Obligasi

Mengapa Ada Potensi Gagal Bayar Obligasi?

Gagal Bayar

Ajaib.co.id – Meski sering kali dianggap sebagai instrumen investasi yang konservatif, surat utang atau obligasi tetap memiliki risiko. Tak jarang, investor dibikin kalang kabut gara-gara gagal bayar obligasi. Bahkan dampaknya bisa merembet ke banyak hal lain yang merugikan!

Untuk dipahami obligasi yang dibahas dalam artikel ini secara spesifik merupakan obligasi korporasi. Obligasi ini dikeluarkan oleh perusahaan biasanya untuk memenuhi tujuan pendanaan yang beragam, dari mulai membiayai kebutuhan modal kerja, membiayai investasi, hingga refinancing.

Salah satu perusahaan yang baru saja mengeluarkan menerbitkan obligasi untuk refinancing adalah PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk (PTPP). Perusahaan pelat merah ini mengemisi obligasi dan sukuk dengan nilai total Rp2 triliun.

Dikutip dari CNBC Indonesia, dalam penjelasannya, perusahaan menyatakan bahwa penghimpunan dana lewat instrumen obligasi dan sukuk ini digunakan untuk pembiayaan kembali atau refinancing dan pemenuhan modal kerja.

Dalam pengelolaan perusahaan, menarik utang baru seperti ini adalah hal yang wajar dan umum dilakukan. Karena dengan cara berutang, artinya perusahaan menambah liabilitas, tetapi di sisi lain perusahaan juga menambah aset. Yang perlu diperhatikan investor adalah bagaimana aset tersebut kemudian dikelola dengan baik, tidak hanya untuk melunasi utang, tetapi juga untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar.

Dalam hal penerbitan obligasi seperti ini, perusahaan biasanya terlebih dahulu bekerja sama dengan perusahaan pemeringkat untuk me-rating surat utang yang akan dikeluarkan. Jika ratingnya baik, maka tingkat kepercayaan publik biasanya tinggi. Selain itu, besaran kupon yang dibayarkan juga akan lebih rendah.

Dalam konteks PTPP, pemeringkatan dilakukan oleh PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo. Untuk obligasi dengan nilai maksimum Rp3 triliun yang diterbitkan, Pefindo menyematkan peringkat idA. Sukuk dengan nilai maksimum Rp1 triliun juga diberi peringkat yang sama, yakni idA (sy).

Dalam penjelasan peringkat tersebut, Pefindo menyebutkan PTPP sebagai obligor dinilai memiliki kemampuan obligor untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang atas jaminan utang, yang kuat kuat. Namun, jaminan utang dinilai relatif lebih rentan terhadap dampak negatif dari perubahan keadaan dan kondisi ekonom, dibandingkan utang dengan peringkat lebih tinggi.

Sebagai gambaran, dalam pemeringkatan utang dari Pefindo, Obligasi dan Sukuk dari PTPP ini mendapat rating terbaik ke-6 dari 18 peringkat yang mungkin diberikan. Di atas peringkat idA, masih ada peringkat lain yang lebih tinggi seperti idAA (sangat kuat) dan idAAA (superior).

Tentunya, pemeringkatan seperti ini akan membantu perusahaan untuk lebih meyakinkan para investor atas obligasi yang ditawarkan. Sebagai lembaga yang kredibel, tentunya pemeringkatan ini juga akan direspons dengan baik oleh investor dan dijadikan landasan untuk membeli sebuah obligasi korporasi atau tidak.

Meski begitu, setiap investor tetap perlu memerhatikan kondisi keuangan perusahaan dan melakukan analisis secara mandiri. Investor juga perlu rajin untuk selalu memantau pembaruan peringkat yang dilakukan oleh lembaga seperti Pefindo atas sebuah surat utang dan perusahaan yang dimiliki investor.

Sikap seperti itu diperlukan lantaran, peringkat yang disematkan terhadap sebuah surat utang tidak berlaku untuk selamanya. Dalam jangka waktu tertentu, bisa terjadi perubahan peringkat akibat berbagai hal seperti ekonomi makro dan regional. Terlebih, di situasi pandemi seperti saat ini.

Salah satu contoh yang paling baru adalah kasus gagal bayar yang terjadi pada PT Tridomain Performance Materials Tbk (TDPM). Dikutip dari CNBC Indonesia, perusahaan ini tak dapat melunasi pokok tiga Medium Term Note (MTN) yang jatuh tempo pada April dan Mei 2021.

Buntut dari gagal bayar MTN yang jatuh tempo tersebut turut berimbas kepada Obligasi yang dirilis perseroan pada 2019 dan 2018, dengan nilai total Rp500 miliar. Pasalnya, Pefindo menilai gagal bayar MTN tersebut akan memengaruhi kemampuan perseroan melunasi utang yang lain, termasuk obligasi tersebut.

Tak tanggung-tanggung, Perindo memangkas peringkat dua obligasi itu menjadi idCCC, kemudian menjadi idD alias default. Pefindo menilai MTN dan obligasi tersebut saling terkait kepada klausul cross-default.

Padahal, perlu dicatat bahwa pada saat emisi pertama kalinya, dua surat utang ini mendapatkan peringkat idA- dari Pefindo. Namun, peringkat tersebut terus melorot lantaran perusahaan dirongrong pandemi. Saat ini perusahaan tengah berusaha untuk merestrukturisasi utang-utang tersebut.

Risiko Default yang Meningkat Akibat Pandemi

Kasus gagal bayar MTN, obligasi, atau instrumen surat utang lainnya oleh korporasi di Indonesia memang meningkat akibat pandemi. Sebelum TDPM, perusahaan lain seperti Perumnas, bahkan Garuda Indonesia ramai dibicarakan publik akibat persoalan gagal bayar utang.

Dikutip dari CNBC Indonesia, Fitch Ratings menyebutkan nilai gagal bayar untuk surat utang korporasi Indonesia di dalam negeri mencapai Rp10 triliun pada 2020. Nilai gagal bayar atas instrumen MTN, obligasi, dan sukuk ini naik 35 kali lipat dibandingkan nilai pada 2019 yang hanya mencapai Rp300 miliar!

Bagi investor hal ini tentu bukan kabar menggembirakan. Pasalnya, kegagalan bayar biasanya akan diikuti dengan restrukturisasi, seperti perpanjangan tenor ataupun penyesuaian kupon.

Masalahnya, biasanya kupon naik tinggi saat terjadi restrukturisasi. Artinya, jika kondisi tak kunjung membaik, risiko gagal bayar bagi perusahaan tersebut semakin tinggi pula, dan bisa jadi kembali merugikan investor.

Nah, untuk menghindari hal seperti itu, tentunya seorang investor harus terus melakukan analisis dan awas terhadap perubahan yang terjadi di pasar modal. Keahlian ini bisa terus diasah melalui berbagai konten-konten edukasi dan analisis yang tersedia di aplikasi Ajaib.

Tak cuma untuk edukasi, aplikasi ini juga akan memberikan memiliki pengalaman investasi saham dan reksa dana terbaik. Selain sudah diawasi dan mendapatkan izin dari OJK, Ajaib telah berkembang menjadi salah satu platform investasi yang paling digandrungi para investor muda dan cerdas. Ayo segera gunakan aplikasi Ajaib!

Artikel Terkait