalnya saja PT Waskita Beton Precast Tbk yang memiliki pabrik beton precast sebesar 3.250.000 metrik ton.

Bidang pengembangan jalan tol dilakukan oleh anak perusahaan PT Waskita Toll Road (WTR). Bidang property / realty dilakukan oleh anak perusahaan PT Waskita Karya Realty yang mengelola Hotel Dafam Teraskita Jakarta dan beberapa proyek lainnya seperti Apartement Brooklyn di Alam Sutera-Tangerang, proyek 88 Avenue di Surabaya, Yukata Suites di Alam Sutera-Tangerang, The Reiz Condo di Medan, Zalakka Hotel and Apartement di Bali, dll.

Bidang energi dilakukan oleh anak perusahaan PT Waskita Karya Energi yang menjadi perusahaan holding bagi PT Waskita Sangir Energi yang bergerak dalam bidang Pembangkit Listrik Tenaga Minihydro (PLTM) dengan kapasitas output 2×5 Megawatt.

Perusahaan saat ini fokus pada pengerjaan proyek strategis nasional (PSN) yang diamanatkan pemerintah, seperti pembangunan jalur Light Rail Transit (LRT) di Sumatra Selatan, pembangunan tol Trans Jawa Pejagan– Betung. Perusahaan telah memiliki dan mengerjakan pembangunan jalan tol dengan total panjang lebih dari 1300 km.

Waskita Karya sejatinya telah berdiri sejak jaman kependudukan Belanda dengan nama Volker Aannemings Maatschappij N.V. yang kemudian dinasionalisasi oleh pemerintah Republik Indonesia menjadi milik negara Indonesia.

Saat ini Negara Republik Indonesia adalah pemegang saham mayoritas WSKT yang menguasai 66,03% dari seluruh saham beredar, sisanya sebanyak 33,96% saham WSKT beredar di masyarakat. Dengan jumlah saham beredar sebanyak 13.573.951.000 lembar, kapitalisasi pasar WSKT adalah sebesar Rp. 20,63 Triliun.

Sekilas Riwayat WSKT

Waskita Karya sebelum tahun 2010 adalah perusahaan sakit yang berada diujung kematian, sampai akhirnya Muhammad Choliq terpilih sebagai Presiden Direktur. Di tangan beliau Waskita Karya berubah menjadi salah satu perusahaan konstruksi terbesar dan terkuat dengan laba kotor tertinggi dari semua. Di tangan beliau, hanya butuh 1 tahun saja untuk mengubah keadaan menjadi laba dari awalnya kondisi minus di tahun 2010.

Kemudian Waskita Karya menghasilkan laba bersih Rp172 milyar di 2011 dan siap melantai di bursa di tahun 2012 dengan kode saham WSKT. Di tahun 2012 WSKT berhasil mencetak laba sebanyak Rp254 milyar.

Seiring waktu WSKT tumbuh menjadi salah satu yang terkuat hingga masuk perusahaan konstruksi terbesar di negeri ini. Tahun 2018 adalah tahun dimana M. Choliq pensiun dari jabatannya. Dan lagi setelah tahun 2018 juga pendapatan dan laba bersih WSKT melemah, apakah ini kebetulan?

Review Laporan Keuangan Terakhir

Per September 2020 Waskita Karya membukukan rugi bersih sebesar Rp 2,6 triliun, padahal sebelumnya di September 2019 Waskita masih membukukan laba sebanyak Rp 1,15 triliun.

Emiten mengaku kesulitan akibat terdampak wabah COVID-19, rencana divestasi tol milik mereka juga tertunda dan alokasi anggaran pemerintah sebelumnya lebih difokuskan pada penanganan COVID-19. Meski demikian emiten terus berupaya untuk mengurangi liabilitas sebisa mungkin agar kesehatan keuangan perseroan bisa lebih kuat.

Rasio

Rasio profitabilitas emiten tidak menarik dikarenakan per Kuartal III-2020 emiten membukukan rugi bersih sehingga marjin laba, ROA dan ROE menjadi minus. Dengan demikian rasio PE-nya pun menjadi minus.

Saat ini Waskita lebih menarik dilihat dari sisi aset karena harga saat ini hanya mencerminkan 81% dari nilai bukunya. Hal ini menandakan WSKT masih underpriced dilihat dari nilai bukunya.

Review Kinerja

Berikut adalah informasi pendapatan yang berhasil diraih WSKT sejak M. Choliq menjabat di tahun 2010. Sebelum 2010 WSKT adalah BUMN karya yang sangat payah. Oleh karena itu untuk merombak perusahaan semacam ini M. Choliq melakukan reformasi besar-besaran dari dalam tubuh perusahaan dengan mengatur manajemen dan melakukan segala cara untuk meningkatkan performa perusahaan.

Untuk memikat para pemberi proyek WSKT di bawah M. Choliq memberanikan diri untuk menawarkan opsi turn key. Sebagai informasi turn key adalah istilah untuk sistem pembayaran yang dilakukan setelah proyek selesai. Jika biasanya pembayaran dilakukan secara bertahap alias sistem termin, WSKT menawarkan sistem turn key. Alhasil WSKT seperti kebanjiran proyek sejak saat itu.

Pemerintah semula mendominasi mayoritas proyek-proyek Waskita, namun belakangan proyek-proyek juga datang dari pihak swasta dan BUMN lainnya. Beliau memang sosok pemimpin yang risk taker dan cenderung agresif. Berikut pendapatan yang diperoleh WSKT sejak beliau menjabat.

Tahun Total Pendapatan (Rp)
2011 7.274.000.000.000
2012 8.808.000.000.000
2013 9.687.000.000.000
2014 10.287.000.000.000
2015 14.153.000.000.000
2016 23.788.000.000.000
2017 45.212.897.632.604
2018 48.788.950.838.822
2019 31.387.389.629.869
Sep-20 11.740.239.235.937

Sebagai informasi M. Choliq turun dari jabatannya sebagai President Director di Waskita Karya di bulan April 2018. Beliau meninggalkan warisan berupa tumpukan masalah yang mesti diurus mulai dari pembiayaan proyek, pelunasan utang, dll.

Masalah-masalah tersebut datang dari keputusan sistem pembayaran turn key yang diambil sebelumnya. Sistem tersebut membuat marjin laba waskita sangat bagus dibandingkan kawan-kawan BUMN karya lainnya namun membuat arus kas merana.

Kamu bisa lihat di tahun 2019 masalah yang ditinggalkan M. Choliq mulai menjadi bencana.

Di tahun 2019 rasio laba per ekuitas (ROE) turun menjadi hanya satu digit, dan rasio laba per aset (ROA) menjadi hanya 0,77% sedang marjin laba menjadi 2,99 persen saja. Ini adalah pertama kalinya profitabilitas Waskita menipis sedemikian rupa.

Selama ini Waskita di bawah M. Choliq selalu berusaha menjaga marjin laba agar terlihat menarik. Beliau mengetatkan efisiensi beban agar dapat menyisakan marjin laba yang cukup gemuk, tidak tipis tak menarik seperti sekarang.

Kamu bisa lihat dari tahun 2018 ke 2019 penurunan laba bersih berubah sangat signifikan. Apalagi setelah diterpa pandemi, WSKT goyah dan berakhir rugi bersih Rp2,6 triliun di kuartal III-2020.

Dividen

Secara dividen, emiten rutin membagikan seperlima alias 20 persen dari laba bersihnya sebagai dividen tunai kepada para investor. Ini cukup menarik bagi mereka yang berniat invest jangka panjang di saham Waskita Karya.

Namun di tahun 2020 laba yang dibagikan hanya terbatas di angka Rp3,45 saja atau setara dengan 4,99% dari total laba tahun 2019. Hal ini dikarenakan sebagian besar laba mesti ditahan untuk kepentingan likuiditas, pembayaran utang dan modal kerja untuk membiayai proyek yang sedang dikerjakan.

Prospek

Prospek datang dari potensi adanya arus kas yang masuk dari hasil penjualan tol yang dibantu oleh Nusantara Investment Authority (NIA). Penjualan tol tentunya akan sangat membantu arus kas emiten.

Saat ini Destiawan Soewardjono selaku President Director WSKT yang menjabat saat ini mengaku sedang berfokus pada empat hal yakni mencari lebih banyak proyek, restrukturisasi utang, divestasi ruas-ruas tol milik mereka, dan peningkatan sumber daya manusia.

Proyek-proyek didapat perusahaan dari pemerintah, BUMN, swasta dan luar negeri. Pembayaran juga kini dilakukan setengah dengan sistem termin dan setengahnya lagi dengan sistem turn key untuk menjaga arus kas yang masuk.

Targetnya proyek-proyek eksternal akan dapat menyumbang 50% arus kas untuk membiayai kontrak baru setiap tahun. Proyek-proyek internal yang berasal dari anak usaha WSKT biasanya menjadi piutang dengan usia yang panjang, sehingga emiten sangat mengandalkan proyek yang bersumber dari eksternal grup Waskita.

Lalu mengenai restrukturisasi utang, rencananya utang-utang tenor pendek akan dinego ulang agar bisa diperpanjang tenornya. Hal ini dilakukan untuk melonggarkan kredit untuk membiayai pengerjaan proyek. Namun jika hal ini dilakukan maka bisa dipastikan peringkat kredit emiten akan turun dan hal ini akan membuat emiten menjadi tidak menarik.

Mengenai divestasi tol, ini adalah topik pembahasan anyep yang sudah berusaha dilakukan sejak 2017 hingga kini belum juga membuahkan hasil yang berarti. Dengan dibantu oleh NIA, Waskita berharap penjualan sedikit empat ruas tol akan dapat berlangsung. Divestasi bisa berupa penjualan seluruh kepemilikan sahamnya di sebuah konsesi ruas tol. Jika tak dapat dilakukan juga maka divestasi akan dilakukan melalui sekma reksadana penyertaan terbatas.

Tentang sumber daya manusia (SDM), manajemen juga berusaha untuk meningkatkan SDM dengan program AKHLAK yang merupakan akronim dari Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.

Tentu kita semua berharap semua yang dilakukan emiten berlangsung lancar.  

Kesimpulan

Pandemi merupakan situasi yang teramat berat bagi semua BUMN karya yang telah melantai di bursa. Sebagai informasi saja Adhi Karya Tbk (ADHI) mengalami penurunan laba hingga 95 persen year-on-year. Wijaya Karya Tbk (WIKA) juga mengalami penurunan laba hingga 96 persen yoy dari yang asalnya Rp1,35 triliun di September 2019 menjadi hanya Rp 50 miliar saja di September 2020.

Laba bersih PT Pembangunan Perumahan (PTPP) juga anjlok 94 persen yoy dari Rp 519,23 miliar menjadi hanya Rp 26,36 miliar saja di September 2020. Tapi hanya Waskita Karya Tbk (WSKT) yang merugi Rp 2,6 triliun per kuartal III-2020 dari yang semula laba Rp 1,5 triliun di kuartal III-2019.

Emiten sangat berharap bisa benar-benar melakukan divestasi ruas tol sedikit empat tol milik mereka di tahun 2021. Dengan dibantu oleh NIA, sebagai kristalisasi Omnibus Law di sektor investasi, WSKT berharap penjualan tol-nya berlangsung lancar sehingga daoat memperkuat likuiditas dan memperbaiki arus kasnya.

Waskita Karya memiliki wajah yang berbeda pasca ditinggal oleh President Director yang lama yakni M. Choliq. Hal ini lantaran M. Choliq meninggalkan sejumlah warisan masalah bagi penerusnya berupa utang dari hasil pembiayaan proyek, dan lainnya.

Dan ternyata manajemen yang baru juga kurang bisa melakukan efisiensi beban-beban sehingga profitabilitas menjadi tipis tak menarik tak seperti dahulu. Ditambah terpaan pandemi Covid-19, Waskita menjadi satu-satunya emiten BUMN karya yang membukukan rugi bersih.

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.

Artikel Terkait