Investasi, Perencanaan Keuangan

Rumus ROE Bisa Mengukur Kinerja Keuangan Perusahaan, Lho!

Ajaib.co.id – Pengembalian ekuitas atau ROE (Return On Equity) adalah salah satu perhitungan yang masuk dalam rasio profitabilitas. Di mana, ROE merupakan perhitungan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau investor. Perhitungan ROE dapat digunakan sebagai tolok ukur kinerja keuangan perusahaan dan sangat bergantung pada besar-kecilnya perusahaan, misalnya untuk perusahaan kecil tentu memiliki modal yang relatif kecil, sehingga ROE yang dihasilkan pun kecil, begitu pula sebaliknya untuk perusahaan besar.

Apa itu ROE (Return on Equity)

Return on equity (ROE) adalah jumlah imbal hasil dari laba bersih terhadap ekuitas dan dinyatakan dalam bentuk persentase. ROE digunakan untuk mengukur kemampuan badan usaha dalam menghasilkan laba dengan bermodalkan ekuitas yang sudah diinvestasikan pemegang saham. Menurut Van Horne dan Wachowicz, ROE dinyatakan dalam persentase dan dihitung dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan.

Rasio ini menunjukkan daya untuk menghasilkan laba atas investasi berdasarkan nilai buku para pemegang saham, dan sering digunakan dalam membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang investasi yang baik dan manajemen biaya yang efektif.

ROE sangat menarik bagi pemegang maupun calon pemegang saham , dan juga manajemen, karena rasio ini bisa dijadikan sebagai indikator penting dari shareholders value creation, artinya semakin tinggi rasio ROE, maka semakin tinggi nilai perusahaan. Sehingga menjadi daya tarik bagi investor untuk melakukan investasi saham di perusahaan tersebut.

Cara Mengukur Kinerja Keuangan dengan ROE

ROE termasuk perhitungan rasio profitabilitas. Perhitungan rasio melalui ROE menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih. Laba bersih ini bisa diketahui, baik dengan menggunakan modal sendiri maupun yang tersedia bagi pemilik atau investor.

1. Rumus ROE

ROE dihitung melalui rumus membandingkan laba bersih setelah pajak dengan ekuitas yang telah diinvestasikan pemegang saham perusahaan (Van Horne dan Wachowicz, 2005:225). Hasil ROE dinyatakan dalam persentase. Lalu, bagaimana mengukur kinerja keuangan perusahaan? Ada banyak caranya. Salah satunya melalui penerapan rumus pengembalian ekuitas atau Return On Equity (ROE).

Return on Equity (ROE) = (Laba bersih setelah pajak: ekuitas) x 100

Mari kita telisik dua variabel dalam rumus di atas, yaitu laba bersih dan ekuitas. Merujuk pernyataan dalam Ikatan Akuntan Indonesia (1999:94), laba bersih sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai dasar bagi ukuran yang lain, seperti ROE atau earning per share. Penghasilan atau beban merupakan unsur-unsur yang langsung berkaitan dengan pengukuran laba.

Sementara itu, ekuitas adalah jumlah modal yang menggambarkan hak kepemilikan seseorang atas aset perusahaan. Melalui ekuitas, seberapa besar kepemilikan seseorang terhadap suatu perusahaan dapat diketahui. Lazimnya, ekuitas bisa ditemukan dalam laporan posisi keuangan (neraca). Modal yang disetor, dividen, saham, dan laba ditahan adalah beberapa jenis ekuitas.

Rasio ROE menunjukkan kemampuan atau daya perusahaan untuk menghasilkan laba atas investasi yang melekat pada perusahaan tersebut. Daya ini berdasarkan nilai buku para pemegang saham.

2. Berapa Persentase ROE yang Bagus Bagi Perusahaan?

Perhitungan ROE dapat digunakan sebagai tolok ukur kinerja keuangan perusahaan. Satu hal yang perlu diperhatikan ialah besar-kecilnya perusahaan memengaruhi ROE. Perusahaan kecil yang umumnya memiliki modal relatif kecil, misalnya, akan menghasilkan ROE kecil. Begitu pula sebaliknya, perusahaan besar menghasilkan ROE besar.

ROE biasanya diukur dalam ukuran persen (%). Semakin nilai ROE mendekati 100%, maka akan semakin bagus. ROE yang bernilai 100% menandakan bahwa setiap 1 rupiah ekuitas pemegang saham, dapat menghasilkan 1 rupiah dari laba bersih perusahaan.

3. Rumus ROE Bisa Digunakan untuk Membandikan 2 atau Lebih Perusahaan

Tidak jarang, ROE digunakan untuk membandingkan dua atau lebih perusahaan atas peluang investasi. Tak hanya peluang investasi, perbandingan tersebut pun kerap mencakup manajemen biaya yang efektif. Oleh sebab itu, pemegang maupun calon pemegang saham cukup menaruh perhatian terhadap ROE. 

Jadi, tak hanya penting bagi manajemen, rasio ROE juga menarik bagi pemegang maupun calon pemegang saham karena merupakan ukuran atau indikator penting dari shareholders value creation. Maksudnya, semakin tinggi rasio ROE, maka makin tinggi pula nilai perusahaan. Investor akan lebih tertarik menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki nilai tinggi. Nilai tersebut tak hanya melulu laba bersih.

Bagaimana eksekusi perhitungan ROE yang membandingkan dua perusahaan? Di bawah ini adalah contohnya.

FundamentalPerusahaan APerusahaan B
EkuitasRp125 JutaRp50 Juta
LiabilitasRp75 JutaRp100 Juta
Total AsetRp200 JutaRp150 Juta
Laba Bersih (Net Income)Rp30 JutaRp25 Juta

Data di atas menunjukkan perusahaan A memiliki aset lebih besar dengan ekuitas yang lebih besar dari liabilitas, yakni senilai Rp125 juta. Kondisi berbeda terlihat pada perusahaan B yang memiliki total aset Rp150 juta. Tapi, perusahaan B mempunya ekuitas yang lebih kecil dari liabilitas tercatat. 

Andaikan perusahaan A dan perusahaan B memiliki bisnis utama di subsektor yang sama. Sekilas, perusahaan A memiliki laba bersih lebih besar dibandingkan dengan perusahaan B. Tapi, apakah perusahaan A benar-benar menguntungkan dari sudut pandang investor? 

Jawabannya belum tentu. Mari, kita cari tahu sebabnya dengan menggunakan rumus ROE. 

ROE Perusahaan A

ROE = (30.000.000 : 125.000.000) x 100 = 24%

ROE Perusahaan B

ROE = (25.000.000 : 50.000.000) x 100 = 50%

Hasil perhitungan dengan rumus ROE di atas menunjukkan keuntungan tak menjadi variabel tunggal untuk mengetahui sejauh mana kinerja perusahaan. Perusahaan A pada contoh di atas memang berhasil meraih untung besar. Namun, perusahaan A ternyata kurang optimal dalam memanfaatkan modal investor (ekuitas). Hal ini terlihat dari ROE Perusahaan A sebesar 24%. Persentase ini lebih kecil dibandingkan dengan ROE perusahaan B meskipun perusahaan B membukukan laba yang lebih sedikit.

Jadi, perusahaan B mampu mengelola dana yang didapat dari pemegang saham secara efisien hingga menghasilkan laba. Kenaikan ROE yang terus-menerus menjadi informasi kalau perusahaan telah menemukan cara efektif dalam mendatangkan laba tanpa perlu banyak modal yang disertakan.

4. Hasil ROE Bisa Mengindikasi Masalah dalam Perusahaan

Sebaliknya, turunnya ROE mengindikasikan ada yang perlu diperbaiki oleh manajemen untuk mendongkrak kinerja perusahaan. Investor pun bisa membandingkan ROE lebih dari satu perusahaan sejenis sebelum menentukan ke mana modal yang akan diinvestasikannya.

Jadi, perhitungan ROE juga membuktikan bahwa tingginya laba bersih tak menjamin suatu perusahaan benar-benar meraup untung yang tinggi pula. Begitu juga dengan harga saham perusahaan tersebut. Harga saham perusahaan tidak otomatis terdongkrak karena hanya faktor laba yang tinggi. Dengan kata lain, kenaikan laba bersih tidak selalu linier dengan harga sahamnya.

Kamu juga bisa membandingkan ROE suatu perusahaan selama lima hingga 10 tahun terakhir. Hal ini akan memberikan informasi pertumbuhan perusahaan secara lebih signifikan. Meski rentang lima hingga 10 tahun tidak menjamin perusahaan akan konsisten tumbuh pada kecepatan tersebut, setidaknya kamu bisa mengetahui grafik rata-rata perolehan perusahaan.

Beda Rumus ROA & ROE

Beberapa orang sering bingung mengenai perbedaan analisis antara Return of Equity (ROE) dan Return of Assets (ROA) dan kapan keduanya harus digunakan.

Umumnya, ROE dapat diartikan sebagai analisis seberapa efektif perusahaan mengeluarkan modalnya untuk melakukan usaha. ROE juga tidak melibatkan utang dalam perumusan dan analisisnya.  Sehingga perusahaan yang memiliki utang besar akan terlepas dari perhitungan analisis investasi.

Oleh karena itu, perusahaan sering menggunakan rumus ROA dalam mengukur sejauh mana kemampuan usaha dalam mendayagunakan aset-aset yang ada seefisien mungkin. Perusahaan berkinerja baik tentu mampu mencetak profit yang tinggi sekalipun aset yang dimiliki terbatas.

Sedanngkan rumus ROE justru berfungsi sebagai rasio profitabilitas yang memberi pandangan ke investor mengenai seberapa efektif dan efisien perusahaan menggunakan modal dari para investor (ekuitas). 

Itulah kenapa komponen yang dihitung dalam rumus ROE adalah ekuitas bukan aset. Dari perhitungan tersebut, para investor dapat membandingkan perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya buat mencari tahu manakah perusahaan yang potensial.

Walaupun ROE digunakan sebagai perbandingan, bukan berarti bisa membandingkan kinerja perusahaan secara acak. Sama seperti ROA, perusahaan yang dibandingkan harus melakukan kegiatan di sektor yang sama. 

Manajemen perlu mempersiapkan dan membagikan informasi tingkat pengembalian ekuitas rata-rata secara teratur kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Selain untuk menarik minat investor, perhitungan ROE juga merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada para pemegang saham.

Seorang investor pun harus selalu menelusuri sebuah pasar untuk mendapatkan perusahaan yang bisa mendulang angka ROE yang baik dan logis. Jadi, kalau kamu berniat untuk berinvestasi, jangan selalu terpaku pada angka di laba bersih ya.

Artikel Terkait