
Ajaib.co.id – PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) adalah perusahaan tekstil dengan produk inti berupa celana santai, termasuk jeans, celana chino dan celana kasual. Produk lainnya yang Eratex produksi adalah jaket dan kaos anyaman.
Pabrik Eratex berlokasi di Probolinggo, Indonesia. Pelanggannya adalah pemilik merek-merek ternama seperti Polo Ralph Lauren, GAP, Banana Republic, Nautica, DKNY, Wrangler, Uniqlo, VANS, Billabong dan Esprit.
Eratex didirikan pada tanggal 12 Oktober 1972 dan telah IPO di papan pengembangan Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1990 dengan kode saham ERTX. Kini dengan jumlah saham beredar sebanyak 1.286.539.792 lembar di harga Rp 178 per lembar, kapitalisasi pasarnya adalah sebesar Rp 229 Miliar.
Sebanyak 97,16% saham ERTX dikuasai oleh PT Ungaran Sari Garments dan sisanya dipegang oleh masyarakat. Semestinya sedikitnya saham yang beredar di masyarakat adalah 7% menurut ketentuan free float bursa.
Kinerja Berdasarkan Laporan Keuangan Terakhir
Laporan keuangan terakhir yang disampaikan sejauh ini adalah per Kuartal 1-2021. Awal tahun 2021 adalah tahun yang kurang begitu baik bagi emiten tekstil yang pangsa pasar utamanya adalah USA dan Jepang seperti ERTX.
(USD) | 1Q21 | 1Q20 | Perubahan |
Pendapatan | 23.316.113 | 25.857.349 | -9,83% |
Laba Bersih | 512.706 | 579.597 | -11,54% |
Persediaan | 20.064.344 | 21.069.041 | -4,77% |
Beban Pokok Pendapatan | 21.625.200 | 23.658.156 | -8,59% |
Per dua bulan pertama di 2021 semua tahu plaza dan shopping mall di USA dan Jepang tutup karena terjadi lockdown di dua negara tersebut.
Namun diversifikasi kategori produk telah menyelamatkan ERTX sehingga pendapatan hanya turun 9,83% menjadi $23.3 juta saja dibandingkan dengan peroleh yang dicapainya di kuartal yang sama di tahun sebelumnya.
Seiring dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan juga mengalami koreksi sebesar 8,59%, angka yang kurang lebih sama dengan yang terjadi pada pendapatan.
Adapun laba bersih terkoreksi sebanyak 11,54%, di sisi lain persediaan berkurang 4,77% menandakan emiten mengerem produksinya menyesuaikan dengan permintaan.
Emiten sejauh cukup adaptif dengan perubahan pasar. Ketika tren Work From Home terjadi, emiten memproduksi lebih banyak celana pendek, denim, chino, uniform santai dan melayani permintaan dari para pemilik toko online.
(USD) | 1Q21 | 1Q20 | Perubahan |
Aset | 71.015.028 | 75.089.197 | -5,43% |
Aset Lancar | 37.506.458 | 40.343.948 | -7,03% |
Liabilitas | 52.259.759 | 54.947.538 | -4,89% |
Beban Keuangan | 319.146 | 342.140 | -6,72% |
Ekuitas | 18.755.269 | 20.141.659 | -6,88% |
Adapun total aset turun sebanyak 5,43% menjadi hanya $71 juta saja per Kuartal 1-2021, penurunan utamanya terjadi pada aset lancar. Penurunan aset adalah untuk meng-cover sebagian liabilitas yang menyebabkan liabilitas membaik 4,89% menjadi hanya $52 juta saja.
Dengan turunnya liabilitas, beban keuangan yang terdiri dari bunga pinjaman turun 6,72% menjadi hanya $319,146 saja.
1Q21 | 1Q20 | |
GPM | 7,25% | 8,51% |
OPM | 4,03% | 3,89% |
NPM | 2,20% | 2,20% |
Lama Perputaran Persediaan | 334 hari | 321 hari |
Tiga bulan pertama di tahun 2021 memang menjadi tahun yang cukup sulit karena lockdown diberlakukan kembali di USA dan Jepang yang merupakan negara-negara konsumen nomor satu ERTX.
Dengan tingkat permintaan yang demikian, persediaan diperkirakan akan habis dalam 334 hari atau lebih lama 13 hari dari lama perputaran persediaan di Kuartal 1 tahun sebelumnya.
Yang menarik adalah ketika marjin laba kotor (GPM) menurun, namun marjin laba operasional (OPM) meningkat menjadi 4,03% dari sebelumnya 3,89%. Peningkatan ini diakui emiten terjadi karena ERTXtelah meng-otomatisasi operasional Laundry yang membantu menekan biaya.
Biaya usaha juga berkurang banyak berkat otomatisasi di departemen sewing. Emiten juga berusaha melaksanakan pengiriman tepat waktu sehingga mengurangi biaya keterlambatan. Alhasil emiten dapat meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya operasional.
Riwayat Kinerja
Mengenai pembahasan kinerja, biasanya perbaikan pada top line juga berdampak seragam di area bottom line. Namun ada yang berbeda di ERTX khususnya di tahun 2020.
(USD) | Pendapatan | Laba Kotor | Laba Usaha | Laba-Rugi Bersih |
2017 | 71.671.310 | 3.308.159 | -685.272 | -1.762.477 |
2018 | 75.869.418 | 6.416.716 | 2.335.344 | 1.059.744 |
2019 | 86.361.445 | 7.915.190 | 2.599.633 | 841.583 |
2020 | 75.638.350 | 6.018.093 | 2.702.916 | -970.496 |
CAGR | 1,81% | 22,07% | 7,58% | -18,04% |
Jadi pendapatan ERTX meningkat secara baik sekali dari tahun ke tahun dan memuncak di tahun 2019. Rupanya emiten telah berekspansi dengan peningkatan kapasitas produksi menyesuaikan dengan permintaan yang ada dan meningkatkan pendapatan 14% menjadi $86.36 juta di 2019.
Pendapatan ERTX kemudian terkoreksi menjadi hanya $75.63 juta di tahun 2020. Secara umum pendapatan meningkat rata-rata 1,81% per tahun.
Sedangkan laba kotor meningkat menjadi $6.41 juta di tahun 2019, dibandingkan $3.3 juta saja di 2018 terutama disebabkan karena emiten melakukan otomatisasi di operasional Laundry yang membantu menekan biaya. Akan tetapi laba kotor turun menjadi $6 juta saja di 2020. Secara umum laba kotor ter-efisiensi dan tumbuh rata-rata sebesar 22% per tahun.
Yang menarik adalah efisiensi tak hanya terjadi di beban pokok pendapatan saja namun juga di beban usaha. Alhasil laba usaha tumbuh terus pantang mundur meski pandemi melanda di 2020. Laba usaha secara umum rata-rata tumbuh 7,58% setiap tahun dan di akhir 2020 laba usaha emiten adalah sebesar $2.7 juta.
Anehnya meski laba usaha terus merangkak naik setiap tahunnya, hal yang sebaliknya berlaku secara bottom line. Emiten mulanya merugi bersih sebesar $1.7 juta di tahun 2017. Kemudian berbalik untung $1.05 juta di tahun 2018. Dan pada 29 Maret 2019 Direktorat Jenderal Pajak menyetujui pengajuan fasilitas Tax Allowance Perseroan atas proyek ekspansi kapasitas yang mulai berproduksi komersial di tahun 2019.
Jadi kapasitas produksi yang meningkat rupanya berpengaruh pada pajak terutama setelah Tax Allowance diberlakukan. Tax Allowance adalah bentuk pengurangan pendapatan kena pajak sebesar 5% dari nilai investasi untuk jangka waktu 6 tahun sejak 2019.
Disatu sisi Tax Allowance mengurangi kewajiban pajak jangka pendek namun juga menambah beban yang cukup besar pada kewajiban pajak yang ditunda, sehingga mengurangi laba bersih sesudah pajak tahun 2019. Alhasil laba bersih emiten mulai menciut di tahun 2019 menjadi hanya $841,583 saja.
Selanjutnya di tahun 2020 emiten membukukan laba usaha sebesar $2.7 juta, akan tetapi emiten juga melakukan pencadangan kerugian penurunan nilai piutang sebesar $2.16 juta dan setelah dipotong pajak dan beban keuangan, emiten akhirnya merugi $970 ribu di tahun 2020.
(USD) | Persediaan | Inventory Turnover | Lama Perputaran Persediaan |
2018 | 13.572.495 | 512% | 70,35 hari |
2019 | 21.032.342 | 373% | 96,52 hari |
2020 | 20.706.467 | 336% | 107,07 hari |
Emiten telah merasakan peningkatan permintaan dan oleh karenanya merespon hal itu emiten melakukan proyek ekspansi berupa peningkatan kapasita produksi yang ada dan sudah mulai beroperasi komersial sejak Maret 2019.
Peningkatan kapasitas ini telah menyumbangkan kenaikan pendapatan sampai akhir 2019 sebesar 14%. Dan sejak saat itu pula nilai persediaan emiten di gudang penyimpanan meningkat.
Awalnya emiten hanya hendak meningkatkan produksi sesuai permintaan, namun melihat perputaran persediaan agaknya produksi sedikit melebihi tingkat permintaan yang ada.
Lama perputaran persediaan meningkat dari 70 hari di tahun 2018, naik menjadi 96 hari di 2019 dan di akhir 2020 menjadi 107 hari. Hal ini menandakan adanya tingkat produksi telah menandingi tingkat permintaan.
Penumpukan barang di gudang bukan pertanda yang baik karena akan menjadi beban terutama setelah Tax Allowance atas peningkatan kapasitas produksi diberlakukan.
Aset | Liabilitas | Ekuitas | |
2018 | 62.585.854 | 43.571.038 | 19.014.816 |
2019 | 71.422.968 | 51.860.552 | 19.562.416 |
2020 | 68.564.658 | 50.322.007 | 18.242.651 |
CAGR | 5% | 7% | 1% |
Liabilitas secara umum meningkat 7% per tahun, lebih besar dibandingkan peningkatan aset rata-rata sebesar 5% per tahun. Peningkatan liabilitas terjadi utamanya di tahun 2019 pada saat emiten meningkatkan belanja modal untuk meningkatkan kapasitas produksinya.
GPM | OPM | NPM | |
2018 | 8,46% | 3,08% | 1,40% |
2019 | 9,17% | 3,01% | 0,97% |
2020 | 7,96% | 3,57% | -1,28% |
Emiten menyadari tentang tipisnya marjin laba usaha yang dimilikinya, hal tersebut berkat perbaikan bauran produk dimana produk dengan margin rendah secara bertahap digantikan dengan yang lebih baik.
Emiten juga melakukan pengendalian sisa bahan baku di area-area yang penting membantu mengurangi biaya beban pokok pendapatan. Perencanaan yang efektif telah membuahkan “pengiriman tepat waktu” dan mengurangi konsekuensi biaya keterlambatan. Emiten juga berupaya melakukan pengendalian atas biaya operasional lainnya.
Namun ada yang unik tentang laba-rugi di tahun 2020 yang menyebabkan emiten membukukan kerugian. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa setelah emiten memperbesar skala produksinya, emiten mendapat Tax Allowance yang menyebabkan laba bersihnya menurun.
Namun penurunan laba bersih bukan berasal dari pajak saja, namun juga dari pencadangan kerugian penurunan nilai piutang. Berikut ulasannya.
Laba-Rugi yang Unik di Tahun 2020
Umumnya pencadangan kerugian nilai dilakukan oleh perusahaan finansial seperti perbankan dan finance, dan bukan perusahaan tekstil seperti Eratex.
Namun Eratex melakukannya, sebesar $2.16 juta dicadangkan untuk piutang dan hal ini ternyata berhubungan pinjaman bank ke HSBC Bank sebesar $14.6 juta dalam bentuk dollar Amerika.
Jadi piutang dan persediaan yang keduanya apabila digabungkan adalah senilai $29.7 juta telah dijadikan collateral pinjaman ke HSBC Bank. Emiten khawatir karena selama pandemi nilai tukar rupiah berfluktuasi oleh karenanya emiten melakukan pencadangan kerugian nilai piutang sebesar $2.16 juta.
Hal ini dapat dikatakan berlebihan karena sebelum eliminasi, pendapatan Eratex dari penjualan ekspor adalah sebesar $90 juta, sedangkan penjualan dari dalam negeri hanya $500 ribu saja.
Selain itu emiten juga cerdas dengan lebih banyak menggunakan komponen bahan baku yang diambil dari dalam negeri yang notabene lebih murah.
Kenaikan nilai tukar USD terhadap IDR tentu akan lebih menguntungkan bagi emiten, apalagi ditambah harga bahan baku yang menjadi terlihat sangat rendah dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.
Dengan mempertimbangkan kelihaian emiten dalam melakukan adaptasi kategori produk dan kehebatan emiten dalam melakukan efisiensi maka utang emiten nampaknya akan dapat diatasi dengan baik tanpa perlu melakukan pencadangan kerugian penurunan nilai atas jaminan pinjamannya.
Kesimpulan
Emiten adalah perusahaan tekstil yang baik dengan tingkat pendapatan yang terus meningkat dan adaptif dengan perubahan gaya hidup.
Ketika pandemi melanda, emiten segera mensiasati penurunan permintaan seragam dan baju kerja dengan melayani permintaan pembuatan celana pendek, melayani permintaan pemilik online shop dan lain sebagainya.
Emiten juga terus berupaya melakukan efisiensi untuk menekan beban dan memperbesar laba dengan cara mengubah sistem Laundry menjadi lebih sustainable, artinya emiten berhasil menghemat 90% tagihan air untuk kegiatan Laundry denim.
Emiten juga melakukan otomatisasi pada bagian Sewing sehingga proses jahit bisa lebih cepat dan efisiensi biaya. Hal ini tercermin pada laba usaha yang terus meningkat.
Pendapatan, laba kotor dan laba usaha emiten meningkat. Sayangnya emiten mesti mencadangkan sebagian keuntungannya sebagai antisipasi kerugian piutang sehingga di tahun 2020 emiten tampak merugi padahal jika emiten tidak melakukan pencadangan emiten laba $1.2 juta di tahun 2020.
Pencadangan ini terlihat berlebihan, dan dalam standar akuntansi pencadangan sebenarnya seringkali merupakan laba tak terlihat yang tidak benar-benar disisihkan namun hanya direncanakan saja.
Dan lagi melihat posisi emiten yang diuntungkan dari kenaikan kurs USD ke Rupiah, emiten kemungkinan besar akan mendapat keuntungan besar jika nilai tukar USD ke Rupiah semakin tinggi.
Emiten kemungkinan dapat memberikan kita kejutan menyenangkan berupa peningkatan laba dadakan atau pembagian dividen yang jauh lebih besar setelah emiten merasa aman dan melepas cadangan kerugian penurunan nilai piutangnya.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.