

Ajaib.co.id – Pandemi Covid-19 rupanya telah meyakinkan banyak konglomerat, para crazy rich Indonesia, untuk berinvestasi di saham-saham rumah sakit (RS). Dikutip dari CNBC, cara para taipan ini entri adalah mulai dari konsolidasi bisnis RS, konversi obligasi ke saham RS, hingga mengakuisisi saham RS yang baru IPO.
Emiten rumah sakit memang memiliki prospek yang menjanjikan karena seiring waktu rupanya biaya kesehatan tumbuh seiring, bahkan lebih tinggi dari inflasi.
Pertumbuhan pendapatan RS pun diharapkan bisa naik seiring dengan pertumbuhan populasi penduduk. Ekspektasi ini sejalan dengan logika bahwa semua orang pasti membutuhkan perawatan kesehatan sedikitnya sekali seumur hidup.
Dengan logika tersebut, telah mencuat banyak diskusi di berbagai forum saham tentang apakah saham-saham RS termasuk salah satu aset wajib koleksi? Bagaimana dengan saham RS yang baru IPO di tahun 2020 seperti Metro Healthcare Tbk (CARE)? Berikut bedah sahamnya!
Profil Perusahaan
PT Metro Healthcare Indonesia Tbk (CARE) adalah perusahaan yang bergerak dibidang layanan kesehatan yang berdiri sejak 7 Oktober 2015. Metro Healthcare menjalankan aktivitas bisnisnya melalui entitas anak dalam tiga kategori yakni Metro Hospitals, Metro Technologies, dan Mitra Adika Buana.
Dalam kategori Metro Hospitals terdapat tujuh rumah sakit yang telah beroperasi diantaranya Rumah Sakit Bunda Sejahtera, RS Umum Bina Sehat Mandiri, RS Umum Kartini, dll. Sedangkan Metro Technologies berisikan sebuah Startup dalam layanan kesehatan, namun masih dalam tahap rencana. Kategori yang terakhir yakni Mitra Adika Buana adalah sebuah training center yang mencetak tenaga kerja profesional dalam bidang pelayanan perawatan kesehatan, yang satu ini juga masih dalam tahap rencana.
Pada tanggal 13 Maret 2020, Metro Healthcare tercatat di Papan Pengembangan bursa dengan kode saham CARE sebanyak 10 miliar lembar saham. Total saham CARE adalah 33,25 miliar lembar saham. Sebanyak 69,92% dipegang oleh PT Anugrah Kasih Rajawali sedangkan yang beredar di masyarakat adalah sebanyak 30,075%. Dengan harga saham per lembar sebesar Rp474, maka total Kapitalisasi pasar saham CARE adalah sebesar Rp15,76 Triliun.
Kinerja Berdasarkan Laporan Keuangan Terakhir
2Q21 | 2Q20 | Perubahan | |
Pendapatan | 146,26 Miliar | 104,35 Miliar | 40,15% |
Laba Bersih | 15,92 Miliar | 6,26 Miliar | 154,06% |
Beban Pokok Pendapatan | 66,67 Miliar | 54,43 Miliar | 22,49% |
Laporan keuangan terakhir CARE yang disampaikan adalah yang dirilis di kuartal 2-2021. Pendapatan meningkat 40,15% dibandingkan dengan Kuartal 2 2020 menjadi Rp146,26 miliar.
Ketika pendapatan meningkat 40%, ternyata beban pokok pendapatan yang dikeluarkan malah berkuran 22,49% dan menjadi keuntungan bagi emiten.
Setelah pengurangan berbagai beban laba bersih emiten tercatat meningkat 154% menjadi Rp15,9 miliar per Juni 2021 dibandingkan Rp6,26 miliar saja per Juni 2020.
2Q21 | 2Q20 | Perubahan | |
Aset | 3.473.294.629.830 | 3.431.680.399.197 | 1,21% |
Aset Lancar | 698,71 Miliar | 1.269.352.547.352 | -44,95% |
Liabilitas | 166,61 Miliar | 148,98 Miliar | 11,83% |
Beban Keuangan | 6,14 Miliar | 5,76 Miliar | 6,59% |
Ekuitas | 3.306.679.803.389 | 3.282.690.934.677 | 0,73% |
Dari sisi neraca tercatat bahwa total aset CARE meningkat 1,21% saja menjadi Rp3,47 triliun dibandingkan periode yang sama di tahun 2020. Akan tetapi aset lancar di Kuartal 2-2021 berkurang sebesar 45% dibandingkan Kuartal 2-2020 menjadi hanya Rp698 miliar saja.
Ternyata sebesar Rp392 miliar kas dan setara kas, plus investasi jangka pendek sebesar Rp200 miliar, telah ditarik oleh emiten. Rupanya emiten menarik kas dan menjual investasinya untuk melakukan pembayaran uang muka pembelian aset senilai Rp592 miliar yang dicatatkan dalam akun Aset Tidak Lancar Lainnya. Hal itu menjelaskan mengapa total aset kurang lebih sama, akan tetapi aset lancar berkurang banyak.
Emiten CARE juga menambah liabilitasnya dan menyebabkan kenaikan sebesar Rp27,6 miliar menjadi Rp166,6 miliar, dibandingkan Kuartal 2-2020 yang hanya Rp148,9 miliar. Dengan begitu beban keuangan alias bunga liabilitas meningkat dari Rp5,76 miliar menjadi Rp6,14 miliar.
2Q21 | 2Q20 | |
GPM | 54,42% | 47,84% |
OPM | 11,19% | -4,58% |
NPM | 10,89% | 6,01% |
Dari sisi profitabilitas, marjin laba kotor (GPM) meningkat menjadi 54,42% dari sebelumnya 47,84% saja di Kuartal 2-2020. Kemudian setelah dipotong beban usaha, marjin laba usaha (OPM) nya adalah 11,19%. Setelah dikurangi pajak, hasil akhirnya emiten membukukan marjin laba bersih yang cukup tebal yakni 10,89%.
Sebelumnya di kuartal 2-2020 marjin laba emiten negatif alias merugi sebesar 4,58% dari pendapatannya. Namun anehnya marjin laba bersihnya positif 6%, kok bisa? Rupanya emiten menerima pendapatan keuangan alias profit sebesar Rp18 miliar dari investasi jangka pendeknya.
2Q21 | 2Q20 | |
DER | 5,04% | 4,54% |
Current Ratio | 1134,15% | 2988,63% |
Mengenai kesehatan keuangan, emiten CARE sangat baik dalam pengelolaan utang-utangnya per kuartal 2-2021 maupun 2020. Total liabilitas per ekuitas, meski meningkat jadi 5% dari semula 4,54%, namun masih tergolong sangat rendah. Rasio lancar pun, meski turun menjadi 1134% dari 2988%, namun masih sangat baik.
Riwayat Kinerja
Aset | Liabilitas | Ekuitas | |
2018 | 552 Miliar | 579,15 Miliar | -27,13 Miliar |
2019 | 2.448.470.244.137 | 175,33 Miliar | 2.273.139.511.631 |
2020 | 3.445.671.264.153 | 154,91 Miliar | 3.290.757.439.256 |
CAGR | 150% | -48% |
Dalam laporan keuangannya diketahui bahwa aset emiten di tahun 2018 adalah Rp552 miliar, kemudian naik menjadi Rp2,44 triliun di laporan keuangan 2019. Sebagai catatan laporan keuangan tahunan selalu disampaikan pada tahun berikut di bulan-bulan sekitar Maret dan April.
Ketika emiten melaksanakan IPO di Maret 2020, emiten menerima dana dari masyarakat senilai Rp1.896.456.612.610 dari hajatan IPO-nya. Dana hasil IPO kemudian dimasukkan ke dalam total Aset dan dibayarkan utang senilai Rp404 miliar. Semua informasi ini bisa ditemukan di laporan tahunan 2019 yang dirilis pada Maret 2020.
Dalam press release sebagai lampiran laporan keuangan tahunan 2020, aset meningkat lagi berkat dana yang diterima dari masyarakat senilai Rp983,21 miliar. Jadi, peningkatan aset dan penurunan liabilitas ini bukan karena terdapat peningkatan performa usaha.
Jadi begitu emiten menerima dana IPO, emiten langsung membeli investasi jangka pendek senilai Rp220 miliar, dan mendapat Rp18 miliar daripadanya. Kemudian selang berjalan, investasinya dijual sebagian sehingga turun menjadi hanya Rp200 miliar saja. Lalu di 2020 seluruh investasi jangka pendeknya dijual semua tak bersisa. Mengapa mesti dijual?
Ternyata emiten melakukan pembelian aset tetap senilai Rp592 miliar yang dituliskan dalam aset lancar lainnya dan sebagian digunakan untuk melunasi utang. Selebihnya ada beberapa informasi penggunaan dana yang kurang jelas keluar-masuknya, dan hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai performa kegiatan usahanya.
Performa Kegiatan Usaha
Metro Healthcare sampai saat ini telah memiliki 7 rumah sakit yang kualitasnya patut diacungi jempol. Dari Public Expose-nya, diketahui bahwa pendapatan rawat inap adalah pendapatan utama emiten, disusul oleh fasilitas rawat jalan di urutan kedua.
Data berikut ini akan membuat kamu berdecak kagum. Di tahun 2018 pendapatan rawat inap Metro Healthcare adalah Rp75,61 miliar, meningkat jadi Rp135,62 miliar di tahun 2019 dan di tahun 2020 pendapatan dari rawat inap saja telah mencapai Rp194 miliar!
Dari sisi produk, peningkatan pendapatan puluhan bahwa mencapai lebih dari 100% per tahun adalah pertanda bahwa kualitas yang ditawarkan memang diakui dengan baik oleh masyarakat. Artinya pelayanan Metro Healthcare bagus sekali. Jika dari sisi produk sudah tidak ada masalah, mari kita cermati sisi administrasi bisnisnya.
Pendapatan | Laba Kotor | Laba Usaha | Laba Bersih | |
2018 | 87,2 Miliar | 37,65 Miliar | -3,48 Miliar | -27,86 Miliar |
2019 | 154 Miliar | 75,66 Miliar | 8,67 Miliar | -24,28 Miliar |
2020 | 216,29 Miliar | 102,89 Miliar | -15,86 Miliar | 14,16 Miliar |
Dari sisi pendapatan, tidak ada masalah bagi emiten karena sudah sangat baik sekali. Setelah dikurangi beban pokok pendapatan, alias biaya bahan baku dalam hal ini obat dan perawatan kesehatan, emiten menghasilkan sekitar 40-an persen laba kotor. Di akhir tahun 2020 laba kotor emiten adalah senilai Rp102,8 miliar.
Dari laba kotor sebanyak itu, di tahun 2020 ternyata laba usahanya minus alias rugi sebesar Rp15,86 miliar. Setelah diselidiki ternyata beban usaha emiten di 2020 adalah Rp118 miliar, padahal laba kotornya hanya Rp102,8 miliar saja! Setelah dirinci, ternyata emiten membayar gaji dan tunjangan para pekerja kesehatan di Metro Healthcare sebesar Rp81,43 miliar. Beban usaha lainnya adalah berupa pembayaran listrik, air, dan lain sebagainya yang total nilainya di bawah alokasi Gaji dan Tunjangan.
Tapi lihat di bagian laba bersih, meski laba usaha di 2020 minus tapi laba bersihnya bisa plus. Ternyata emiten menerima keuntungan investasi sebesar Rp18 miliar. Dikurangi bunga utang dan pajak, jreng!, laba bersihnya di 2020 jadi plus.
Di tahun sebelumnya yakni 2019, Gaji dan Tunjangan para pekerja kesehatan ini adalah Rp47,7 miliar. Berarti Gaji dan Tunjangan telah naik 70,7% dalam satu tahun saja antara 2019 dan 2020. Di tahun 2019 emiten berhasil menyisakan laba usaha yang cukup lumayan yakni Rp8,67 miliar. Namun setelah dipotong pajak dan lain-lain, keuntungan dari investasi jangka pendeknya juga hanya Rp4 miliar saja, alhasil emiten merugi bersih Rp24,28 miliar.
Di tahun 2018, Gaji dan Tunjangan adalah sebesar Rp27,18 miliar, di 2021 ini akun untuk ini adalah sebesar Rp81,43 miliar. Artinya dalam waktu 3 tahun saja gaji dan tunjangan telah naik 299,59%! Di tahun 2018 laba usaha maupun laba bersih Metro Healthcare minus karena belum ada pemasukan dari investasi jangka pendek.
DER | Current Ratio | |
2018 | -2133,99% | 9,22% |
2019 | 7,71% | 446,06% |
2020 | 4,71% | 1614,43% |
Kesimpulan
Metro Healthcare memiliki tujuh rumah sakit dengan perawatan kesehatan berkualitas baik, ditunjukkan dari naiknya pendapatan yang utamanya berasal dari pelayanan rawat inap dan perawatan kesehatan rawat jalan.
Karyawan dan para pekerja kesehatan di Metro Healthcare menerima Gaji dan Tunjangan yang sangat layak, Gaji dan Tunjangan naik nyaris 300% dalam tiga tahun saja. Kini kita memahami mengapa masyarakat menyukai Metro Healthcare, para pekerjanya diapresiasi sangat baik. Total pendapatan pun meningkat dengan sangat baik setiap tahunnya.
Namun agaknya perhitungan untuk Gaji dan Tunjangan terlalu besar, beberapa tahun sebelum 2020 diketahui bahwa laba usaha emiten tergerus utamanya oleh pembayaran Gaji dan Tunjangan. Bertahun-tahun emiten merugi karena hal ini.
Kemudian emiten berhasil untung, itupun karena ada investasi jangka pendek yang menghasilkan Rp18 miliar di 2020 dan Rp4 miliar di 2019. Dan hal ini tidak akan terulang karena investasi jangka pendeknya sudah dijual semuanya dibelikan aset tetap.
Pembelian aset tetap tambahan mengandung arti ekspansi, dan ekspansi artinya penyerapan tenaga kerja tambahan yang mana remunerasinya tinggi sekali. Hal ini bisa diterjemahkan bahwa beban Gaji dan Tunjangan akan semakin besar lagi. Jelas lebih menguntungkan pergi bekerja di rumah sakit Metro Healthcare ketimbang memiliki sahamnya dan menjadi salah satu pemiliknya.
Himbauan
Operasionalnya tidak laba, yang membuat bottom line membukukan laba bersih adalah karena ada hasil investasi jangka pendek yang memberikan keuntungan Rp18 miliar.
Nah, saat ini investasi jangka pendeknya yang senilai Rp200 miliar itu telah dijual. Jadi ke depannya tidak akan ada penghasilan lain-lain yang bisa jadi tambahan, alias hanya akan mengandalkan kegiatan operasional yang selalu merugi itu.
Kas dan setara kas pun telah dikuras sebagian, dan mengandalkan kegiatan operasional nampaknya bukan ide yang bagus karena emiten selalu membayarkan Gaji dan Tunjangan yang sangat besar hingga tidak menyisakan laba hingga harus merugi.
Di Kuartal 2-2021 ada secercah harapan di mana laba usaha mulai positif, beban usaha telah berada di bawah laba usahanya. Itu karena adanya penghematan bahan baku, alias beban pokok pendapatan. Itu adalah perubahan yang lebih baik yang telah dilakukan emiten yang dapat kita apresiasi. Namun jika masalah utama yakni efisiensi gaji dan tunjangan bisa dilakukan maka emiten tentu akan lebih baik lagi.
Tak ada masalah mengenai kualitas pelayanan kesehatan oleh Metro Healthcare, yang menjadi masalah adalah pada administrasi bisnisnya. Efisiensi jelas mesti diterapkan utamanya di pos Gaji dan Tunjangan, selain itu semuanya baik-baik saja termasuk kesehatan keuangannya yang masih sangat baik. Untuk berinvestasi di saham CARE sepertinya harus berhati-hati karena kontributor laba bersih, yakni hasil investasinya, sudah tidak ada lagi.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.