Analisis Saham, Reksa Dana

Menilik Efek GoTo IPO Pada Investasi Reksa Dana

Ajaib.co.id – Saham-saham perusahaan teknologi telah menjadi sorotan investor Indonesia selama beberapa tahun belakangan ini. Seiring dengan makin banyaknya startup Unicorn yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), makin besar pula perhatian investor. Setelah Initial Public Offering (IPO) PT BukaLapak.com menghebohkan jagat investasi Indonesia tahun lalu, giliran rencana IPO GoTo (Gojek-Tokopedia) menjadi “hot news” berikutnya. Diskusi para investor bukan hanya soal apakah harga saham GoTo bakal naik setelah IPO, melainkan juga imbasnya pada instrumen investasi lain. Salah satunya, apa saja efek GoTo IPO pada reksa dana?

Menakar Skala IPO GoTo

Merger Gojek dan Tokopedia pada akhir Mei 2021 mengawinkan dua startup top yang memiliki valuasi terbesar di Indonesia. Seandainya kedua perusahaan itu memilih untuk go public secara terpisah saja, kehebohannya tak akan kalah dari Bukalapak tahun lalu. Apalagi setelah mereka melaksanakan merger seperti saat ini.

Banyak pihak mengkhawatirkan kalau IPO GoTo akan berakhir “jadi ampas” seperti IPO BukaLapak. Namun, kedua Unicorn itu sebenarnya tidak dapat dianggap sama.

Skala GoTo lebih besar daripada BukaLapak, dengan lini bisnis dan portofolio investasi yang lebih bervariasi. GoTo memiliki ekosistem digital terbesar di Indonesia, mencakup jasa ride-hailing (GoJek), e-commerce (Tokopedia), dan e-payment (GoPay). GoTo juga berinvestasi pada bank digital (Bank Jago) dan ritel (PT Matahari Putra Prima Tbk), serta membentuk joint venture dalam bidang kendaraan listrik (Elektrum).

GoTo membukukan total nilai transaksi bruto (gross transaction value/GTV) sebanyak lebih dari USD22 miliar, lebih dari 1,8 miliar transaksi, lebih dari dua juta mitra driver, dan lebih dari 11 juta mitra usaha (merchant) per Desember 2020. Prestasi itu mendukung GoTo meneken penggalangan dana pra-IPO senilai USD400 juta dengan anak usaha Abu Dhabi Investment Authority (ADIA).

Belum ada konfirmasi resmi mengenai jadwal IPO GoTo maupun berapa banyak saham yang akan dilepas ke pasar. Rumor menyebutkan GoTo bakal membidik dana sekitar USD1 miliar-USD1.5 miliar dari penawaran saham perdananya. Apabila dihitung berdasarkan kurs dolar AS saat ini (Rp14.300 per USD), totalnya antara Rp14,3 triliun hingga Rp21,45 triliun.

Dengan prakiraan penghimpunan dana sebesar itu saja, GoTo hampir pasti bakal mencetak salah satu rekor IPO terbesar di Bursa Efek Indonesia. Kapitalisasi pasarnya kemudian akan menyita porsi yang cukup besar dalam berbagai indeks saham. 

Dua indeks saham sudah pasti akan terpengaruh, yakni Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks Saham Teknologi (IDXTECHNO). Jika saham GoTo kelak menunjukkan kinerja yang baik, terbuka pula kemungkinannya masuk ke dalam indeks-indeks LQ45, Kompas100, dan lain sebagainya.

Apabila GoTo IPO…

Kita belum dapat memastikan apakah IPO GoTo akan sukses atau tidak, juga apakah harga sahamnya setelah IPO akan naik atau turun. Namun, potensinya jelas luar biasa. 

Efek GoTo IPO yang paling besar akan terasa pada bursa saham. Investor yang berminat pada saham GoTo tentu akan memilih untuk membelinya secara langsung, sehingga kemungkinan mendongkrak IHSG dan IDXTECHNO. Para Manajer Investasi dan Bandar yang tertarik juga ikut berperan di sini.

Efek GoTo IPO pada reksa dana akan cenderung terbatas pada produk reksa dana saham dan reksa dana campuran. Begitu pun, tak semua produk reksa dana saham dan reksa dana campuran akan memasukkan saham GoTo dalam daftar holding utamanya.

Sebagaimana diketahui, setiap Manajer Investasi punya teknik analisis dan pengelolaan portofolio sendiri. Seorang Manajer Investasi yang mengelola reksa dana saham berbasis IHSG atau IDXTECHNO mungkin akan menambahkan saham GoTo dalam portofolionya. Namun, Manajer Investasi lain yang mengelola reksa dana saham terfokus emiten BUMN tentunya tidak akan mengoleksi GoTo.

Besar-kecilnya efek IPO GoTo pada reksa dana dalam hal ini akan tergantung pula pada kapitalisasi pasar (market cap) kelak. Apabila GoTo mempunyai market cap cukup besar sehingga menduduki porsi pembobotan yang banyak dalam IHSG dan indeks lain, semakin banyak pula Manajer Investasi yang bakal terdorong untuk membelinya. Tapi jika kinerja saham GoTo pasca-IPO justru mengecewakan, para Manajer Investasi pun tak akan punya cukup keyakinan untuk mengoleksinya.

Artikel Terkait