Ajaib.co.id – Dalam menyusun portofolio, tentunya kamu akan memilih saham-saham yang layak untuk dikoleksi. Kebanyakan orang memilih saham dengan melakukan metode value stock. Namun, sebenarnya ada metode lain yaitu growth stock.
Growth stock sebenarnya lebih kompleks dan berkaitan dengan strategi growth investing yang sering dibandingkan dengan value investing. Bagaimana memilih saham yang termasuk dalam growth stock? Apa keunggulannya dibandingkan value stock?
Yuk, simak artikel berikut ini:
Mengenal growth stock
Growth stock merupakan saham-saham emiten yang diperhitungkan akan mengalami laju pertumbuhan yang lebih tinggi daripada nilai rata-rata pasar. Growth stock tidak suka memberikan dividen dalam jumlah besar, karena emiten lebih mengutamakan untuk melakukan reinvestasi laba demi perkembangan bisnis.
Investor yang memilih growth stock, tidak berharap untuk mendapatkan dividen dari emiten, tetapi lebih mengincar capital gain melimpah di kemudian hari seiring dengan bertumbuhnya emiten tersebut.
Yang termasuk dalam growth stock belum tentu memiliki valuasi yang murah, lho. Bisa saja rasio P/E-nya saat ini menjadi overvalue. Namun, investor yang tetap memilihnya berekspektasi bahwa pertumbuhan emiten akan jauh lebih tinggi lagi dari saat ini.
Lalu, bagaimana cara memilih saham yang termasuk dalam growth stock? Pertama, perusahaan tersebut harus mampu menghasilkan laba yang terus bertumbuh. Kedua, memiliki earning per Share (EPS) yang konsisten meningkat sedikitnya dalam lima tahun terakhir.
Selain itu, kamu juga bisa menentukan sendiri mana yang termasuk dengan growth stock dengan mengetahui ciri-cirinya, yaitu:
1. Sektornya sedang tren
Yang dimaksud dengan sedang tren adalah sektornya lagi ramai dibicarakan dan terlihat dampaknya pada saham-saham yang masuk dalam golongan sektor tersebut sehingga mengakibatkan harga sahamnya mengalami kenaikan.
2. Sahamnya cenderung naik (uptrend)
Harga saham yang sudah menunjukkan minimal 3 titik resistance, maka dapat dikategorikan uptrend, namun kembali lagi pada moving average-nya.
Oleh karena itu, perlu melihat dalam range waktu yang berbeda untuk tepat menentukan trendline-nya. Jika seluruhnya menunjukkan uptrend maka sahamnya layak untuk di koleksi.
3. Harga sahamnya agak overvalue alias mahal.
Dalam memilih growth stock, biasanya sahamnya kebanyakkan tergolong mahal. Hal ini disebabkan karena investor berharap pada capital gain yang akan didapatkan pada saat emiten semakin bertumbuh.
Berbeda dengan saham lain yang membagikan dividen, yang harganya tergolong murah. Nah, akibat hal tersebut, dikalangan growth investing terkenal istilahnya “buy high, sell higher”, yaitu beli saat harga mahal kemudian jual dengan harga yang lebih mahal lagi.
4. Labanya tumbuh
Cara untuk mengetahui laba perusahaan tumbuh atau tidak dilakukan dengan menghitung persentase kenaikannya antara periode saat ini dengan periode sebelumnya.
Cara perbandingannya dilakukan dengan periode yang sama misalnya laporan keuangan kuartal 1 yang akan dianalisa maka akan dibandingkan dengan laporan keuangan dari kuartal 1 tahun sebelumnya.
Selain itu, kamu juga harus menganalisa rasio profitabilitasnya, terutama pada EPS dan ROE.
5. Perusahaannya tidak senang membagi dividen.
Perusahaan yang membagikan dividen maka laba ditahan-nya akan berkurang dan kemampuan perusahaan untuk berekspansi akan berkurang sehingga berdampak pada perolehan labanya di masa yang akan datang.
Bagi investor growth stock, laba yang berkurang akan memberikan efek pada harga saham yang sulit naik. Harga saham yang sulit naik, maka akan menyebabkan kerugian bagi investor karena tujuan utama dari growth investing adalah mendapatkan cuan besar melalui capital gain.
6. Perusahaan kecil dan berkembang
Growth stock kebanyakan saham perusahaan yang masih kecil dan sedang berkembang. Hal ini dikarenakan saham yang masih dalam proses berkembang menjanjikan keuntungan yang lebih besar dibanding yang sudah berada pada puncaknya.
Growth Stock Vs Value Stock
Growth stock digolongkan sebagai saham yang memiliki potensi untuk mengungguli pasar dari waktu ke waktu karena adanya potensi di masa depan, sementara value stock diklasifikasikan sebagai saham yang harganya saat ini di bawah harga yang sebenarnya.
Misalnya, sebuah saham perusahaan berkode BAJU memiliki harga sebenarnya yaitu 500 per lembar saham. Jika diperdagangkan di harga saat ini yaitu Rp 400 per lembar saham, maka dianggap peluang dalam membeli saham ini karena nilainya yang dibawah nilai wajarnya.
Growth stock dipandang sebagai saham dengan risiko yang besar. Hal ini dikarenakan growth stock tidak membagikan saham, memiliki model bisnis yang masih baru dan perusahaan yang masih dalam tahap perkembangan. Walaupun demikian, risiko yang muncul sejalan dengan prospek imbal hasil yang diberikan.
Sementara, value stocks dianggap memiliki tingkat risiko dan volatilitas yang lebih rendah. Walaupun seandainya harga tidak kembali kepada harga wajar, setidaknya emiten masih sering membagikan dividen yang dapat dianggap sebagai kompensasi atas saham yang tidak naik.
Lalu, manakah lebih baik antara value stocks atau growth stocks? Tentunya ini semua kembali kepada pemilihan profil risiko dan strategi investasinya baik dalam tujuan dan jangka waktu dalam berinvestasi. Masing-masing metode memiliki keunggulan, lho.
Dalam value stock cocok digunakan saat kondisi pasar sedang turun, sementara growth stock akan unggul selama periode ekspansi dengan jangka waktu yang panjang.
Bagi investor jangka pendek, hal ini tentu harus diperhatikan baik-baik. Kalau kamu tidak mau repot, kamu bisa percayakan dana kamu, lho. Caranya mudah, kamu bisa menggunakan aplikasi investasi Ajaib, kok.
Dalam Aplikasi Investasi Ajaib, dana kamu akan dikelola oleh Manajer Investasi terbaik sehingga bisa memberikan keuntungan yang optimal. Nah, tunggu apalagi? Segera miliki akun Ajaib ya.