

Ajaib.co.id – Hexindo Adiperkasa Tbk (saham HEXA) berdiri pada tanggal 28 November 1988. Untuk kemudian memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1989. Induk usaha dari perusahaan Hexindo yakni Hitachi Construction Machinery Co., Ltd., yang didirikan di Jepang. Sedangkan induk usaha terakhir Hexindo adalah Hitachi Ltd., yang didirikan di Jepang.
Anggaran Dasar Perusahaan memaparkan ruang lingkup kegiatan HEXA di antaranya, perdagangan dan penyewaan alat berat serta pelayanan purna jual. Kegiatan usaha utama HEXA yakni bertindak sebagai distributor alat-alat berat jenis tertentu (Articulated Dump Trucks, Applications & Attachments, Backhoe Loaders, Crawler Dozers,Excavators, Feller Bunchers, Forwarders, Harvesters, Log Skidders, Motor Graders, Rigid Dump Trucks, Skid Steer loaders dan Wheel Loaders) dan suku cadang. Beberapa merek alat-alat berat dan suku cadang yang didistribusikan oleh Hexindo, yaitu, Hitachi, John Deere, Krupp dan Bell.
Pada 5 Desember 1994, HEXA mendapatkan pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham HEXA (IPO) kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp2.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Februari 1995.
Apakah saham ini masih layak dikoleksi? Bagaimana keadaan fundamental perusahaan saat ini dan apa rencana bisnis yang akan dilakukan? Mari kita bedah kinerja saham HEXA
Bisnis HEXA Ikut Turun Imbas Pandemi
Mengutip dari kontan.co.id, emiten HEXA sebagai perusahaan penyedia alat berat, masih mengupayakan peningkatan kinerja bisnisnya. Walaupun memang masih adanya pandemi Covid-19 akan berdampak langsung terhadap pelemahan pasar alat berat.
Djonggi Gultom, Presiden Direktur HEXA, menyebut volume penjualan alat berat perusahaan pada periode April-Juli tahun 2020 lalu hanya 243 unit. Dampaknya, pendapatan perusahaan di empat bulan pertama pada tahun fiskal 2020 lalu tercatat US$ 59,27 juta.
Sehingga terlihat adanya penurunan penjualan bersih di empat bulan pertama 2020 turun 64% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 US$ 130,05 juta. Adapun pemicu penurunan kinerja penjualan HEXA saat ini terjadi karena dampak pandemi Covid-19 yang sedang terjadi.
Melihat kinerja perusahaan dari segi sektor bisnis, penjualan alat berat HEXA di periode April Juli terbanyak dari industri Agro yang mencapai 61 unit. Ini merupakan sektor bisnis yang berkontribusi besar bagi perusahaan.
Kemudian diikuti sektor kehutanan 59 unit, konstruksi 41 unit, mining (pertambangan) 24 unit, dan sisanya dari sektor lain-lain. Djonggi mengatakan, ada pergeseran permintaan pasar yang semula banyak di pertambangan saat ini beralih ke sektor agro, kehutanan dan konstruksi.
Melihat tren tersebut, perseroan akan melakukan penyesuaian dengan lebih fokus lagi pada penetrasi sektor industri selain pertambangan.
Laba HEXA Terus Meningkat di 3 Tahun Terakhir
Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) selama 3 tahun terakhir berhasil meraup keuntungan yang terus meningkat. Berikut data ikhtisar keuangan yang diambil dari informasi finansial perseroan (dalam ribuan USD)
Laporan Laba Rugi | 2019 | 2018 | 2017 |
Penjualan bersih | 424.431 | 461.333 | 343.228 |
Laba kotor | 107.900 | 96.522 | 70.509 |
Laba tahun berjalan | 38.439 | 37.600 | 22.549 |
Dari data tersebut, secara penjualan HEXA selama tiga tahun terakhir cenderung dalam angka yanng stabil. Dari 2017 ke 2018 mengalami peningkatan meski pada 2019 ada sedikit penurunan sebesar 7,9%.
Meski begitu, HEXA tetap berhasil meraih laba bersih perusahaan. Bahkan trennya terus meningkat dalam 3 tahun terakhir ini. Hal ini memperlihatkan perusahaan bisa melakukan efisiensi lewat menekan biaya pokok penjualan.
Jika dilihat dari rasio keuangannya memang kondisi bisnis HEXA saat ini sedang tidak sehat. Berikut data yang diambil dari ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 dari informasi finansial perseroan:
Rasio | 2019 |
ROA | 14,4% |
ROE | 21,6% |
NPM | 9,1% |
GPM | 25,4% |
DER | 49,2% |
Bagaimana Prospek Bisnis HEXA Kedepannya?
Dilansir dari kontan.co.id, emiten alat berat PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) ini mengutarakan optimismenya dalam menatap prospek bisnisnya pada tahun 2021. HEXA meyakini aka nada perbaikan bisnis di 2021 ini. Keyakinan ini timbul dari adanya tren kenaikan harga sejumlah komoditas tambang. Berupa batu bara, nikel, hingga komoditas perkebunan seperti minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO).
Presiden Direktur Hexindo Adiperkasa Djonggi Gultom mengatakan prospek industri alat berat cukup cerah sepanjang tahun ini. Hal ini seiring dengan peningkatan harga komoditas batu bara yang sudah terjadi sejak kuartal IV-2020.
Kenaikan tersebut dinilainya akan berdampak positif pada industri batu bara nasional. Alasannya karena salah satu konsumen utama batu bara, yakni China, mengalihkan impornya dari Australia ke Indonesia. Sehingga di atas kertas permintaan batu bara bakal meningkat dari Indonesia.
HEXA pun mempunyai berbagai strategi untuk menggenjot penjualan alat berat di tahun 2021 ini. Salah satu upaya tersebut, dengan distributor merek Hitachi ini menyulap alat berat bekas untuk dijual kembali tanpa mengurangi kualitas.
Hingga saat ini, permintaan alat berat bekas pun masih cukup positif. Karena di tengah tekanan finansial akibat pandemi Covid-19, beberapa pelanggan menginginkan alat berat yang dari segi harga relatif lebih murah.
Tak hanya itu, HEXA juga menjalin hubungan yang baik dengan lembaga-lembaga keuangan. Dengan tujuan agar para pelanggannya dipermudah dalam mengakses pendanaan untuk membeli alat berat.