Ekonomi

Apa yang Terjadi dengan Ekonomi Dunia Saat Ini?

Ajaib.co.id – Ada apa sih dengan ekonomi dunia saat ini? Lebih dari 30 negara sudah menyatakan memasuki lembah resesi, di antaranya adalah Jerman yang Gross Domestic Product (GDP) nya mengalami kontraksi sebesar 16 persen, Inggris dengan 22 persen, hingga Belanda dengan 9 persen.

Negara-negara di Asia juga menjadi korban dari lesunya ekonomi yang diakibatkan oleh Covid-19, di antaranya Thailand dengan 12 persen, Singapura terjun hingga 41 persen, dan Korea Selatan 3,3 persen. Indonesia sendiri diprediksi akan mengikuti negara Asia lainnya jika GDP pada kuartal ketiga tetap menunjukkan pertumbuhan yang minus.

Sebenarnya apa yang terjadi dengan ekonomi global? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita bertanya pada diri sendiri: Di mana kamu berada dan apa yang kamu lakukan ketika resesi 2008 terjadi?

Pada tahun tersebut, sistem perbankan dan kredit AS hampir runtuh disebabkan bubble obligasi properti yang efeknya merembet ke negara lain, termasuk Indonesia.

Namun perlu diingat, krisis ekonomi saat ini bukan hanya tentang perlambatan ekonomi. Kekhawatiran masyarakat pada tahun 2008 jauh lebih kecil dibandingkan krisis yang terjadi saat ini, sebab saat ini kesehatan masyarakat yang dipertaruhkan dan bukan hanya sekadar ekonomi.

Jika yang terjadi pada tahun 2008 sistem keuangan runtuh, sehingga perusahaan tidak mendapatkan akses ke pendanaan kemudian menyebabkan perusahaan merugi. Efek domino seperti ini menyebabkan penurunan ekonomi dunia yang pada akhirnya terjadi depresi yang panjang.

Situasi saat ini berbeda dengan tahun 2008. Saat ini, menurunnya ekonomi bukan karena runtuhnya sistem perbankan tapi karena masyarakat tidak banyak berpartisipasi dalam ekonomi karena harus bertahan hidup di tengah merebaknya pandemi Covid-19.

Pandemi global menghambat ekonomi lalu membuat perusahaan rugi, Beberapa instrumen investasi yang kinerjanya baik ketika ekonomi tumbuh seperti saham juga ikut mengalami kontraksi yang dalam.

Apa yang terjadi dengan ekonomi dunia saat ini berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya. Tidak ada yang tahu persis seberapa besar kontraksi ekonomi akan terjadi atau berapa lama lagi krisis akan berhenti.

Lantas, siapa saja yang merasakan dampak dari krisis di kondisi yang tidak pernah terjadi sebelumnya ini?

Dalam jangka pendek, kelesuan ini akan mempengaruhi aktivitas ekonomi secara keseluruhan. Namun, beberapa bidang usaha seperti perjalanan, penginapan, hiburan, dan energi menjadi yang paling merasakan dampaknya.

Selain itu, masyarakat juga menjadi salah satu pihak yang rentan merasakan dampak langsung dari kontraksi ekonomi. Beberapa skenario terburuk yang terjadi di antaranya pemutusan hubungan kerja, uang tabungan yang semakin menipis, dan pengeluaran yang membengkak karena harus tinggal di rumah untuk waktu yang belum bisa ditentukan.

Lalu, apakah saat ini waktu yang tepat untuk berinvestasi? Atau apa yang harus dilakukan investor ketika melihat portofolio investasinya tidak sesuai dengan return potensial yang diharapkan? Jika portofolio dikemas sesuai dengan profil risiko dan diversifikasi, besar kemungkinan portofolio tersebut hanya akan mengalami kerugian yang kecil.

Misalnya, portofolio investasi dengan profil risiko konservatif bisa saja akan mengalami penurunan paling dalam sekitar 3 persen, portofolio dengan profil risiko moderat turun sektar 5 persen.

Sementara untuk portofolio dengan risiko tinggi, besar kemungkinan hanya mengalami penurunan 10 hingga 15 persen. Jumlah kerugian ini akan jauh lebih besar jika sebuah portofolio tidak dilakukan diversifikasi sejak awal.

Apa yang Harus Dilakukan Investor Jangka Panjang?

Di kondisi ekonomi dunia yang tidak menentu saat ini, mengambil keputusan secara bijak terkait investasi adalah kunci meminimalisasi kerugian lebih besar. Apabila seorang investor berinvestasi untuk jangka panjang, tapi membutuhkan uang sehingga terpaksa mencairkan dana di portofolio yang sedang rugi, ini artinya investor tersebut melakukan kesalahan karena berinvestasi di instrumen investasi jangka panjang.

Atau jika seorang investor melihat portofolionya saat ini dan melihat jumlah kerugian yang dirasa terlalu besar, ini berarti investor tersebut memilih investasi yang tidak sesuai dengan profil risikonya dan perlu adanya penyesuaian.

Sementara untuk investor jangka panjang, mengatasi kondisi ekonomi tidaklah sulit. Jika mereka berinvestasi sesuai dengan profil risiko, maka bertahan hingga ekonomi pulih selagi meninjau portofolio secara berkala adalah keputusan yang tepat. Umumnya, investor mendapatkan keuntungan karena berani menerima risiko dan ketidaknyamanan karena floating loss seperti saat ini.

Skenario Terburuk dan Terbaik dari Krisis Ekonomi Saat Ini

Jika ingin skenario terbaik, tentu langkah yang harus dilakukan adalah tetap menjalankan protokol kesehatan untuk mengurangi penyebaran Covid-19, misalnya mengenakan masker ke mana pun pergi atau menerapkan social distancing.

Jika semua elemen melakukan fungsinya dengan benar, skenario terbaik yang akan terjadi adalah aktivitas ekonomi akan kembali normal dalam waktu relatif singkat. Selama aktivitas ekonomi bergerak kembali, pertumbuhan ekonomi perlahan-lahan akan pulih.

Untuk skenario terburuknya, kredit akan dihapus dari sistem. Ini artinya sulit bagi siapa pun untuk meminjam uang ke instansi keuangan. Kemudian pendanaan dari bank tidak mampu untuk memberikan pinjaman ke perusahaan.

Hal yang terjadi selanjutnya adalah hancurnya ekonomi yang bukan merupakan akibat langsung dari Covid-19 sehingga menyebabkan krisis ekonomi terburuk sepanjang masa.

Untuk jangka pendek, kesehatan masyarakat seharusnya menjadi prioritas utama pemerintah negara alih-alih ekonomi.

Pemerintah di setiap negara perlu menjawab sejumlah pertanyaan terkait kesehatan masyarakat, misalnya “Apakah fasilitas kesehatan siap menangani skenario terburuk seperti lonjakan pasien Covid-19 yang tidak terkendali?”, “Apa mitigasi yang perlu dilakukan untuk menekan laju penyebaran virus?”

Untuk jangka panjang, selama krisis ekonomi dunia saat ini bukanlah krisis perbankan, maka besar kemungkinan ekonomi akan pulih perlahan-lahan, pasar saham akan memantul, dan portofolio investasi akan kembali membuat investor tersenyum.

Artikel Terkait