Analisis Saham, Saham

Saham FILM Tertekan di Masa Pandemi COVID-19? Ini Faktanya!

Ajaib.co.id – PT MD Pictures Tbk (berkode saham FILM berdiri pada tanggal 1 Agustus 2002. FILM resmi menjadi emiten pertama di industri perfilman pada 7 Agustus 2018. Perseroan menetapkan harga Rp210 per saham dalam rangka IPO. Jadi, total dana yang diincar dari IPO mencapai Rp274,63 miliar. MD Entertainment menawarkan 1.307.770.000 saham saat IPO atau mewakili 13,75% dari modal saham setelah IPO. 

Tencent Resmi Menjadi Investor MD Pictures di Akhir 2021

Tencent Holdings Limited, perusahaan teknologi raksasa asal China lewat anak usahanya Image Frame Investment (HK) Limited yang berbasis di Hongkong ini resmi menjadi pemegang saham minoritas di PT MD Pictures Tbk (FILM).

Image Frame adalah perusahaan yang didirikan di Hong Kong, milik Tencent. Direktur Image Frame Investment Ma Huateng mengatakan investasi yang dilakukan pada Oktober 2021 lalu ini bersifat langsung di emiten milik pengusaha film, Manoj Punjabi tersebut.

Dia mengatakan perseroan sebelumnya tidak memiliki kepemilikan langsung maupun tak langsung di saham PT MD Pictures Tbk (FILM). Kemudian perseroan membeli 1.390.950.000 saham MD Pictures, atau mewakili 14.62% dari seluruh saham perusahaan.

Pada saat itu, mereka membeli saham dengan harga Rp500 per lembar saham sehingga dana yang dikeluarkan mencapai Rp695,48 miliar. Harga tersebut termasuk premium karena di atas harga penutupan pada hari itu, yaitu 15 Oktober lalu. Di mana saat itu harga per lembar sahamnya adalah Rp408. Sementara itu pada penutupan perdagangan 10 hari kemudian, saham FILM ditutup minus 3,24% di Rp418/saham dengan nilai transaksi Rp 9,98 miliar dan volume perdagangan 23,61 juta saham.

Sementara itu, dalam laporan pemegang saham 22 Oktober, disebutkan bahwa Manoj Punjabi juga melakukan internal restrukturisasi dengan melakukan pembelian sebanyak 1.177.577.413 atau 12,38% di harga Rp500/saham, sehingga transaksi ini bernilai Rp588,78 miliar.

Sehingga yang sebelumnya secara pribadi Manoj memegang 8,86% saham, kini menjadi 21,24% atau dengan kepemilikan sebanyak 2.019.981.115 saham dari sebelumnya hanya 842.413.702 saham.

Manoj Punjabi sebagai Founder & CEO MD Pictures juga ikut merespons positif dengan masuknya Tencent sebagai investor baru di FILM. Menurutnya, investasi ini mencerminkan komitmen berkelanjutan Tencent sebagai perusahaan teknologi yang mutakhir untuk mengembangkan industri konten secara global.

Morgan Stanley Mengurangi Porsi Sahamnya di Pertengahan 2022

Pada pertengahan Februari lalu, Morgan Stanley melaporkan bahwa telah mengurangi porsi sahamnya di emiten rumah produksi PT MD Pictures Tbk. (FILM) dan mengantongi hampir Rp2 miliar dari transaksi jual saham tersebut. Berdasarkan keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), Morgan Stanley & Co. International Plc yang merupakan salah satu pengendali saham FILM melaporkan telah menjual 1.996.200 atau 1,99 juta saham pada 16 Februari 2022.

Di mana, saham tersebut dijual dengan harga Rp969,12 per lembar saham, sehingga Morgan Stanley berhasil mengantongi sekitar Rp1,91 miliar dari pelepasan sebagian saham tersebut. Melalui transaksi penjualan saham tersebut, Morgan Stanley yang sebelumnya memiliki 1.444.963.600 saham atau 15,19% saham FILM, kini menjadi 1.442.997.400 saham yang disederhanakan 1,44 miliar saham atau 15,17%. Ashish Koltharkar selaku Vice President Morgan Stanley menyampaikan bahwa transaksi tersebut dilakukan secara langsung dengan status kepemilikan perusahaan untuk MD Pictures sebagai kustodian atau pemegang saham.

Sementara itu, transaksi sub rekening efek atas nama Morgan Stanley & Co. International Plc merupakan omnibuzz account dari beberapa klien, termasuk di dalamnya adalah Tencent Holding Ltd. Berdasarkan data Bloomberg pada 18 Februari lalu, saham FILM terpantau menguat 2,4% atau 20 poin dan parkir di level 835. Sedangkan, dalam enam bulan terakhir, saham FILM telah melonjak hingga 110,86%. Saat ini, kapitalisasi pasar FILM tercatat sebesar Rp 7,94 triliun.

Kinerja Keuangan dari Laporan Keuangan Terakhir 

Pandemi COVID-19 memukul telak FILM dan industri film pada umumnya. Buktinya, pendapatan FILM pada triwulan ke-3 tahun 2020 menurun drastis. Pada periode Januari–September 2020, pendapatan FILM menurun 51% dibandingkan sembilan bulan pertama tahun 2019. Dari Rp84,2 miliar pendapatan FILM di periode Januari– September 2020, sebagian besar atau Rp41,4 miliar berasal dari kontribusi sektor digital. 

Sebaliknya, beban pajak FILM justru bertambah. Jika pada Januari– September 2019, beban pajaknya Rp641,1 juta, maka periode sama setahun berikutnya menjadi Rp1,4 miliar.

Komponen Laba September 2019 September 2020
Penjualan dan
pendapatan usaha
Rp173,5 miliar Rp84,2 miliar
Beban Pokok
Penjualan dan
Pendapatan
Rp72,9 miliar Rp81,1 miliar
Jumlah Laba Bruto Rp100,5 miliar Rp3,1 miliar
Beban Penjualan Rp65,3 miliar Rp57,2 miliar
Jumlah laba (rugi) Rp41,5 miliar Rp45,2 miliar
Pendapatan (beban)
pajak
Rp641,1 juta Rp1,4 miliar

Riwayat Kinerja

Kinerja FILM masih belum stabil sejak IPO. Total asetnya pun terus bertambah. Meski asetnya bertambah, pendapatan dan laba kotor FILM menurun dalam periode 2018–2019.

Komponen CAGR 2018-2019
Pendapatan  -14,86%
Laba Kotor -34,23%
Total Aset 4,36%
Total Liabilitas -29%

Tingkat pertumbuhan FILM mencerminkan emiten tersebut harus berjuang keras untuk meraih hasil lebih positif di tahun-tahun mendatang. 

Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham

FILM baru IPO di tahun 2018. Jadi, FILM baru berkesempatan membagikan dividen di satu tahun kalender penuh, yakni tahun 2019. Tapi, FILM tidak membagikan dividen untuk tahun buku 2019 meski mengantongi laba bersih.

Tahun Dividen per Saham Jumlah yang dibayarkan (miliar)
2019

Sebagian besar laba bersih FILM sebanyak Rp60,96 miliar pada tahun 2019 ditetapkan sebagai laba ditahan. Sebagian dari laba bersih tersebut juga disisihkan sebagai dana cadangan.

Prospek Bisnis FILM

FILM telah merencanakan berbagai strategi untuk memperbaiki kinerjanya yang sempat menurun selama tahun 2020 akibat pandemi COVID-19. FILM antara lain akan lebih fokus untuk berekspansi pada produksi konten-konten digital. Manajemen menilai konten digital menjadi salah satu motor utama untuk memulihkan kinerja perusahaan.

Selain itu, FILM tetap akan mengintensifkan partnership dengan sejumlah platform lain,  seperti Disney+ Hotstar, WeTV, dan Iflix, yang telah terbukti menyumbang pendapatan besar pada tahun 2020.

Sementara itu, rencana ekspansi untuk membangun sejumlah studio baru tampaknya masih akan ditunda seiring memastikan kondisi pasar pada 2021. 

Harga Saham (Kesimpulan)

Saham FILM melonjak 25% ke harga Rp350 per saham saat perdagangan Jumat (15/01/2021). Dalam kurun waktu sepekan di minggu ke-3 Januari 2021, harga saham FILM sudah melesat sebesar 80,41%. 

Namun, tak sampai sebulan kemudian, saham FILM terkoreksi parah mendekati auto rejection bawah (ARB), setelah sebelumnya saham ini ramai diperbincangkan investor ritel. Dari data tersebut, saham FILM cukup fluktuatif. 

Tak hanya saham FILM yang cukup fluktuatif, pasar pun mengalami hal serupa selama pandemi COVID-19. Namun, optimisme pasar mulai membaik sejak akhir 2020 hingga awal 2021 bisa meningkatkan stabilitas pasar. 

Sedikit mundur ke belakang, perlambatan ekonomi global yang terjadi pada tahun 2019 semakin kuat terjadi pada tahun 2020 akibat pandemi COVID 19. Konsumsi masyarakat yang tergerus selama pandemi COVID-19 mencerminkan melambatnya kegiatan ekonomi secara keseluruhan. 

Jangankan konsumsi untuk kebutuhan tersier, kebutuhan primer masyarakat pun turut terpangkas. Hal ini menjadi sinyal yang kurang menguntungkan dalam industri film dan hiburan.

Hukum ekonomi berbicara di sini. Demand yang berkurang pun membatasi aktivitas produksi film atau hiburan. Syuting film, misalnya, sangat berkurang jumlahnya. Para pekerja di industri ini pun terpaksa terkena imbasnya.

Pandemi COVID-19, di sisi lain, memaksa pekerja industri hiburan mencari terobosan yang ‘out of the box’. Konten interaktif dan on demand, misalnya, menjadi peralihan dari siaran konvensional. Sebenarnya, ini bisa menjadi kesempatan baru bagi FILM.

FILM harus tetap berupaya ekspansif dan menghasilkan karya inovatif agar bisa bertahan sehingga optimistis kinerja pada 2021 akan lebih baik daripada 2020.

Memang belum bisa dipastikan seberapa jauh pulihnya industri film dan hiburan tahun ini. Hal ini tergantung dari keberhasilan vaksinasi COVID-19 dan kebijakan Pemerintah yang menyertainya. 

Namun, saat ini FILM bisa memanfaatkan konten digital serta kolaborasi bersama berbagai platform resmi yang menyediakan layanan streaming film legal.

Keadaan keuangan perusahaan dari sisi kas dan utang jangka pendek dalam kondisi baik. Penjualan yang menurun wajar di masa pandemi, beban yang harus ditanggung selama pandemi membuat Laba perseroan harus terkoreksi hingga mencetak Rugi bersih dan ROE yang tipis.

Menilik perseroan yang memiliki pengalaman cukup panjang sebelum IPO, FILM menjanjikan optimisme tersendiri dalam aspek investasi. Pendeknya, saham FILM masih memiliki prospek yang bisa diperjuangkan meski industri film sempat dan masih terdampak pandemi COVID-19. Mulai dibukanya bioskop dengan kapasitas terbatas bisa menjadi sinyal positif bagi industri hiburan. Jadi, pilihan hold adalah cukup rasional saat ini.

Artikel Terkait