Analisis Saham

Saham FREN: Pendapatan Bertambah, Tapi Belum Cetak Laba

Profil Singkat

Saham FREN belum menunjukkan akan menghijau. Pasalnya sejak 2008, perusahaan belum mampu membukukan laba bersih. Padahal total aset dan pendapatan bertambah. Bagaimana kinerja perusahaan?

PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) adalah emiten telekomunikasi yang berdiri sejak 2002 di Jakarta. Perusahaan di bawah PT Sinar Mas Komunikasi Teknologi ini mengoperasikan penggunaan jaringan 4G LTE secara eksklusif, setelah berpisah dari teknologi CDMA pada 2014.

Smartfren juga menyediakan layanan data dan wireless voice melalui VoLTE, yang diklaim telah tersedia di lebih 200 kota. Pada 2015, perusahaan merilis jaringan LTE-Advanced yang memiliki keunggulan internet cepat. Tiga tahun kemudian, perusahaan mengatakan telah memiliki 10,1 juta pelanggan aktif dan membuat Smartfren menjadi operator nirkabel terbesar kelima di Indonesia.

29 November 2006, Smartfren resmi tercatat sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham emiten berkode FREN ini dimiliki oleh Global Nusa Data yang memiliki 43,32% saham, PT Wahana Inti Nusantara dengan 28,46%, PT Bali Media Komunikasi dengan 18,87%, dan publik dengan 9,35%.

Kinerja Perusahaan dari Laporan Keuangan Terakhir

Data dari laman Ajaib menunjukkan bahwa keuangan FREN masih minus. Bahkan ROE, ROA, dan NPM yang minus tersebut sudah terjadi lebih dari lima tahun ini.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2020, FREN membukukan rugi bersih senilai Rp1,75 atau naik 6,7% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,64 triliun, CNBCIndonesia.com (16/11/2020). Pada kuartal I-2020, perusahaan mengalami rugi bersih sebesar Rp1,22 triliun.

Meski rugi bersih, FREN menghasilkan pendapatan perusahaan yang meningkat 37,55% menjadi Rp6,85 triliun. Pendapatan periode kuartal III-2019 sebesar Rp4,98 triliun. Pendapatan kuartal III-2020 disumbangkan oleh pendapatan data sebesar Rp2,24 triliun, pendapatan nondata senilai Rp292,97 miliar, jasa interkoneksi menjadi Rp 130,95 miliar, dan pendapatan lain-lain Rp 185,17 miliar.

Sementara itu, total aset mengalami kenaikan total aset Rp35,80 triliun atau naik 29%. Liabilitas melejit sebesar Rp24,82 triliun atau naik 66%. Perusahaan juga mencatatkan rugi kurs senilai Rp255,20 miliar, periode sebelumnya tahun lalu laba kurs Rp198,15 miliar.

Riwayat Kinerja FREN

Selama 20015 hingga 2019, FREN belum berhasil mencetak laba bersih. Padahal pendapatan serta total aset setiap tahun selalu meningkat. Hal tersebut membuat perusahaan belum memberikan dividen kepada pemegang saham.

●     Catatan: dalam hitungan tahun kecuali EBT.

Menurut Direktur Smartfren Telecom Antony Susilo, alasan perusahaan masih merugi adalah perusahaan masih ekspansi jaringan untuk memenuhi kapasitas serta memenuhi biaya lain, seperti biaya opex, sewa tower, maintenance, dan lainnya, Kontan.co.id (15/08/2020). Meski demikian perusahaan berupaya untuk mendongkrak kinerja agar tumbuh positif.

Prospek Bisnis FREN

Bisnis pada sektor telekomunikasi memiliki prospek cerah. Pasalnya internet dan telekomunikasi telah dianggap kebutuhan primer. Apalagi saat pandemi Covid-19, banyak kegiatan kerja, bisnis, maupun pendidikan dilakukan di rumah.

Jika melihat kondisi keuangan, FREN masih membutuhkan waktu untuk mengerek bisnisnya ke zona hijau. Bila dilihat dari data, kerugian perusahaan berasal dari beban operasional yang tinggi, kenaikan beban bunga, serta nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

Tahun ini, FREN akan melakukan waran dan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue, Kontan.co.id (26/01/2021). Harga penawaran sama seperti nilai nominal, yaitu Rp100 per saham. Begitu pula dengan harga warannya.

Dalam rights issue, perusahaan berencana menerbitkan sebanyak-banyak tujuh miliar saham baru. Untuk waran, sebanyak-banyaknya 91,99 miliar unit atau sekitar 34,9% dari seluruh total saham yang ditempatkan dan disetor.

Dari kedua aksi tersebut, perusahaan akan memperoleh dana rights issue senilai Rp700 miliar dan waran sebesar Rp9,199 triliun. Rencananya, dana akan digunakan untuk membayar utang FREN dan anak usahanya serta modal kerja. Dana waran untuk kedua kegiatan tersebut.

Kesimpulan

Kondisi keuangan rugi bersih bukan hal baru buat FREN. Pasalnya, perusahaan sudah mengalami hal tersebut sejak 2008 alias 12 tahun. Dengan kata lain, perusahaan belum pernah mencetak laba bersih dalam laporan keuangannya.

Pendapatan dan total aset yang meningkat belum mampu mendorong laba bersih. Hal itu memengaruhi kinerja saham FREN. Ketika pertama melantai di BEI, FREN berada pada level Rp5,378. Namun pada 15 Februari 2021, FREN anjlok ke Rp58.

Bandingkan FREN dengan TLKM. Dalam laporan keuangan di laman BEI, per Januari 2019, PER dan PBV milik FREN adalah -7,53 kali dan 3,63 kali. Sedangkan TLKM, PER 20,36 kali dan PBV3,63 kali.

Bila investor ingin berinvestasi pada saham sektor telekomunikasi, cek fundamentalnya dengan saksama. Tujuannya agar membeli saham sesuai sasaran dan mendapatkan keuntungan optimal.

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.

Artikel Terkait