Saham

Potensi Cuan Investasi Saham Agribisnis, Tertarik?

Ajaib.co.id – Agribisnis menjadi salah satu sektor bisnis yang dinilai prospektif setelah menunjukkan ketahanannya menghadapi pandemi Covid-19 pada 2020. Saham-saham di sektor itu pun terus dilirik, di antaranya karena prospek bisnis saham siklikal.

Kondisi perekonomian 2020 menjadi sangat tertekan akibat pandemi Covid-19. Pergerakan masyarakat yang dibatasi untuk mencegah penularan virus corona berimbas pada berkurangnya aktivitas sehari-hari sehingga menekan kondisi ekonomi.

Sektor manufaktur, yang menjadi kontributor utama produk domestik bruto (PDB) Indonesia mengalami koreksi hebat. Namun, sektor pertanian justru berdiri tangguh pada tahun lalu, dan berlanjut hingga saat ini.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor pertanian mengalami pertumbuhan positif 2,95% pada kuartal I/2021. Kinerja itu melanjutkan capaian pertumbuhan 1,75% pada 2020, saat sektor-sektor lainnya seperti industri, perdagangan, dan konstruksi mengalami penurunan kinerja.

Tumbuhnya kinerja sektor pertanian atau agribisnis di antaranya ditopang oleh peningkatan produksi sawit. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDKS) menyatakan produksi sawit pada 2020 mencapai 51,58 juta ton, melebihi rata-rata produksi per tahun sebanyak 37,57 juta ton.

Torehan kinerja itu tentu menjadi angin segar bagi saham-saham di sektor agribisnis. Sejumlah saham pun menunjukkan kinerja positif sepanjang 2021, meskipun sebagian di antaranya masih mencatatkan koreksi.

Emiten Saham Agribisnis

Terdapat sejumlah emiten yang bergerak di sektor agribisnis, di antaranya adalah 25 emiten yang sempat tercatat dalam indeks IDX Agriculture (JKAGRI), yakni AALI, ANDI, ANJT, BEEF, BISI, BWPT, CSRA, DSFI, DSNG, FAPA, GOLL, GZCO, JAWA, LSIP, MAGP, MGRO, PALM, PGUN, PNGO, PSGO, SGRO, SIMP, SMAR, SSMS, UNSP. Lalu terdapat pula TAPG yang melantai di bursa belum lama ini.

Dikutip dari investing.com, data IDX Agriculture tersedia sampai 30 April 2021. Berdasarkan data tersebut, kinerja emiten agribisnis per 30 April 2021 ada di posisi 1577, tumbuh 1,35% dari posisi awal tahun di angka 1556.

Dari emiten-emiten agribisnis di atas, sejumlah perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan sawit mencatatkan pergerakan nilai saham yang positif. Hingga penutupan perdagangan Selasa (18/5/2021), terdapat enam emiten yang kinerjanya moncer sepanjang tahun berjalan.

ANJT misalnya, nilai sahamnya kini ada di posisi 735 atau tumbuh 4,2% (year-to-date/ytd) dari 705 pada awal tahun. Lalu, FAPA kini di angka 2630 atau naik 14,3% (ytd) dari posisi awal tahun di 2300.

PNGO senilai 1540 saat ini melesat hingga 83,3% (ytd) dari posisi awal tahun senilai 840. SGRO yang nilai sahamnya saat ini 1935 turut mencatatkan pertumbuhan 16,9% (ytd) dari posisi awal tahun di angka 1655.

SIMP yang nilai sahamnya saat ini 560 membukukan pertumbuhan 27,8% (ytd) dari 438 pada awal tahun ini. Lalu, SMAR dengan nilai saat ini 4810 mengalami kenaikan 24,3% (ytd) dari posisi awal tahun senilai 3870.

Di sisi lain, terdapat emiten-emiten agribisnis yang mengalami koreksi kinerja, bahkan beberapa di antaranya parkir di nilai 50. Meskipun begitu, emiten agribisnis tetap dinilai prospektif untuk dikoleksi.

Sejumlah emiten agribisnis dinilai termasuk ke dalam kategori saham siklikal, karena seperti sawit yang menjadi komoditas memiliki periode atau momentum tertentu yang menopang pertumbuhan kinerjanya.

Saham siklikal dinilai fluktuasinya berkaitan dengan kondisi perekonomian, misalnya naik saat perekonomian membaik dan turun saat ekonomi lesu. Selain itu, saham siklikal pun dinilai bergerak secara periodik sesuai siklus bisnis dari emiten terkait.

Belum lama ini, JPMorgan menyampaikan hasil risetnya bahwa berbagai saham siklikal berpotensi mendorong kenaikan pasar dalam jangka menengah hingga panjang. Proyeksi itu berkaitan dengan perbaikan siklus bisnis di tengah upaya penanganan pandemi Covid-19.

Gejolak pasar saham global dalam beberapa waktu terakhir dinilai memicu ekspektasi inflasi yang lebih tinggi, sehingga terdapat kekhawatiran adanya kenaikan suku bunga. Hal tersebut dapat berdampak pada tekanan harga saham hingga percepatan rotasi pasar, yakni perpindahan dana ke berbagai saham siklikal.

Sejak awal tahun ini, sejumlah analis melihat adanya tren pergeseran di pasar Indonesia untuk berinvestasi ke saham siklikal sektor komoditas dan energi. Tren itu terjadi seiring pergerakan investor yang mengakumulasikan berbagai saham tahan banting dari sektor barang konsumer.

Sektor agribisnis sendiri dinilai mulai mengalami rebound saat memasuki kuartal II/2021, di antaranya ditopang oleh pertumbuhan kinerja sejumlah emiten. Selain itu, TAPG yang telah melakukan IPO mun mendorong pergerakan sektor agribisnis.

Komoditas agribisnis seperti kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dinilai masih akan menarik pada Mei 2021 ini. Harga komoditas yang mengalami uptrend dinilai masih akan berlanjut, sehingga dapat menjadi sentimen positif bagi emiten-emiten agribisnis.

Kanaka Hita Solvera, perusahaan konsultasi keuangan menilai bahwa sejumlah saham siklikal agribisnis berbasis komoditas menarik secara elliot wave. Analisis teknikal itu memperhatikan tren melalui psikologi kolektif dari para investor dari sejumlah faktor.

Sejumlah saham yang dinilai menarik adalah DOID dengan target harga 400, LSIP dengan target harga 1450, dan SSMS dengan target harga 1100. Kanaka Hita Solvera pun memperkirakan IHSG ada di kisaran 6300 hingga akhir tahun ini.

Dalam kondisi pasar modal yang volatil, saham agribisnis dapat menjadi salah satu pilihan untuk investasi. Berbagai faktor perlu tetap dipertimbangkan sebelum melakukan investasi, baik sisi teknikal, fundamental, hingga preferensi masing-masing.

Anda dapat memeriksa pergerakan emiten agribisnis dan lainnya melalui aplikasi Ajaib. Informasi dari pasar modal pun dapat anda peroleh setiap hari melalui sentuhan jari di aplikasi Ajaib.

Artikel Terkait