Ajaib.co.id – PT Itama Ranoraya Tbk (kode saham IRRA) merupakan perusahaan yang berdiri pada tanggal 30 November 1988. Perusahaan kemudian memulai beroperasi secara komersial pada tahun 2002.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan tercatat ruang lingkup kegiatan IRRA ialah bergerak dalam bidang perdagangan besar alat laboratorium, farmasi dan kedokteran. Kegiatan usaha utama IRRA saat ini adalah bergerak dalam bidang distribusi alat kesehatan.
Pada tanggal 30 September 2019, IRRA mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Pernyataan dari OJK tersebut untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham Itama Ranoraya (IPO) kepada masyarakat sebanyak 400.000.000 saham baru dengan nilai nominal Rp50,- per saham dengan harga penawaran Rp374,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Oktober 2019.
Apakah saham ini masih layak dikoleksi? Bagaimana keadaan fundamental perusahaan saat ini dan apa rencana bisnis yang akan dilakukan? Mari kita bedah kinerja saham IRRA.
Bisnis IRRA Bergerak Positif di Tengah Pandemi 2020
Emiten distributor alat kesehatan PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) mencatatkan kinerja positif pada 2020. Di mana pada tahun tersebut mulai marak dan berkembang penularan COVID-19.
Berdasarkan laporan keuangan per Desember 2020, manajemen IRRA mengatakan perolehan pendapatan pada tahun lalu mencapai Rp563,88 miliar. Angka ini meningkat 100,14% year on year (yoy) dari Rp281,75 miliar pada 2019.
Adapun kontributor utama pendapatan berasal dari penjualan kepada Kementerian Kesehatan. Tepatnya penjualan alat kesehatan (alkes) kepada Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, yang senilai Rp159,42 miliar. Jumlah tersebut terhitung naik signifikan dari tahun sebelumnya sebesar Rp53,47 miliar.
IRRA juga memperoleh penjualan jumbo dari anak usaha PT Indofarma Tbk. (INAF), yakni PT Indofarma Global Media sejumlah Rp76 miliar pada 2020. Kemudian, kontribusi pendapatan disumbang dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencapai Rp58,36 miliar.
Sementara itu, untuk beban pokok penjualan IRRA pada 2020 mengalami peningkatan menjadi Rp443,47 miliar dari sebelumnya Rp222,16 miliar. Kendati demikian, laba kotor masih mengalami kenaikan secara signifikan menuju Rp120,42 miliar dari sebelumnya Rp59,59 miliar.
Emiten berkode saham IRRA ini pun membukukan laba setelah pajak senilai Rp60,52 miliar pada 2020. Nilai itu melonjak 83,26 persen yoy dibandingkan laba pada 2019 senilai Rp33,2 miliar.
Bisnis Merintis Naik 2 Tahun Terakhir
Emiten berkode saham IRRA ini memang baru melakukan IPO pada 2019 lalu. Sehingga data laporan keuangan yang ada di Bursa Efek Keuangan yang terbaru sejak 2018. Perusahaan terlihat tengah mengalami kenaikan bisnis dan laba dari tahun 2018 ke 2019.
Berikut data ikhtisar keuangan yang diambil dari informasi finansial perseroan (dalam jutaan rupiah).
Laporan Laba Rugi | 2019 | 2018 |
Penjualan bersih | 281.751 | 265.629 |
Laba kotor | 59.593 | 56.021 |
Laba komprehensif | 33.091 | 32.299 |
Dari data tersebut, secara penjualan Distributor alat kesehatan PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) memang terus mengalami kenaikan per tahunnya. Hal yang sama terjadi pada laba komprehensif perusahaan yang mengalami kenaikan tipis.
IRRA mencatatkan kenaikan pendapatan usaha sebesar 6,07% dari Rp 265,63 miliar menjadi Rp 281,75 miliar. Kemudian untuk laba komprehensif IRRA ikut naik 2,44% dari Rp 32,3 miliar menjadi Rp 33,09 miliar.
Perolehan pendapatan yang naik ini terutama bersumber dari penjualan segmen diagnostic in vitro yang tercatat sebesar Rp144,97 miliar. Pasalnya pada tahun 2018, segmen tersebut hanya menyumbang penjualan sebesar Rp132,66 miliar. Tahun 2019, IRRA juga tercatat mempunyai pendapatan dari lain-lain yaitu sebesar Rp18,38 miliar, di mana pos ini belum ada di tahun sebelumnya.
Lebih rinci dipaparkan, pendapatan sepanjang 2019 disumbangkan dari penjualan kepada Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan sebesar Rp53,47 miliar, PMI Provinsi DKI Jakarta RP36,81 miliar dan PT Dharma Mitra Abadi sebesar Rp35,72 miliar.
Jumlah penjualan tersebut telah menyumbangkan sekitar 44,72% dari total pendapatan IRRA. Meskipun memang porsi tersebut terhitung turun dari tahun 2018 yang berhasil mencapai 74,6%. Penurunan porsi tersebut dilatarbelakangi oleh turunnya penjualan kepada Direktorat Tata Kelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan dari Rp137,1 miliar.
Sementara itu, perusahaan harus menanggung beban pokok penjualan dan beban operasional yang mengalami peningkatan cukup tinggi. Akan tetapi IRRA masih mampu mencatatkan kenaikan laba karena mereka mencatatkan kenaikan signifikan dari pos pendapatan lain-lain. Kenaikannya tersebut mencapai 1042% dari Rp60,19 miliar menjadi Rp687,4 miliar.
Rincian pendapatan tersebut diperoleh dari bunga bank dan jasa giro yang naik 521,6% menjadi Rp1,11 miliar, pendapatan bunga pinjaman Rp37,85 miliar, laba penjualan aktiva tetap Rp6,36 miliar dan pendapatan lain-lain Rp18,18 miliar.
Jika dilihat dari rasio keuangannya memang kondisi bisnis IRRA saat ini sedang sehat. Berikut data yang diambil dari ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 dari informasi finansial perseroan:
Rasio | 2019 |
ROA | 10,17% |
ROE | 14,07% |
CR | 3,47 x |
DER | 38,38% |
Bagaimana Prospek Bisnis IRRA Kedepannya? Apakah Sahamnya Layak Dikoleksi?
Emiten berkode saham IRRA ini terhitung memiliki kinerja yang apik sepanjang tahun 2020. Perusahaan bahkan memprediksi kinerja ini masih akan berlanjut di tahun 2021. IRRA optimistis mampu untuk membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih antara 80% hingga 100% di 2020 ini.
Tahun ini, IRRA masih akan mengandalkan produk Jarum Suntik ADS, Mesin Apheresis (Plasma Darah), dan Antigen Test. Perusahaan pun akan mengandalkan produk-produk baru seperti Avimac, produk imunomodulator yang akan mulai dipasarkan pada kuartal I tahun 2021.
Target pendapatan perusahaan tersebut merupakan murni pertumbuhan organik, di luar rencana akuisisi serta pembentukan joint venture (JV) yang ada dalam pipeline aksi korporasi IRRA tahun 2021 ini.
Untuk diketahui, produk alat kesehatan yang dimiliki IRRA adalah produk kesehatan yang sifatnya primer terkhusus dalam penanggulangan COVID-19 saat ini. Sejak tahun ini, perusahaan memiliki target untuk bisa merealisasikan transformasi dari model bisnis medical equipment supplier menjadi manufacturer dan inovator peralatan medis.
Sementara itu, berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan belanja modal, Direktur Keuangan PT Itama Ranoraya Tbk Pratoto Raharjo mengungkapkan, IRRA mempunyai opsi pendanaan baik dari pinjaman perbankan maupun kas internal. Selain itu, perusahaan juga mempunyai opsi pendanaan dari penjualan saham treasury yang bisa direalisasikan kapan saja.
Tahun 2021 ini, perusahaan terhitung mempunyai posisi kas yang sangat kuat. Selain itu sampai saat ini perseroan belum memanfaatkan pinjaman perbankan karena dirasa mendapat dukungan yang kuat dari prinsipal perusahaan seperti Abbott, Alera Health, Terumo dalam pemenuhan belanja barang. Serta jika diperlukan perusahaan juga masih memiliki saham treasury hasil program buyback di tahun lalu, yang sewaktu-waktu bisa menjadi opsi pendanaan bagi perseroan.
Dari kinerja bisnis di 2020 dan fundamental perusahaan. Investor masih dinilai layak jika ingin mengoleksi saham IRRA ini.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.