Investasi

Tren Investasi: Sustainable Investing Menuju Emisi Nol 2050

Sumber: Pexels

Ajaib.co.id – Dalam berinvestasi kita perlu menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang ada. Perubahan yang terjadi di dunia akan menentukan kemana dana investasi akan mengalir.

Pengetahuan tersebut akan menuntun pada aset investasi mana yang akan naik panggung dan menjanjikan keuntungan. Hal yang mesti kita, kamu dan aku, ketahui saat ini adalah tentang pergeseran preferensi energi dunia berkaitan dengan pemanasan global.

Jadi Climate Leader’s Summit yang digagas Presiden AS Joe Biden pada April 2021 telah menghasilkan komitmen untuk bersama-sama mencapai emisi nol pada tahun 2050.

Emisi nol artinya emisi karbon yang diproduksi manusia setara dengan penyerapan karbon sehingga tidak ada yang naik ke atmosfer. Ide ini sebenarnya telah digagas sejak Perjanjian Paris tahun 2015 dan menjadi intensif sejak Biden naik tahta di Amerika sebagai presiden.

Tentang Pemanasan Global

Secara alami, emisi karbon yang dihasilkan utamanya dari sektor transportasi, kelistrikan dan industri manufaktur akan diserap oleh pohon, perairan, dan tanah dalam proses kimia yang rumit. Yang tidak terserap akan naik ke atmosfer bersama-sama gas lainnya dan menjadi konsentrasi gas rumah kaca.

Gas rumah kaca membuat bumi menjadi seperti berada dalam rumah kaca yang suhunya pelan-pelan naik. Inilah yang dimaksud dengan pemanasan global.

Penjelasan dampak pemanasan global tentu sudah kita ketahui sejak lama, mulai dari perubahan iklim tak wajar, fenomena alam tak biasa yang berakibat bencana, sampai perubahan perilaku hewan. Intinya kita perlu melakukan perubahan agar pemanasan global berlangsung lebih lambat dan bisa diterima penghuni bumi.

Yang menarik adalah untuk bisa bebas emisi karbon maka dunia akan membutuhkan investasi energi yang sangat besar yakni hingga $4 triliun secara global.

Indonesia sendiri disinyalir akan membutuhkan investasi sebesar USD 20-25 miliar per tahun mulai tahun ini hingga tahun 2030 dan nilainya akan terus meningkat hingga emisi nol netral karbon tercapai. Apakah sudah terbayang emiten mana saja yang mendapat berkah daripadanya?

Tentang Emisi Nol

Secara alamiah seluruh makhluk memproduksi emisi karena sekedar bernapas saja menghasilkan karbon dioksida (CO2). Oleh karenanya menghasilkan sama sekali nol emisi adalah tidak mungkin. Oleh karenanya ide Emisi Nol adalah tentang penyerapan emisi (reabsorpsi) dan pengurangan emisi.

Reabsorpsi adalah tentang menyerap emisi secara alami seperti mencegah penggundulan hutan, menanam lebih banyak pohon, mencegah degradasi lahan, dan menjaga ekosistem laut serta perairan lainnya. Idenya adalah tentang mencegah karbon lepas ke atmosfer agar bumi tidak bertambah panas.

Para ahli berhitung bahwa 20% emisi karbon dapat diserap oleh hutan secara global, sedangkan 23% lainnya diserap oleh laut dan perairan, sisanya diserap tanah, dan yang tak terserap menguap ke atmosfer membentuk konsentrat gas rumah kaca.

Konsentrasi gas rumah kaca saat ini adalah 414,3 ppm, para ahli memprediksi bahwa jika sudah tembus 500 ppm maka suhu bumi akan naik 2 derajat Celcius.

Ini tidak dapat dibiarkan dan oleh karenanya dalam Perjanjian Paris 2015, dunia diminta mengurangi emisi dan menggenjot program reabsorpsi alias penyerapan emisi agar suhu global tak naik lebih dari 2 derajat Celcius di tahun 2100. Target lainnya adalah untuk mengurangi emisi sebanyak 45% di tahun 2030.

Sedangkan pengurangan emisi dilakukan dengan transisi energi dari sistem kelistrikan yang ditenagai bahan bakar fosil seperti batubara ke sistem yang ditenagai bahan bakar energi terbarukan seperti tenaga surya dan lainnya.

Untuk mencapai emisi nol pada tahun 2050, investasi di energi bersih di seluruh dunia akan mengganda hingga sekitar $4 triliun per tahun pada 2030. Dan oleh karenanya jutaan pekerjaan baru akan tercipta, secara global akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Indonesia Menuju Emisi Nol di 2050

Laporan dari IESR (Institute for Essential Services Reform), yang merupakan laporan komprehensif pertama di Indonesia telah menggambarkan sebuah peta jalan mencapai emisi nol karbon di 2050.

Laporan IESR (Institute for Essential Services Reform) menyebutkan bahwa untuk memenuhi target emisi nol di 2050 maka sektor ketenagalistrikan lah yang mampu mencapai nol emisi karbon lebih cepat dibandingkan sektor transportasi dan industri.

Dalam laporan tersebut terdapat empat hal yang perlu dilakukan Indonesia dalam sepuluh tahun ke depan. Yang pertama adalah peningkatan energi sustainable, alias energi terbarukan yang jumlahnya melimpah dan terus-menerus ada seperti energi surya, dan lainnya.

Kedua, penghentian pembangunan PLTU batu bara sebelum 2025. Ketiga, akselerasi penghentian PLTU berjenis subkritical, dan keempat modernisasi grid.

Masalahnya saat ini kelistrikan di Indonesia sebagian besar masih didukung oleh energi fosil, sumber listrik tenaga batu bara yang ekonomis dari segi biaya namun menghasilkan karbon yang tidak ramah lingkungan.

Sejauh ini rencana strategis sedang digodok oleh PLN dan Kementerian ESDM untuk mencapai netral karbon di 2060. Rencana ini tidak sesuai dengan target Perjanjian Paris untuk emisi nol yang hendak dicapai di tahun 2050.

Transisi Untuk Indonesia

Lappeenranta University of Technology (LUT) mengembangkan Model Transisi Sistem Energi bagi Indonesia dan melihat kemungkinan keberhasilan peralihan energi di sektor kelistrikan, industri, dan transportasi.

Satu dekade mendatang, hingga 2030, adalah masa penentuan yang sangat dinantikan dalam upaya dekarbonisasi Indonesia.

Idenya adalah mengganti pembangkit listrik tenaga uap batu bara yang selama ini kita gunakan dengan tenaga surya. Jadi kelak Indonesia akan menggunakan pembangkit listrik tenaga surya sebesar 88% atau sekitar itu, kemudian energi lainnya dari tenaga air sebesar 6%, panas bumi sebesar 5% dan energi terbarukan lainnya sebesar 1%.

Kemudian teknologi penyimpanan energi, terutama baterai, akan berperan penting. Di sektor transportasi dan industri maka dekarbonisasi akan dilakukan dengan bantuan bahan bakar sintetik, hidrogen, dan pemanas listrik.

Untuk memenuhinya, Indonesia dikatakan perlu memasang sekitar 140 GW energi terbarukan pada tahun 2030, dan sebanyak 80% nya adalah listrik tenaga surya. Dan kendaraan listrik juga harus dipasarkan dengan baik.

Target penjualan mobil listrik di 2030 adalah sebanyak 2,9 juta unit, sedangkan sepeda motor adalah 94,5 juta unit.

PLN saat ini telah diminta untuk menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara baru sama sekali pada tahun 2025. Jika semuanya dilakukan maka pada tahun 2045, lebih cepat 5 tahun dari yang ditargetkan, sektor kelistrikan Indonesia menjadi 100% bebas karbon.

Untuk bisa sepenuhnya bertumpu pada energi terbarukan atau yang sustainable, maka penting adanya untuk membangun integrasi jaringan listrik bertenaga energi bersih seperti energi surya di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan pulau-pulau lain.

Model transisisi energi oleh IESR menunjukkan bahwa pada tahun 2050, kapasitas transmisi listrik sebesar 158 GW diperlukan untuk menghubungkan nusantara dari barat sampai timur.

Target tersebut akan membutuhkan investasi sebesar USD 20-25 miliar per tahun hingga tahun 2030. Nilai ini akan meningkat menjadi USD 60 miliar per tahun antara 2030 hingga 2040. Perbaikan iklim investasi menjadi sangat penting dalam mewujudkan hal tersebut.

Sustainable Investing

Kesadaran akan lingkungan yang berkelanjutan telah mendorong sebagian investor untuk hanya berinvestasi di aset-aset yang menurut mereka bertanggung jawab saja.

Misalnya saja, ada investor yang tidak mau menanamkan modalnya di perusahaan minuman keras untuk alasan agama. Dan lainnya lebih memilih berinvestasi di saham atau obligasi perusahaan yang mendukung lingkungan saja. Yang demikian itu dinamakan Sustainable Investing atau investasi berkelanjutan.

Investasi berkelanjutan adalah tentang menyelaraskan keputusan investasi dengan nilai-nilai sosial dan lingkungan investor sambil tetap menghasilkan keuntungan jangka panjang.

Dalam sustainable investing, laba bukanlah satu-satunya tujuan namun lebih kepada menciptakan dampak positif ke masyarakat. Sustainable Investing adalah tentang berinvestasi dengan cara yang tidak bertentangan dengan hati nurani kamu.

Nama lainnya adalah investasi bermoral, investasi yang bertanggung jawab secara sosial (social responsible investing). Besarnya minat investor pada Sustainable Investing ini disinyair akan semakin kuat dengan gerakan Emisi Nol ini.

Data dari US SIF Foundation, pada akhir 2019 saja reksa dana bertema Sustainable Investing yang dikelola secara profesional di Amerika Serikat tumbuh menjadi $17,1 triliun, meningkat 42% dibandingkan 2017.

Indeks SRI-KEHATI

Kamu bisa tentukan sendiri saham-saham mana yang menurutmu bertanggung jawab secara lingkungan, tidak bertentangan dengan moral. Mungkin saham produsen panel tenaga surya seperti JSKY atau mungkin saham-saham batubara yang akan melakukan gasifikasi batubara bersih seperti PTBA, MBAP dan ITMG.

Kamu bisa membeli saham-saham tersebut di aplikasi Ajaib mumpung masih murah, sebelum proyek Emisi Nol dilaksanakan di tahun 2022!

Di indonesia sendiri sudah ada sebuah indeks saham yang terdiri dari saham-saham yang bertanggung jawab secara lingkungan, sosial dan wewenang (ESG) yang dikeluarkan oleh Yayasan KEHATI, indeks tersebut bernama SRI-KEHATI.

SRI-KEHATI berisikan saham-saham yang memiliki bisnis inti bukan pertambangan batu bara, bukan perjudian, produsen tembakau dan alkohol, dan standar manusiawi lainnya.

Selain disaring berdasarkan bisnis intinya, SRI-KEHATI juga melakukan pemilihan sahamnya dengan mempertimbangkan aspek keuangan yang dinilai baik, memiliki tata kelola yang baik, peduli lingkungan, peduli pada hak asasi manusia dan ketenagakerjaan.

Jika kamu tertarik, kamu bisa dengan mudah melakukan strategi sustainable investing dengan membeli saham-saham dalam indeks SRI-KEHATI. Sebagai gambaran, saat ini ada 25 saham yang bisa kamu pilih yang termasuk ke dalam indeks SRI-KEHATI.

Atau, kamu juga bisa beli reksa dana SRI-KEHATI di Ajaib lho! Misalnya saja Indeks Insight SRI-KEHATI Likuid I Sri atau RHB SRI KEHATI Index Fund mulai dari Rp10.000 saja!

Prospek Sustainable Investing

Dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha menuju Emisi Nol terdiri dari dua hal. Yang pertama adalah Reabsorpsi atau penyerapan emisi melalui penghijauan hutan, pembersihan laut, penghentian kelistrikan energi fosil dan menggantinya dengan energi yang sustainable.

Yang kedua adalah Pengurangan Emisi atau mengurangi emisi dengan mewajibkan masyarakat beralih ke kendaraan listrik dan menggunakan energi sustainable seperti tenaga surya sebagai sumber listrik.

Dilansir dari CNN Indonesia, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan pemerintah telah memutuskan untuk menghentikan rencana pembangunan sejumlah PLTU. Kebijakan dalam RUPTL 2021-2030 adalah untuk tidak menerima usulan PLTU baru.

Terlebih lagi China memutuskan untuk menghentikan pendanaan proyek tenaga listrik berbahan bakar batu bara di luar negeri. Padahal China adalah investor yang banyak mendukung proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batubara di Indonesia.

Dengan demikian Indonesia punya cukup alasan untuk memulai proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya dalam waktu singkat dan segera memulai langkah untuk mencapai Emisi Nol di tahun 2050. Mengingat target bebas listrik energi fosil adalah tahun 2025, maka bisa dikatakan bahwa tren investasi sustainable di Indonesia akan segera dimulai.

Disclaimer: Penyebutan saham, reksa dana atau aset lainnya dalam artikel ini bukan merupakan rekomendasi. Pembaca hendaknya melakukan analisis lanjutan terkait keputusan investasi apa pun yang akan diambil. Seluruh keputusan investasi adalah berdasarkan konsen penuh dari pembaca.

Sumber: Apa Itu Net-Zero Emissions atau Nol-Bersih Emisi?, Deep decarbonization of Indonesia’s energy system: A Pathway to zero emissions by 2050, Kajian IESR: Sektor Ketenagalistrikan Capai Emisi Nol Karbon pada 2045, dan Nasib PLTU RI Kalau China Setop Biayai Proyek Batu Bara, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait