Ajaib.co.id – Semua orang pasti ingin mendapatkan keuntungan. Apalagi bila mendapatkan keuntungan yang berlimpah ruah yang bisa membuat kaya raya. Tentu sangat menggiurkan, bukan?
Hal ini yang membuat orang mencari peruntungan lewat ‘main’ saham terutama bagi kaum milenial. Para investor muda ini lebih aktif dalam mencari informasi bagaimana bisa mendapatkan cuan dengan nilai yang fantastis dalam waktu yang singkat.
Berbekal dengan kemajuan teknologi digital, mereka mencari banyak referensi baik dari buku, podcast, bahkan video dari influencer. Namun, banyak investor pemula yang tidak benar-benar mempelajari dasar-dasar investasi. Mereka lebih terpikat pada kesuksesan influencer dengan postingan “cuan gede” dalam media sosialnya.
Bak menggunakan kacamata kuda, mereka meniru dan mengikuti tindak tanduk influencer tersebut dalam dunia saham. Alih-alih mendapatkan cuan, mereka malah rugi besar dan akhirnya menjadi bokek.
Apakah alasan bokek karena mengikut petunjuk influencer adalah suatu kesalahan? Yuk, simak artikel berikut ini:
Influencer Vs Key Opinion Leader (KOL)
Dalam mencari mentor untuk mendalami dunia persahaman, kebanyakan orang akan mencari sosok yang dianggap mampu untuk mengajari mereka. Dalam pencarian sosok tersebut, akan ditemukan dua role model yaitu influencer dan key opinion leader (KOL).
Influencer merupakan sosok yang dapat memengaruhi orang lain dalam mengambil keputusan. Hal ini disebabkan influencer adalah sosok yang terkenal dengan mempertontonkan konten-konten personal yang diciptakan sendiri dalam sosial media, seperti facebook, twitter, youtube, instagram, tiktok, linkedin, hingga dalam podcast. Oleh karena itu, influencer dapat menimbulkan otoritas dan hubungan yang mendalam dengan pengikutnya.
Sementara itu, key opinion leader (KOL) adalah seseorang yang memiliki keahlian tertentu dan diakui oleh masyarakat luas. KOL merupakan orang yang dipercaya dan dihormati karena pengetahuannya pada bidang tertentu.
Nah, baik influencer maupun KOL memiliki persamaan yaitu memberi pengaruh besar atas suatu produk, layanan, brand, ataupun rekomendasi terhadap suatu produk. Namun, terdapat perbedaan antara keduanya yaitu:
- Media yang Digunakan
KOL merupakan seorang ahli terhadap industri atau bidang tertentu. Bahkan keahliannya juga diakui dalam dunia nyata karena adanya kontribusi yang real terhadap bidang yang dikuasainya tersebut. KOL lebih banyak berinteraksi melalui secara langsung baik dalam televisi atau seminar, walaupun tak jarang, ada juga KOL yang menggunakan media sosial untuk mengedukasi masyarakat luas.
Nah, sedangkan influencer menghabiskan lebih banyak kegiatan dalam dunia online. Mereka menggunakan berbagai platform media sosial untuk berkomunikasi dengan para pengikut lewat konten digital.
- Kredibilitas
Kredibilitas KOL berasal dari kehidupannya dalam dunia nyata di suatu bidang atau industri dengan menunjukkan kualifikasinya sebagai profesional atas dedikasi yang telah dihabiskan dalam bidang tersebut.
Sedangkan kredibilitas yang didapatkan influencer dari para pengikutnya berasal dari identifikasi personal yang ditampilkan oleh influencer itu dalam akun-akun media sosial yang mereka miliki.
Influencer Pembuat Bokek?
Sepanjang tahun 2020, jumlah investor pasar modal di Indonesia sangat signifikan. Hal ini dibuktikan dengan tumbuhnya kepemilikan single investor identification (SID) mencapai 3,87 juta.
Jumlah tersebut telah meningkat 56 persen bila dibandingkan dengan tahun 2019 lalu. Kemudian, dari jumlah itu, investor saham naik sebesar 53 persen menjadi sejumlah 1,68 juta SID.
Para investor saham pemula ini sering kali terpedaya dengan mengikuti pendapat yang disampaikan oleh para influencer tanpa mempelajari kondisi saham yang akan dibeli.
Padahal, jika tidak mengetahui kondisi fundamental emiten tersebut dan hanya mengikut rekomendasi demi mendapatkan profit, tentunya bisa berbahaya bagi kemampuan finansial. Terkadang, ada beberapa influencer memanfaatkan pengikutnya untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri. Biasanya influencer tersebut memiliki ciri-ciri:
- Influencer akan memamerkan keuntungan besar dalam portofolio mereka melalui sosial media. Padahal, saham merupakan instrumen berisiko tinggi dan sangat fluktuatif. Influencer akan membual mengenai bagaimana cara singkat mendapatkan keuntungan yang besar kepada pengikutnya;
- Tidak menjelaskan margin of safety atau selisih antara nilai intrinsik saham dengan harga jual. Influencer hanya memberikan informasi mengenai target harga saham atau potensi cuan yang besar, padahal tidak masuk akal untuk dicapai dalam waktu singkat karena pergerakan yang mencurigakan pasti akan disuspensi dan masuk kategori UMA (Unusual Market Activity);
- Menciptakan FOMO alias Fear of missing out. Hal ini yang membuat para investor pemula buru-buru untuk mengoleksi saham jelek. Influencer akan memberikan rasa takut dan cemas akan ketinggalan berita lewat media sosial sehingga menimbulkan pemikiran bila tidak segera beli maka orang lain di luar sana akan lebih dulu membeli dan menikmati keuntungannya;
- Dengan memanfaatkan jumlah pengikutnya, influencer akan menarik pengikutnya untuk masuk sebagai anggota trader investor saham pemula melalui endorse pada media sosial. Hal ini mempermudah influencer dalam membuang saham mereka ketika harga sudah digoreng;
- Memiliki media khusus seperti grup dalam whatsapp atau telegram untuk merekomendasikan dan mengarahkan anggota grup dalam membeli dan menjual saham. Ada grup berbayar dan ada juga grup gratis.
Menjadikan saham sebagai tempat untuk mendapatkan keuntungan secara praktis adalah hal yang keliru, lho. Kenyataannya, bukan keuntungan yang didapatkan tetapi malah kerugian.
Banyak kasus yang menunjukkan bahwa bermain saham tanpa literasi dan pemahaman yang luas, akan mengarahkan kamu kepada kebangkrutan. Kegagalan bermain saham akan meningkatkan stres pada diri sendiri sehingga dapat memicu depresi, lho.
Seperti kejadian baru ini, pada salah satu apartemen di Setiabudi, Jakarta Selatan, seorang pria bunuh diri akibat rugi bermain saham. Oleh karena itu, hindari berinvestasi saham tanpa memahaminya agar kamu tidak menjadi bokek. Dan juga, hindari influencer yang memiliki ciri-ciri di atas.
Tidak ada larangan atau kesalahan bila mengikuti sosok influencer dalam berinvestasi saham. Namun, carilah influencer saham yang bisa dipercaya. Dan tetap untuk melakukan riset terhadap kinerja emiten sebelum membelinya. Kamu bisa juga berinvestasi dengan mengikuti strategi investasi KOL sebagai referensi, seperti Lo Kheng Hong, Warren Buffett, dan masih banyak lagi.
Nah, berinvestasi itu memberikan keuntungan bagi diri sendiri. Yang perlu kamu lakukan adalah mencari referensi yang tepat dalam berinvestasi dan media yang tepat untuk berinvestasi.
Aplikasi investasi ajaib adalah pilihan yang tepat buat kamu yang ingin berinvestasi dengan aman dan praktis. Nah, tunggu apalagi? Segera miliki akun Ajaib ya.