Jadi Trader Handal, Saham

Mana Lebih Baik, Cut Loss atau Risiko Trading Saham Lainnya?

Mana yang Lebih Baik, Cut Loss atau Risiko Trading Saham Lainnya?

Ajaib.co.id – Tidak ada seorang pun yang akan bergembira ketika harus mengakui dirinya telah membuat keputusan keliru dan menanggung kerugian dalam jumlah besar. Kondisi psikologis ini lah yang membuat banyak trader saham enggan cut loss.

Daripada cut loss saham-saham nyangkut, mereka memilih “banting setir” dari trader menjadi investor jangka waktu panjang. Mereka mengira bisa menghindari kerugian dengan tidak cut loss. Padahal sikap anti cut loss itu justru mengakibatkan konsekuensi panjang.

Apa itu Cut Loss?

Mengutip dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengertian cut loss adalah kondisi ketika investor menjual saham di harga yang lebih rendah dari harga belinya. Upaya ini dilakukan bukan untuk merealisasi kerugian, melainkan untuk mencegah kerugian yang lebih besar karena harga saham yang investor miliki terus turun lebih rendah lagi.

Jika dilihat sekilas, ketika melakukan cut loss, investor atau trader akan tetap merugi. Hanya saja, kerugian mereka tidak akan lebih parah. Strategi ini berguna untuk mempertahankan modal ketika mengalami krisis finansial atau masalah lainnya terkait dengan menurunnya harga saham. Karena itulah, strategi ini sering juga disebut sebagai protective stop strategy.

Waktu Tepat Melakukan Cut Loss

Untuk menentukan kapan waktu yang paling tepat dalam melakukan cut loss, kamu dapat melihat dari empat kondisi berikut sebagai pertimbangan.

1. Sudah Mencapai Batas Kerugian

Dalam investasi saham, potensi kerugian akan selalu ada. Karena itu, kamu perlu menentukan batas rugi sesuai profil risiko kerugian yang dapat ditanggung. Secara teori, tidak ada batas ideal untuk batasan rugi dalam berinvestasi. Jika kamu telah mencapai batas kerugian yang ditentukan, maka itulah waktu yang tepat untuk mulai melakukan cut loss.

2. Harga Saham Terus Turun

Ketika kamu menganalisis fundamenal saham perusahaan tertentu yang memiliki potensi keuntungan tinggi, kamu tetap tidak boleh menutup kemungkinan bahwa perusahaan tersebut akan mengalami krisis.

Ketika perusahaan tersebut sewaktu-waktu mengalami krisis dan performanya menurun, dan berdampak terhadap nilai sahamnya, kamu bisa mempertimbangkan untuk melakukan upaya memotong kerugian sehingga tidak mengalami kerugian yang lebih besar.

3. Terdapat Kesalahan Saat Membeli Saham

Pada kondisi tertentu, tidak menutup kemungkinan kamu bisa melakukan kesalahan ketika membeli saham. Misalnya, ketika melakukan transaksi saham secara terburu-buru tanpa adanya proses analisis yang mendalam. Dalam kondisi ini, upaya memotong kerugian bisa dipertimbangkan untuk dilakukan, apalagi jika nilai saham tersebut cenderung menurun.

4. Ketika Terjadi Koreksi IHSG

Kamu juga bisa mempertimbangkan untuk menjual saham dengan harga rendah ketika koreksi IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) berlangsung. Sebab, pada waktu inilah kamu harus mengamati secara teliti dan memastikan apakah akan terjadi secara terus menerus atau tidak. Kamu juga perlu mengetahui faktor yang menjadi penyebab koreksi indeks saham, entah itu krisis, isu dalam negeri, kerusuhan, atau yang lainnya.

Risiko Trading Saham Jika Tidak Mau Cut Loss

Beberapa risiko trading saham jika tidak mau cut loss antara lain: modal terkunci dalam saham yang tidak produktif, potensi modal ludes jika saham tersuspensi dalam waktu lama atau malah mengalami delisting, serta biaya peluang (opportunity cost) yang semakin membengkak.

Berikut ini sebuah ilustrasi tentang beragam risiko tersebut agar kamu memahami pentingnya bersikap tegas dalam melaksanakan cut loss.

1. Modal Terkunci Dalam Saham yang Tidak Produktif

Umpama kamu mulai trading saham dengan modal sebesar Rp50 juta. Sebagian modal tersebut dipergunakan untuk membeli tiga saham, yakni ABC Rp15 juta, FGH Rp15 juta, dan KLM Rp10 juta dengan target profit masing-masing 1 juta (ini hanya perumpamaan).

Selanjutnya kamu berhasil ambil untung sesuai target dari saham KLM sebesar Rp1 juta. Keuntungan itu kamu tambahkan ke dalam seluruh modal yang tersisa untuk all-in membeli saham PQR senilai Rp21 juta. Akhirnya kamu memiliki saham ABC, FGH, dan PQR dalam portofolio.

Saham ABC dan FGH tak juga mencapai target profit setelah berhari-hari, tetapi kamu tidak mau cut loss. Masalahnya, dana yang dipakai untuk membeli kedua saham itu mencakup lebih dari setengah modal awalmu. Kalau cut loss ABC dan FGH, nantinya kamu hanya akan memperoleh kembali dana senilai Rp28 juta dari modal yang sebelumnya Rp30 juta. Kamu tak mau rugi 2 juta, maka saham ABC dan FGH tetap di-hold.

Saham PQR sudah profit dan berkembang dari Rp21 juta menjadi Rp22 juta. Tapi modalmu untuk trading saham selanjutnya hanya tersisa Rp22 juta itu saja, karena dana lainnya terkunci pada saham ABC dan FGH.

Padahal harga saham ABC dan FGH pun belum tentu akan pulih dalam waktu dekat. Bisa jadi kamu terpaksa harus hold keduanya selama bertahun-tahun ke depan. Alhasil, dana Rp30 juta tersia-siakan hanya karena kamu tidak mau cut loss 2 juta.

2. Ancaman Suspensi dan Delisting

Situasi pada contoh tadi bisa jadi lebih buruk lagi. Bayangkan seandainya manajemen dan kondisi fundamental perusahaan ABC dan FGH ternyata sangat jelek. Kedua emiten gagal menyampaikan laporan keuangan sesuai ketentuan otoritas Bursa Efek Indonesia, sehingga sahamnya disuspensi. 

Dalam kondisi suspensi, saham tidak dapat diperdagangkan secara bebas di pasar reguler dan tunai. Saham ABC dan FGH dalam portofolio-mu pun tidak bisa dijual dengan mekanisme tawar-menawar yang wajar.

Alternatif yang tersisa bagimu hanya dua: (1) hold hingga entah kapan, atau (2) mengobral saham di pasar negosiasi. Dalam beberapa kasus, saham tersuspensi yang berharga Rp50 per lembar baru bisa terjual di pasar negosiasi setelah pemiliknya banting harga sampai Rp5 per lembar. 

Kalau suspensi berlangsung terlalu lama (sekitar 2 tahun), saham terancam didepak dari bursa (delisting paksa). Pada titik ini, kamu bahkan sudah tidak bisa cut loss lagi karena tidak akan ada orang yang mau membeli saham-saham milikmu.

3. Opportunity Cost yang Mahal

Bagaimana jika harga saham ABC dan FGH ternyata benar-benar membaik, sehingga skenario tersuspensi dan delisting tadi tidak terjadi? Dalam hal ini, kamu kemungkinan tetap akan menanggung kerugian biaya peluang (opportunity cost).

Opportunity cost adalah biaya yang dikeluarkan seseorang ketika memilih suatu keputusan dibanding keputusan lainnya. Contohnya jika kamu punya dana Rp10 juta yang dapat diinvestasikan dalam saham, tapi malah dipergunakan untuk membeli tas branded.

Tas branded itu mungkin akan memberikanmu prestise hingga 2-3 tahun ke depan. Namun seandainya dana itu dipakai untuk trading saham, mungkin sudah menghasilkan keuntungan Rp5 juta dalam kurun waktu yang sama. Inilah opportunity cost.

Pada kasus saham ABC dan FGH yang tidak di-cut loss tadi, opportunity cost timbul karena modal yang terkunci dalam keduanya mungkin bakal menghasilkan keuntungan berlipat ganda jika dipergunakan untuk trading pada saham lain. Opportunity cost akan tetap muncul meskipun kamu akhirnya mampu menjual saham keduanya sesuai target profit awal.

Katakanlah kamu terpaksa hold saham ABC dan FGH selama satu (1) tahun demi menunggu rebound. Setelah rebound, kamu mungkin bisa mendapatkan keuntungan Rp1 juta dari masing-masing saham. Tapi seandainya dulu bersedia cut loss, kamu mungkin sudah untung Rp10 juta dengan memanfaatkan dana sisanya untuk trading pada saham-saham lain yang lebih profitable selama setahun. Sayang sekali, bukan!?

Inilah alasan mengapa trader saham tidak boleh ragu untuk cut loss. Investor yang punya target jangka panjang akan menyelidiki seluk-beluk fundamental dengan matang dan dapat melaksanakan average down, sehingga lebih terhindar dari risiko fluktuasi pasar yang tajam. Namun, trader memiliki target jangka pendek dan lebih berfokus pada analisis teknikal. 

Banyak sekali saham yang memiliki peluang bullish secara teknikal, tetapi fundamentalnya kurang cemerlang. Trader juga mungkin terjebak main saham gorengan yang benar-benar akan jadi petaka kalau tidak di-cut loss. Demi menghindari skenario terburuk, trader perlu menyiapkan skenario cut loss sejak awal dan melaksanakannya dengan disiplin. Semakin lama cut loss ditunda, semakin besar pula opportunity cost dan ancaman risiko-risiko lainnya.

Ajaib Hadirkan Berbagai Fitur Baru dan Menarik untuk #JadiTraderHandal

Ajaib akan membantu kamu #JadiTraderHandal dengan menghadirkan berbagai fitur terbaru yang cocok digunakan untuk trader profesional. Ajaib akan meluncurkan berbagai fitur baru dan menarik. Semua fitur terbaru ini akan memberikan pengalaman trading yang lebih baik, cepat, dan handal.

Semua fitur terbaru ini dapat kamu simak di website Ajaib dan semua akun media sosial Ajaib Sekuritas. Yuk, langsung coba fitur terbaru Ajaib sekarang juga! Jangan lupa untuk membagikan pengalaman trading kamu bersama Ajaib di Social media dan tag @ajaib_investasi untuk mendapatkan hadiah.

Artikel Terkait