Ajaib.co.id – PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (berkode saham: SSTM) adalah sebuah perusahaan tekstil terpadu berkedudukan di Bandung yang didirikan pada tahun 1972.
Ruang lingkup kegiatan utama entitas meliputi usaha di bidang industri tekstil terpadu, termasuk produksi, menjual benang, kain, dan produk tekstil lainnya serta melakukan perdagangan umum. Bidang usaha SSTM juga mencakup industri pemintalan, penenunan, dan texturizing, dengan fokus utama di pemintalan.
Produk yang dihasilkan SSTM antara lain benang dan kain tenun dari bahan 100% katun, TC, CVC, TR serta benang polyester DTY. Selain memasarkan produknya di pasar domestik, SSTM juga melakukan penjualan ekspor ke beberapa negara di Asia, Eropa, Amerika, dan Afrika.
Tanggal 20 Agustus 1997, saham-saham SSTM tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kinerja Keuangan dari Laporan Keuangan Terakhir
Berdasarkan Laporan Keuangan SSTM secara tahunan di tahun 2020, terlihat bahwa penjualan dan pendapatan usaha SSTM mengalami penurunan signifikan.
Penurunan lebih tajam terlihat pada laba periode berjalan. Kinerja buruk SSTM pun bermuara pada nilai kerugian yang mencapai Rp15,3 miliar di akhir tahun 2020.
Komponen Laba | Desember 2019 | Desember 2020 |
Penjualan dan pendapatan usaha | Rp354,1 miliar | Rp220,4 miliar |
Laba periode berjalan | Rp31,5 miliar | Rp3 miliar |
Beban penjualan | (Rp9,8 miliar) | (Rp5,8 miliar) |
Jumlah laba bruto | Rp13,6 miliar | Rp6,2 miliar |
Jumlah laba (rugi) | (Rp16,2 miliar) | (Rp15,3 miliar) |
Bagaimana dengan tahun 2021? Apakah kinerja SSTM sudah membaik? Jika membandingkan triwulan pertama tahun 2021 dengan periode sama tahun sebelumnya, kinerja SSTM terlihat mulai membaik.
Penjualan dan pendapatan usaha SSTM pada tiga bulan pertama tahun 2021, misalnya, memang lebih kecil dibandingkan periode Januari–Maret 2020. Namun, hal ini bisa ditutupi oleh SSTM dengan menekan berbagai beban, seperti keuangan, penjualan, dan umum.
Riwayat Kinerja
Riwayat kinerja SSTM dalam beberapa tahun terakhir bisa ditelusuri dari Laporan Tahunan 2019. Dalam kurun waktu tahun 2017–2019, penjualan bersih SSTM naik tipis. Meski begitu, SSTM menanggung kerugian di tahun 2017 dan 2019. Dari tahun 2017 hingga 2019, kerugian SSTM menurun dengan diselingi meraup laba di tahun 2018.
Berikut adalah ikhtisar sejumlah komponen CAGR SSTM tahun 2017–2019.
Komponen | CAGR 2017-2019 |
Penjualan bersih | 2,9% |
Jumlah laba komprehensif | (-16,2%) |
Jumlah aset | -15% |
Jumlah liabilitas | -20% |
Dari catatan di atas, diketahui total aset dan liabilitas SSTM menyusut. Secara keseluruhan, kinerja SSTM tak terlalu baik dalam kurun waktu tahun 2017–2019.
Hal ini sebenarnya wajar dialami oleh para pelaku industri tekstil karena sejumlah faktor, seperti ekonomi global yang melambat.
Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham
SSTM tidak secara rutin membagikan dividen kepada para pemegang saham tiap tahunnya, meskipun meraup laba.
Pada tahun buku yang berakhir tanggal 31 Desember 2018, contohnya, SSTM tidak membagikan dividen kepada pemegang saham sehingga dari laba bersih setelah pajak sebesar Rp1,1 miliar seluruhnya akan dibukukan sebagai saldo laba Perseroan.
Tahun | Dividen per Saham | Jumlah yang dibayarkan (miliar) |
2016 | – | – |
2017 | – | – |
2018 | – | – |
Hal ini bisa menjadi preseden buruk bagi investor. Namun, dari sudut pandang berbeda, hal ini bisa dipahami mengingat industri tekstil tergerus cukup parah akibat berbagai faktor, seperti lesunya ekonomi global dan pandemi Covid-19.
Prospek Bisnis SSTM
Perkembangan pasar ekspor tekstil belum menunjukkan hasil yang menggembirakan sebagai implikasi krisis global yang terjadi dan persaingan yang semakin ketat. Dalam menghadapi berbagai peluang yang ada, strategi pemasaran SSTM difokuskan dengan memperluas pasar domestik.
Sejalan dengan itu, SSTM tetap mencari peluang pasar ekspor untuk negara-negara (buyer) baru atau negara-negara yang berpotensi untuk dimasuki.
Seiring dengan perkembangan kompetisi yang semakin ketat. SSTM akan terus memaksimalkan utilitas, berbagai sistem dan teknologi yang dapat membantu dan melancarkan produksi, pengembangkan tenaga kerja terus menerus untuk tetap bersaing di pasar global dan memberikan kontribusi bagi ekspor Indonesia.
Singkatnya, SSTM harus tetap berkomitmen untuk menjaga kesinambungan bisnis karena masih ada potensi industri tekstil lokal di masa mendatang akan tetap berkembang untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia.
SSTM memahami banyak tantangan yang harus dihadapi. Oleh sebab itu, SSTM perlu dan harus mengantisipasi kemungkinan peluang yang ada.
Sayangnya, langkah SSTM untuk memperbaiki kinerjanya bertambah berat menyusul kinerja industri tekstil pada kuartal pertama tahun ini yang memburuk. Padahal, optimisme terhadap pemulihan ekonomi meninggi seiring berjalannya program vaksinasi Covid-19.
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyebutkan, rata-rata tingkat utilisasi industri tekstil dan produk tekstil (TPT) hanya mencapai 60%, turun dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 70%–80%.
Artinya, permintaan masih lesu. Tambah pula, maraknya penjualan pakaian impor juga mempengaruhi industri dalam negeri. Banyak produk pakaian impor dijual dengan harga jauh di bawah produk lokal. Alhasil, produsen dalam negeri sulit bersaing. Tak heran, produk impor mendominasi pasar pakaian dalam negeri.
Harga Saham (kesimpulan)
Berdasarkan data tanggal 24 Maret 2021, kondisi saham SSTM adalah sebagai berikut:
Pembukaan: Rp430
Penutupan Sebelumnya: Rp430
Penawaran (Offer): Rp500
Penawaran (Bid): Rp430
Harga Terendah: Rp430
Harga Tertinggi: Rp430
Volume: 100 (Saham)
Nilai Transaksi: Rp43.000
Frekuensi: 1 (Kali)
EPS: Rp-5
PE Ratio: -86 (Kali)
Kapitalisasi Pasar: Rp503.491 juta.
Merujuk data di atas, maka rekomendasi saham SSTM adalah jual.
Disclaimer
Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.