Analisis Saham

Saham BIMA Masih Suram di Tahun Pandemi 2021

Saham BIMA

Ajaib.co.id – PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk (berkode saham BIMA) berdiri pada tahun 1988 dengan nama PT Bintang Kharisma. Pada tahun 1994, BIMA mencatatkan dan menjual sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan menjadi PT Bintang Kharisma Tbk.

Pada tahun 1997, nama PT Bintang Kharisma Tbk berganti menjadi PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk.

Pada awal pendirian, BIMA memproduksi sepatu sport seluruhnya dengan tujuan ekspor. Namun, pada tahun 2002, Reebok yang merupakan buyer utama BIMA melakukan relokasi usaha yang berakibat terhentinya order. Seiring dengan terhentinya order ekspor tersebut, BIMA mulai merintis penjualan sepatu di pasar dalam negeri dengan merek sendiri, yaitu Tomkins.

Selain memproduksi dan memasarkan sepatu Tomkins, BIMA juga menerima order produksi sepatu merek lain untuk keperluan ekspor, seperti Lonsdale, Dunlop, Firetrap dan lain-lain.

Pada tahun 2019, untuk memanfaatkan kapasitas produksi yang tidak terpakai, BIMA melakukan perluasan bidang usaha, yaitu dengan memproduksi barang-barang keperluan perjalanan (travelling goods), yang sepenuhnya untuk keperluan ekspor.

Kinerja Keuangan dari Laporan Keuangan Terakhir

Laporan Keuangan BIMA pada tahun 2020 menunjukkan kinerja BIMA yang menurun. Penjualan dan pendapatan usaha BIMA, misalnya, tercatat sebesar Rp57 miliar sepanjang tahun 2020. Angka ini jauh lebih kecil dibandingkan tahun 2019 yang sebesar Rp126,4 miliar.

Lalu, jika pada tahun 2019, BIMA masih meraup laba sebesar Rp3 miliar, maka pada tahun berikutnya merugi Rp31,5 miliar.

 Komponen Laba Desember 2019 Desember 2020
Penjualan dan pendapatan
usaha
Rp126,4 miliar Rp57 miliar
Jumlah laba bruto Rp49,7 miliar (Rp5,5 miliar)
Beban penjualan (Rp31,4 miliar) (Rp16,9 miliar)
Jumlah laba (rugi) Rp3 miliar (Rp31,5 miliar)

Riwayat Kinerja

Riwayat kinerja BIMA dalam kurun waktu tahun 2017–2019 juga tidak mengesankan. Penjualan bersih BIMA dalam kurun waktu tersebut menurun 17,7%.

Begitu pula dengan laba usahanya yang menukik lebih dalam, yakni 61,8%. Namun, aset BIMA naik signifikan pada kurun waktu 2017–2019.

Berikut adalah ikhtisarnya.

Komponen CAGR 2017-2019
Penjualan bersih -17,7%
Laba usaha -61,8%
Jumlah Aset 175,9%

Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham

BIMA tidak memiliki catatan yang bisa diketahui oleh khalayak luas terkait pembagian dividen dalam beberapa tahun terakhir.

Tahun Dividen per Saham Jumlah yang dibayarkan (miliar)
2017
2018
2019

Padahal, dalam beberapa tahun terakhir, BIMA masih meraup laba. Pada tahun 2019, contohnya, BIMA membukukan laba komprehensif sebesar Rp 145,34 miliar sehingga jumlah ekuitas menjadi sebesar Rp64,49 miliar.

Walaupun demikian, mengingat ekuitas positif tersebut diperoleh karena adanya penilaian kembali aktiva tanah yang menghasilkan penghasilan komprehensif lain sebesar Rp143,52 miliar, sedangkan secara operasional masih negatif, maka BIMA memutuskan tidak membagikan dividen.

Pada tahun 2018, BIMA juga berhasil membukukan laba komprehensif sebesar Rp3,79 miliar. Walaupun demikian, mengingat total ekuitas masih negatif, BIMA belum dapat membagikan deviden.

Pada tahun 2017, contoh lainnya, BIMA pun membukukan laba komprehensif sebesar Rp12,54 miliar. Dengan latar belakang kurang-lebih sama dengan tahun 2018 dan 2019, BIMA belum dapat membagikan deviden.

Prospek Bisnis BIMA

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia sejak akhir tahun 2019 telah memukul kondisi perekonomian di berbagai negara, termasuk Indonesia. Laju ekonomi global pun masih diproyeksikan berjalan lambat.

Hal ini turut memengaruhi bisnis BIMA. Nilai penjualan bersih sepatu diprediksi mengalami penurunan sebesar dua digit. Dengan mempertimbangkan kenaikan pada biaya upah dan bahan baku, maka BIMA harus bekerja keras untuk menghindari kerugian di tahun 2021. Belum lagi bila BIMA mengalokasikan biaya promosi berupa diskon yang agresif.

Walaupun tahun 2021 kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat masih cukup lesu, namun IMF memproyeksikan perekonomian Indonesia tahun 2021 akan bangkit kembali atau setidaknya lebih baik daripada tahun 2020. Pertumbuhan ekonomi ini diharapkan juga mampu meningkatkan kembali nilai penjualan sepatu BIMA.

Mengarungi tahun 2021, manajemen BIMA telah merencanakan sejumlah strategi, antara lain mengintensifkan iklan dan promosi di berbagai media sosial, pengembangan design produk yang lebih diminati pasar, penetapan harga jual yang disesuaikan dengan daya beli masyarakat, dan lebih mengoptimalkan penjualan produk secara online, baik melalui website sendiri maupun bekerja sama dengan beberapa layanan penjualan online lainnya.

Berbagai upaya lain ditempuh BIMA guna meningkatkan penjualan antara lain dengan memperluas jaringan distribusi produk agar dapat menjangkau area pemasaran baru dan meningkatkan ketersediaan produk di seluruh Indonesia

Namun, hasil dari eksekusi berbagai strategi tersebut belum terlihat. Manajemen BIMA berpacu dengan waktu untuk merealisasikan strategi-strategi tersebut.

Jika realisasinya tidak menunjukkan perbaikan atau indikasi positif, bukan tak mungkin BIMA melakukan berbagai upaya untuk menekan atau menghindari kerugian besar, misalnya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang sudah terjadi di dalam perseroan.

Beberapa waktu lalu, BIMA juga melakukan penghentian operasional pada bagian produksi. Tantangan lain yang harus dihadapi BIMA ialah pembatasan penjualan terkait ditutupnya sejumlah pusat perbelanjaan atau mal.

Harga Saham (Kesimpulan)

Berdasarkan data per tanggal 24 Maret 2021, kondisi saham BIMA adalah sebagai berikut:

Pembukaan: Rp0

Penutupan Sebelumnya: Rp50

Penawaran (Offer): Rp0

Penawaran (Bid): Rp0

Harga Terendah: Rp0

Harga Tertinggi: Rp0

Volume: 0 (Saham)

Nilai Transaksi: Rp0

Frekuensi: 0 (Kali)

EPS: Rp10

PE Ratio: 6 (Kali)

Kapitalisasi Pasar: Rp0 juta

Maka, rekomendasi untuk saham BIMA saat ini adalah jual.

Disclaimer

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.

Artikel Terkait