Analisis Saham

Tantangan Emiten Saham BWPT Tingkatkan Bisnis

Profil PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT)

PT Eagle High Plantations Tbk yang sebelumnya memiliki nama PT BW Plantation Tbk (BWPT) ini berdiri pada 06 November 2000. Sementara itu, perusahaan baru mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2004.

Dalam melakukan usahanya Eagle High Plantations Tbk memiliki pabrik pengolahan kelapa sawit dan anak usaha berada di Kabupaten Kotawaringin Barat dan Kotawaringin Tengah, Provinsi Kalimantan Tengah. Sementara itu, untuk perkebunan anak usaha berlokasi di Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah; lalu di Kabupaten Kutai dan Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur; serta Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat.

Adapun ruang lingkup kegiatan meliputi bidang industri dan pertanian. Perusahaan dan anak usaha menjalankan beberapa kegiatan usaha terdiri dari pengembangan pertanian, perkebunan, perdagangan, pengolahan hasil perkebunan dan lain sebagainya. Produk yang dihasilkan dalam kegiatan produksi di antaranya berupa hasil kelapa sawit seperti lain minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) dan inti sawit (kernel).

Kemudian pada 19 Oktober 2009, BWPT mendapatkan pernyataan efektif dari Menteri Keuangan (Menkeu) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) kepada masyarakat. IPO ini sebanyak 1.211.009.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp550,- per saham. Saham-saham ini pun dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) per tanggal 27 Oktober 2009.

Kinerja Keuangan dari Laporan Keuangan Terakhir

Dari laporan keuangan per September 2020, BWPT berupaya mengatasi tekanan pandemi yang menyebabkan turunnya permintaan pasar sebagai imbas dari pembatasan sosial di tengah pandemi ini. Penjualan selama sembilan pulan pertama 2020 mengalami penurunan sebesar 7,09% YoY menjadi Rp1,61 triliun dari periode yang sama pada tahun 2019 sebesar Rp1,73 triliun.

Meski demikian, terlihat ada perbaikan rugi bersih perusahaan. Di mana pada Q3 2017 rugi bersih perusahaan tercatat mencapai sekitar Rp799 miliar. Kemudian, pada Q3 2020 berkurang sedikit menjadi Rp764 miliar

Berikut ini laporan kinerja keuangan BWPT (dalam jutaan rupiah):

Meski demikian untuk margin kotor BWPT mengalami kenaikan menjadi 4,75% pada Q3 2020, dibandingkan dengan Q3 2019 sebesar 1%. Lebih lanjut, penjualan dan laba bersih BWPT masih tertekan akibat pandemi. Untuk margin bersih mengalami penurunan tipis menjadi 46,06% di Q3 2020 dibandingkan dengan Q3 2019 sebesar 46%.

Berikut ini kinerja margin BWPT:

Upaya BWPT untuk meningkatkan kinerja belum begitu terlihat pada September 2020.

Selanjutnya mari kita bahas dulu rasio-rasio keuangan umum BWPT. Berikut ini datanya:

Dari rasio-rasio tersebut menunjukkan kalau kondisi bisnis BWPT masih belum membaik diperparah oleh imbas dari pandemi. ROA dan ROE yang turun menunjukkan kemampuan perusahaan ini dalam memperoleh keuntungan sepanjang 2020. Namun hal ini masih dinilai wajar mengingat masih dalam kondisi pandemi.

Adapun perusahaan masih berkutat dengan utang karena terlihat dari rasio utang terhadap ekuitas (DER) masih tinggi. Pasalnya perusahaan yang sehat keuangannya ditunjukan dengan rasio DER di bawah angka 1 atau di bawah 100%.

Sehingga bila semakin tinggi angka DER ini memperlihatkan komposisi utang/kewajiban yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah modal bersih yang dimiliki perusahaan. 

Riwayat Kinerja

Meski tertekan sepanjang 2020 karena lemahnya daya beli masyarakat. Namun, dalam tiga tahun terakhir sejak 2017-2019, perusahaan mengalami kerugian yang semakin besar. Hal ini sebagai dampak dari penjualan yang menurun kemudian perolehan laba kotor yang semakin menurun.

Berikut data perbandingan pertumbuhan kinerja selama 3 tahun terakhir (dalam jutaan rupiah):

Tingkat pertumbuhan dalam tiga tahun terakhir mencerminkan bisnis BWPT yang masih rugi dan mengalami penurunan.

Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham

Sejak 2013, BWPT belum memberikan dividen atau keuntungan sahamnya kepada para investor.

Prospek Bisnis HOKI

BWPT memang belum melaporkan kinerja kuartal IV/2020 atau laporan tahunan perusahaan. Namun, perusahaan menyampaikan optimisismenya kalau kinerja produksi pada kuartal IV/2020 akan membaik daripada kuartal sebelumnya.

Alhasil ini berdampak positif pada kinerja keuangan di akhir tahun kemarin yang bisa menjadi gambaran untuk investor dan calon investor.

Sebelumnya, Manajemen Eagle High Plantations telah menjelaskan kinerja produksi perseroan pada kuartal III/2020 sangat lemah sebagai imbas dari dampak cuaca kering pada tahun 2019.

Emiten dengan kode saham BWPT itu memproduksi buah-buahan hanya mampu mencapai 215.000 ton pada kuartal III/2020. Capaian ini turun 52% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Selain itu, produksi minyak sawit juga ikut turun sampai 49% secara year on year (yoy).

Namun, BWPT optimistis kinerja negatif itu berbalik positif pada kuartal IV/2020. Hal ini tercermin dari produksi buah hingga Oktober 2020 yang dilaporkan manajemen sudah naik hampir dua kali lipat dari level terendah.

Beban biaya yang lebih rendah [dipertahankan] pun diyakini mendorong peningkatan profitabilitas perseroan saat penjualan naik pada kuartal IV/2020.

Adapun untuk menjaga likuiditas perusahaan, perseroan melakukan konversi utang mata uang asing ke nilai tukar rupiah. Hal ini disebut sebagai upaya menjaga likuiditas perusahaan di tengah gejolak pasar akibat pandemi Covid-19.

Direktur Eagle High Plantations Henderi Djunaidi sempat menyatakan perseroan akan terus melaksanakan kebijakan konversi utang mata uang asing dalam menghadapi fluktuasi nilai tukar dolar AS.

Sehingga emiten berkode saham BWPT bisa membatasi rugi selisih kurs yang bisa memperbesar rugi bersih serta menggerus likuiditas perseroan.

Harga Saham (Kesimpulan)

PER dan PBV BWPT saat ini tercatat negatif. Menurut Data RTI per 18 Februari, PER BWPT tercatat -3,86 kali dan PBV dari BWPT ini di angka 1,01 kali. Secara umum, level PER ini mencerminkan perusahaan sedang dalam kondisi rugi. Sehingga bukan merupakan kabar yang menggembirakan untuk investor.

Sebagai pembanding, saham ANDI PER dan PBV-nya ada di level 14,42 kali dan 1,68 kali. Sementara itu, PER dan PBV saham LSPI ada di level 25,30 kali dan 1,08 kali. Harga saham ANDI terhitung masuk ke jajaran saham yang berharga cenderung murah. Sementara LSPI lebih mahal namun mencerminkan kondisi perusahaan yang tidak dalam keadaan rugi.

Ada baiknya, kamu mempertimbangkan kembali jika ingin membeli saham BWPT. Namun, dari laporan keuangan Q3 2020 tercatat ada perbaikan kondisi keuangan, karena nilai kerugian yang menurun. Bisa dicek pada pembahasan di bagian kinerja keuangan tahun 2020.

Disclaimer

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi

.

Artikel Terkait