Ajaib.co.id – Saham gorengan termasuk fenomena yang sudah lama eksis di Bursa Efek Indonesia (BEI). Istilah ini kemudian mencuat jadi headline berita nasional sehubungan dengan skandal Jiwasraya, sampai-sampai Presiden Joko Widodo ikut angkat bicara memerintahkan pihak berwenang untuk mengentaskan oknum-oknum bursa. Tapi, bagaimana sih asal usul saham gorengan di Bursa Efek Indonesia? Kita akan mengupas semua pertanyaanmu tentang saham gorengan secara tuntas dalam artikel ini.
Apa itu Saham Gorengan?
Saham gorengan adalah saham-saham tidak bermutu yang dimanipulasi oleh bandar agar mengalami kenaikan harga dengan cepat dalam waktu singkat. Sederhananya: saham-saham tersebut tidak memiliki prospek bagus secara fundamental, tetapi mengalami kenaikan harga yang sangat signifikan.
Istilah “saham gorengan” mengumpamakan saham dengan makanan seperti mendoan, bakwan, atau tempura yang digoreng rendam dalam minyak goreng panas yang banyak. Makanan seperti ini dapat mengakibatkan kolesterol tinggi dan buruk bagi kesehatan. Demikian pula saham-saham gorengan akan berdampak buruk bagi portofolio kita.
Siapa itu Bandar yang Menggoreng Saham?
Banyak orang mengira sosok “bandar” yang menggoreng saham itu merupakan perusahaan sekuritas atau broker saham. Padahal, siapa pun bisa menjadi bandar asalkan memiliki saham dalam jumlah sangat banyak. Pihak-pihak yang sering berperan sebagai bandar saham antara lain emiten, manajer investasi, dan perusahaan sekuritas.
Dalam kondisi wajar, tindakan bandar sebenarnya tidak berdampak buruk bagi investor ritel di Bursa Efek Indonesia. Eksistensi bandar justru dibutuhkan untuk menjaga keberlangsungan mekanisme perdagangan di bursa. Tindakan bandar baru berdampak negatif bagi pemain pasar lain ketika mereka sengaja memanipulasi saham-saham tak berkualitas untuk meraup keuntungan dalam jangka pendek secara tidak etis.
Bagaimana Cara Bandar Menggoreng Saham?
Aksi goreng-menggoreng saham bisa melibatkan kongkalikong dua bandar atau lebih. Manipulasi biasanya dimulai ketika bandar sudah menghimpun saham tertentu dalam jumlah besar. Mereka kemudian menyebarkan berita tertentu sambil mendistribusikan saham yang dimilikinya dengan cara memasang banyak bid dan offer pada saham tersebut. Tujuannya untuk menciptakan kesan suasana perdagangan yang ramai pada saham yang akan digoreng.
Ketika harga suatu saham yang digoreng sudah mulai meningkat, pemain pasar lain biasanya mulai melirik saham tersebut. Pemain pasar lain akan berbondong-bondong mengakumulasi saham gorengan dari tangan bandar hingga harganya semakin tinggi. Bandar kemudian akan lepas tangan ketika “barang” yang disimpannya sudah habis. Pada titik ini, saham gorengan sudah terdistribusikan dan harganya tidak bisa naik lagi.
Ketika para pembeli saham yang digoreng tadi berkeinginan untuk menjual saham gorengan di tangannya, mereka tidak dapat menemukan pembeli pada tingkat harga tinggi lagi. Karena butuh uang atau ingin cut loss, mereka mungkin akan berusaha banting harga. Alhasil harga saham yang digoreng merosot lagi dengan cepat. Trader ritel yang tidak sempat menjual tepat waktu mungkin akan terpaksa hold saham yang nyangkut ini selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Ada banyak skenario goreng-menggoreng saham yang pernah terjadi di Bursa Efek Indonesia. Modus operandinya beragam mulai dari menebar rumor akuisisi atau merger, hingga skenario repo yang lebih canggih hingga bisa menjerat perusahaan sekelas Jiwasraya dan Asabri.
Apa Saja Ciri-ciri Saham yang Digoreng Bandar?
Saham gorengan umumnya merupakan saham-saham dengan kapitalisasi pasar kecil, termasuk kategori saham lapis kedua atau ketiga. Sedangkan saham-saham memiliki kapitalisasi pasar besar (blue chip) akan sulit digoreng karena dibutuhkan modal jauh lebih banyak untuk menggerakkan harganya.
Meski demikian, tidak semua saham berkapitalisasi kecil merupakan “mainan” bandar. Kamu dapat mengidentifikasi apakah saham sedang digoreng atau tidak berdasarkan lima (5) ciri-ciri berikut ini:
- Jumlah bid dan offer dalam antrian order book tampak tipis-tipis, misalnya hanya beberapa belas lot per harga.
- Volume dan nilai transaksi jual-beli harian mengalami kenaikan secara mendadak dan tidak wajar.
- Saham masuk dalam daftar Unusual Market Activity (UMA), karena mengalami kenaikan harga secara ekstrim.
- Kinerja keuangan perusahaan selama beberapa tahun terakhir tergolong buruk, atau perusahaan merupakan anggota bursa baru (saham yang baru saja IPO).
- Grafik harga saham historis tidak dapat dianalisis secara teknikal, karena lonjakan harga terlalu tajam dalam waktu singkat.
Saham mana pun yang memenuhi sedikitnya empat dari kelima kriteria tersebut sudah termasuk suspect saham gorengan.
Bagaimana Cara Menghindari Saham Gorengan?
Kita sebenarnya dapat menghindari saham yang digoreng dengan mudah. Pertama, jangan membeli saham hanya karena berita atau rumor tertentu yang baru beredar. Kedua, biasakanlah menyelidiki kondisi fundamental perusahaan selama minimal tiga tahun terakhir sebelum membeli saham mana pun. Pilihlah saham-saham yang sudah terbukti memiliki kinerja baik saja.
Bisakah Trader Ritel Meraup Cuan Dari Saham Gorengan?
Trader yang punya profil risiko agresif mungkin ingin ikut ambil untung dari saham gorengan. Boleh jadi kamu termasuk salah satunya. Ini sah-sah saja. Namun, kamu harus terlebih dahulu mempelajari ilmu bandarmologi dan cara mengelola modal (money management) yang tepat.
Alokasi untuk main saham gorengan sebaiknya tidak lebih dari 10 persen dari total modal investasimu. Selanjutnya, kamu perlu mencermati siklus akumulasi-distribusi bandar. Kamu juga harus siap untuk segera menjual saham gorengan itu dalam kondisi untung (take profit) maupun rugi (cut loss) ketika muncul indikasi bandar akan berhenti mendistribusikan sahamnya.
Trader ritel juga bisa ikut untung dari permainan bandar. Akan tetapi, ini termasuk permainan saham berisiko sangat tinggi dan sebaiknya hanya dilakukan oleh trader berpengalaman. Pemula direkomendasikan hanya menanamkan modal pada saham-saham yang memiliki fundamental bagus saja. Kalau perlu berlatih main saham gorengan, gunakanlah simulasi trading saham yang tidak membutuhkan modal uang sungguhan.