Profil Singkat Emiten
PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pengembangan, perdagangan, dan jasa pada properti dan infrastruktur. Perusahaan telah berdiri sejak tahun 1990 dan termasuk bagian dari grup Bakrie. ELTY go public pada 30 Oktober 1995.
Portofolio Bakrieland tersebar di Jakarta, Bogor, Sukabumi, Bekasi, Lampung, Batam, Balikpapan, Tangerang, Bali dan Yogyakarta. Beberapa koleksinya antara lain Bakrie Tower, Rasuna Office Park at Epicentrum, The Alana Hotel and Conference Malioboro, Aston Borgor Hotel & Resort, The JungleLand Theme Park, The JungleLand Waterpark, dan masih banyak lagi.
Tidak ada saham pengendali yang dominan di ELTY. Kepemilikan saham ELTY terbagi antara Interventures Capital PTE LTD (5,12%) dan masyarakat (94,88%). Hal ini menjadi suatu masalah yang cukup besar, karena beberapa rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) gagal memenuhi kuorum dengan kehadiran pemilik saham yang terlalu sedikit.
Per 20 April 2021, ELTY memiliki market cap sebesar Rp2,18 triliun dengan harga terpuruk pada level Rp50 sejak Maret 2017. Mari kita analisis lebih lanjut untuk menilai apakah saham ELTY akan mampu keluar dari klub gocap yang sudah dihuninya selama bertahun-tahun.
Kinerja Laporan Keuangan Terakhir
Berdasarkan laporan keuangan interim ELTY untuk kuartal III/2020, perusahaan lagi-lagi menderita kerugian besar dengan hasil penjualan yang makin merosot. Berikut rangkuman kinerja laba/rugi ELTY berdasarkan laporan keuangan terakhir (dalam miliar rupiah):
Total aset ELTY menipis sampai Rp12,22 triliun dalam laporan kuartal III/2020 dibandingkan dengan Rp12,33 triliun per kuartal IV/2019. Liabilitas perusahaan meningkat jadi Rp3,61 triliun dari Rp3,52 triliun dalam rentang waktu yang sama. Baik liabilitas jangka panjang maupun jangka pendek sama-sama bertambah.
Sedangkan ekuitas yang dapat diatribusikan kepada entitas induk ELTY malah menyusut menjadi Rp7,40 triliun dari Rp7,56 triliun.
Riwayat Kinerja
Jika kita melacak lebih jauh ke belakang, kinerja keuangan ELTY memang makin lama makin memburuk. Hal ini tampak dalam rangkuman sejumlah parameter dari ikhtisar laba/rugi 2018-2019:
Kondisi lebih tragis terungkap dalam rasio-rasio yang mengukur kinerja keuangan ELTY antara tahun 2018 hingga kuartal III/2020:
Jelas sekali bahwa Bakrieland sudah tekor sejak sebelum krisis Covid-19 terjadi. Perusahaan tak memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba, sedangkan penjualan dan pendapatan perusahaan kian berkurang dari tahun ke tahun.
Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham
Sejak IPO, Bakrieland hanya memberikan dividen satu kali saja, yaitu sebesar Rp1,00 per lembar pada tahun 2010 (berdasarkan perolehan tahun fiskal 2009). Selanjutnya perusahaan tidak pernah membagikan dividen lagi.
Prospek pembagian dividen ke depan juga minim, karena kinerja keuangan ELTY yang negatif beruntun dan para pemegang saham yang sulit mencapai kuorum pada RUPST.
Prospek Bisnis ELTY
Pihak manajemen ELTY mengatakan kepada Kontan (22/01/2021) bahwa perusahaan ke depan akan berfokus memulihkan bisnis yang terdampak pandemi.
Strateginya antara lain menggenjot pendapatan dari segmen recurring dan non-recurring income, serta efisiensi usaha guna meningkatkan profitabilitas perusahan. ELTY juga bakal mengembangkan land bank yang dimiliki di Jakarta, Sidoarjo, Bogor.
Manajemen ELTY mengungkapkan okupansi hotel milik Bakrieland sudah mulai naik di atas 50%, sehingga segmen recurring income diharapkan mampu menopang pendapatan perusahaan.
Untuk segmen non-recurring income, manajemen tidak memperkirakan akan ada proyek berskala besar antara 2021 hingga 2022. Oleh karena itu, fokusnya mengembangkan proyek rumah tapak dengan target segmen menengah yang masih memiliki permintaan cukup besar.
Perusahaan akan berupaya memperkuat struktur keuangan dan profitabilitas dengan pendanaan proyek baru yang lebih sustainable, misalnya kemitraan dengan pihak lain. Kemudian perusahaan juga akan mengupayakan penurunan kewajiban keuangan (restrukturisasi utang) sembari menekan biaya-biaya operasional.
Harga Saham ELTY (Kesimpulan)
Reputasi perusahaan-perusahaan dari grup Bakrie di kalangan investor saham Indonesia tidaklah baik. Tak terkecuali, ELTY. Salah satu contohnya adalah penutupan sementara JungleLand sejak tahun 2020 yang diikuti dengan demonstrasi karyawan menuntut gaji.
Orang awam mungkin terkagum melihat koleksi properti ELTY yang megah dan berkelas. Tapi jika kita melihatnya dari perspektif seorang investor, ELTY merupakan saham yang bergelimang masalah.
Masalah terbesar ELTY adalah tiadanya pemegang saham pengendali. Padahal, kinerja keuangan perusahaan yang buruk juga tidak akan menarik investor besar untuk masuk. Alhasil, perusahaan akan terus-menerus kesulitan membuat keputusan-keputusan vital yang seharusnya dibahas dan disahkan melalui persetujuan para pemegang saham.
Porsi kepemilikan saham di tangah masyarakat yang nyaris 100 persen juga membuat saham ini rentan digoreng bandar. Hal ini pernah terjadi antara Januari-Februari 2017.
Harga saham ELTY sebenarnya sudah jatuh ke level gocap sejak Juni 2013, tetapi mendadak melonjak pada Januari 2017 dan membubung sampai lebih dari Rp100 per lembar dalam waktu sebulan. Tapi pada akhirnya, saham ini jatuh lagi ke Rp50 per lembar pada bulan Maret 2017.
Jadi, apakah saham ELTY kelak akan mampu bangun dari tidur panjangnya dan keluar dari level gocap? Bisa saja, jika para bandar tertarik untuk menggorengnya lagi. Namun, kenaikan harga saham seperti itu tidak dapat diandalkan dalam jangka panjang.
Apabila kamu sudah memiliki saham ELTY, sebaiknya upayakan untuk melepasnya segera di pasar negosiasi sebelum emiten ditendang dari bursa (delisting paksa).
Sedangkan jika kamu baru dalam tahap mencari saham yang tepat untuk trading ataupun investasi jangka panjang, sebaiknya jauh-jauhlah dari saham seperti ini. Banyak saham properti lain yang lebih profitable dan reliable.