Profil Singkat Emiten
PT Agung Semesta Sejahtera Tbk (TARA) termasuk perusahaan properti yang relatif anyar terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan ini beroperasi secara komersial sejak tahun 2006 dan sempat berganti nama beberapa kali.
Perusahaan mulai melantai di bursa pada tanggal 11 Juli 2014 dengan nama perusahaan PT Sitara Propertindo Tbk, kemudian baru berubah menjadi PT Agung Semesta Sejahtera Tbk pada 16 Oktober 2020.
Portofolio PT Agung Semesta Sejahtera Tbk mencakup apartemen, perumahan, ruko, dan pasar modern. Proyek-proyeknya adalah Mataram Permai (Wonogiri, Jawa Tengah), Montana Serpong (Gunung Sidur, Tangerang Selatan), Premier Village (Cipondoh, Tangerang), Premier Pavillion (Cengkareng, Tangerang), Les Belles Maisons (Serpong, Tangerang Selatan), dan City Point (Pondok Cabe, Tangerang Selatan).
Kepemilikan saham TARA terbesar berada di tangan masyarakat, yakni sebanyak 69,03%. Pengendali perseroan, PT Surya Buana Makmur, hanya memegang 15,04% saham saja. Beberapa pemilik saham besar lainnya adalah Glenwood Corporation (10.90%) dan PT Asabri – Dapen (5,03%).
Saham TARA memiliki market cap sebesar Rp503,48 miliar dengan harga telah jatuh ke level terendah Rp50 sejak Agustus 2020. Mari kita analisis lebih lanjut untuk menilai apakah saham TARA punya peluang untuk keluar dari klub gocap atau tidak.
Kinerja Laporan Keuangan Terakhir
Laporan keuangan terakhir yang dirilis oleh TARA per 30 September 2020 menunjukkan bahwa perusahaan tekor berat. Kerugian TARA bahkan sampai mengakibatkan cash flow tercatat minus Rp2,50 miliar. Berikut rangkuman kinerja laba TARA berdasarkan laporan keuangan terakhir:
Total aset TARA menyusut 1,10% menjadi Rp1,11 triliun dalam laporan kuartal III/2020 dari Rp1,13 triliun pada akhir tahun 2019. Liabilitas perusahaan berkurang menjadi Rp69,28 triliun dari Rp71,90 triliun dalam rentang waktu tersebut. Liabilitas jangka pendeknya berkurang, tetapi liabilitas jangka panjangnya melonjak signifikan.
Sedangkan ekuitas yang dapat diatribusikan kepada entitas induk TARA juga merosot menjadi Rp1,04 triliun dari sebelumnya Rp1,05 triliun.
Bagaimana dengan rasio-rasio keuangan TARA? Berikut ini perbandingan kinerja keuangan TARA selama tiga tahun terakhir:
Data di atas menunjukkan bahwa perusahaan properti ini memang tidak profitable. ROE dan ROA nyaris nol selama setidaknya dua tahun terakhir, kemudian langsung minus signifikan setelah diterjang pandemi Covid-19. Margin laba TARA sebelum pandemi juga terlalu rendah dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan properti lain yang telah go public.
Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham
Sejak masuk bursa, PT Agung Semesta Sejahtera Tbk belum pernah membagikan dividen. Dengan kinerja keuangan yang compang-camping saat ini, saham TARA juga takkan membagikan dividen dalam waktu dekat.
Prospek Saham TARA
Sedikit sekali yang dapat digali tentang emiten PT Agung Semesta Sejahtera Tbk. Tidak ada berita korporat maupun liputan aktivitas perusahaan dari media massa seperti yang sering ditemukan tentang kebanyakan emiten lain. Alih-alih, nama TARA masuk dalam daftar saham gocap yang konon membuat PT Asabri merugi hingga Rp23 triliun.
Pada titik ini, kita dapat menyimpulkan banyak sekali kelemahan saham TARA dari segi fundamental. Antara lain:
a. Porsi kepemilikan masyarakat lebih dari 60% membuat saham ini rentang menjadi “bahan gorengan bandar”. Perlu dipertimbangkan pula mengapa pemilik saham pengendali justru tak memiliki mayoritas saham perusahaan.
b. Kerugian sangat besar per kuartal III/2020 hingga cash flow menjadi negatif.
c. Kemampuan perusahaan yang lemah dalam menghasilkan laba dari tahun ke tahun.
d. Saham TARA tersangkut skandal Asabri.
Jadi, apakah saham TARA masih punya peluang untuk pulih dan keluar dari level gocap? Keempat faktor di atas merupakan rintangan yang sangat sukar diatasi. Investor dan trader yang berminat untuk berinvestasi pada saham properti untuk jangka pendek maupun jangka panjang sebaiknya memilih saham lain saja.
Ada banyak saham pengelola real estate lain yang lebih prospektif bagi investor, misalnya PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Jaya Real Property Tbk (JRPT), PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS), dan lain-lain.
Perusahaan-perusahaan ini memiliki fundamental yang lebih baik serta telah terbukti mampu menghasilkan laba secara berkelanjutan.