Saham

Cara Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan

Ajaib.co.id – Laporan keuangan emiten merupakan referensi penting bagi investor untuk memilih saham berdasarkan analisis fundamental. Sayangnya, laporan keuangan tidak luput dari rekayasa dan manipulasi. Salah satu contoh terbaru melibatkan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang merekayasa laporan keuangannya untuk tahun 2018. 

Masih ada banyak kasus lain yang diketahui -maupun tidak diketahui- oleh para investor. Padahal, manipulasi laporan keuangan dapat mengakibatkan investor mengambil keputusan yang salah. Oleh karena itu, investor perlu mengetahui cara mendeteksi manipulasi laporan keuangan sejak dini.

Mengapa Emiten Memanipulasi Laporan Keuangannya?

Menurut Investopedia, ada tiga alasan utama mengapa manajemen perusahaan merekayasa laporan keuangan. Pertama, eksekutif perusahaan mungkin mendapatkan kompensasi tergantung kinerja keuangan perusahaan. Citra kinerja keuangan perusahaan yang lebih baik dapat meningkatkan bonus mereka.

Kedua, fleksibilitas pelaporan keuangan menciptakan banyak celah untuk direkayasa. Amerika Serikat maupun Indonesia sebenarnya sudah memiliki standar praktik akuntansi keuangan masing-masing. Akan tetapi, prinsip akuntansi yang berlaku umum dapat diinterpretasikan secara fleksibel oleh manajemen perusahaan. Hal ini memungkinkan emiten untuk merekayasa laporan keuangan tanpa terdeteksi oleh investor maupun otoritas Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Ketiga, ada kemungkinan auditor bersekongkol dengan emiten untuk menyetujui laporan keuangan hasil rekayasa. Ingat, auditor dibayar oleh perusahan emiten. Auditor secara etika memang dituntut untuk memberikan penilaian objektif terhadap laporan keuangan. Tapi mereka juga punya insentif untuk melanggar aturan demi mencegah perusahaan emiten pindah ke kantor akuntan lain.

Aneka Cara Merekayasa Laporan Keuangan

Buku “Financial Shenanigans” (2002) hasil buah karya pakar akuntan forensik Howard Schilit memaparkan tujuh cara perusahaan merekayasa laporan keuangan. Ketujuh cara itu adalah:

  1. Mencatat pendapatan secara prematur, misalnya sebelum semua jasa diberikan, sebelum produk dikirim, atau malah mencatat pendapatan diterima untuk produk yang sebenarnya tidak dipesan.
  2. Mencatat pendapatan fiktif, misalnya membukukan pendapatan dari penjualan yang tidak pernah terjadi, mencatat pemasukan investasi sebagai pendapatan, atau mencatat pinjaman sebagai pendapatan.
  3. Meningkatkan laba dengan cara menjual aset perusahaan lalu mencatat hasil penjualan sebagai pendapatan, atau mengklasifikasikan imbal hasil investasi sebagai pendapatan. 
  4. Menunda pencatatan biaya-biaya yang semestinya dibukukan dalam periode ini, misalnya dengan tidak mencatat aset yang sudah mengalami penyusutan nilai atau mencatat penyusutan nilai yang lebih rendah dari seharusnya.
  5. Mencatat liabilitas secara tidak tepat, misalnya dengan diam-diam mengubah asumsi akuntansi.
  6. Memajukan atau memundurkan pencatatan pendapatan periode sekarang ke periode berikutnya.
  7. Memajukan atau memundurkan pencatatan biaya-biaya yang akan datang ke periode sekarang.

Pada dasarnya, ada dua data dalam laporan keuangan yang sering dilirik oleh investor untuk mengukur kinerja perusahaan: laba (profit) dan pendapatan (revenue). Upaya manipulasi laporan keuangan pun biasanya terpusat pada dua data ini.

Emiten dapat membesar-besarkan laba dengan cara merekayasa agar pendapatan lebih besar, ataupun mengurangi beban biaya agar berjumlah lebih sedikit daripada kondisi yang sesungguhnya. Kedengarannya rumit, tapi sebenarnya cukup sederhana.

Menurut Investorsadar.com, manipulasi dengan mengurangi beban biaya itu dapat dilakukan dengan mencatat beban sebagai investasi aset yang meningkatkan laba. Biaya-biaya yang memungkinkan untuk direkayasa antara lain: 

  1. Biaya dibayar di muka (deferred expense).
  2. Biaya yang belum dibayar (accrued expense).
  3. Biaya cadangan untuk masa depan.
  4. Biaya yang dikeluarkan tahun ini, diklaim akan berdampak sampai beberapa tahun ke depan.

Selain itu, emiten bisa memasukkan pendapatan komprehensif ke dalam pendapatan yang dihitung dalam rugi-laba demi memperbesar laba (padahal seharusnya terpisah).

Emiten sewaktu-waktu mungkin juga merekayasa laporan keuangan agar menunjukkan kinerja lebih buruk dibanding semestinya. Pendapatan dan laba diperkecil, sedangkan biaya diperbesar. Mengapa begitu? Bisa jadi karena pemilik perusahaan ingin mencegah akuisisi oleh pihak lain. Atau mungkin juga manajemen perusahaan sengaja menunda pencatatan data yang bagus agar kinerja periode berikutnya tampak lebih mengagumkan.

Tips Untuk Mendeteksi Manipulasi Laporan Keuangan

Mengingat manipulasi laporan keuangan kemungkinan dilakukan oleh perusahaan emiten yang bersekongkol dengan auditor, investor membutuhkan wawasan dan kejelian ekstra untuk mendeteksinya. Lebih tepatnya lagi:

  1. Investor perlu memahami cara membaca laporan keuangan dan fasih dalam bahasa-bahasa akuntansi. Misalnya perbedaan aset dengan liabilitas, perbedaan laba bersih dengan laba komprehensif, apa itu arus kas (cash flow), dan lain sebagainya.
  2. Investor perlu mengenal perbedaan konsekuensi pencatatan keuangan pada industri yang berbeda. Misalnya perbankan akan mencatat dana pihak ketiga sebagai liabilitas, sehingga rasio utang yang dihitung dari liabilitas dibagi ekuitas biasanya sangat besar.
  3. Investor harus mampu menganalisis dari berbagai sisi untuk mengukur rasionalitas dari suatu data. 
  4. Investor harus tekun dalam menyisir laporan keuangan mulai dari halaman terdepan hingga ikhtisar dan catatan kaki. Terutama perlu disoroti jika ada perubahan metode pencatatan akuntansi seperti pengakuan atas pendapatan, metode penghitungan depresiasi, revaluasi nilai aset, dan lain-lain.

Belum punya semua wawasan itu? Ada jalan pintas dengan cara membandingkan pertumbuhan pendapatan periode ini dengan periode-periode sebelumnya. Umpamanya jika pertumbuhan pendapatan mendadak melonjak ratusan persen padahal biasanya hanya sekitar belasan persen, maka kamu patut merasa curiga. Kenaikan laba secara drastis juga perlu diselidiki asal-usulnya lebih lanjut dalam rincian laporan keuangan. 

Jalan pintas seperti ini tidak akan membantumu mengidentifikasi manipulasi laporan keuangan secara konkret. Akan tetapi, setidaknya kamu dapat “mencium” kemungkinan terjadinya manipulasi. Tentu saja, lebih baik lagi jika kamu mempelajari cara membaca laporan keuangan selengkapnya dari buku-buku para pakar saham Indonesia dan berlatih mengevaluasi laporan keuangan secara mandiri.

Artikel Terkait