Analisis Saham

Saham DYAN Masih Hadapi Tantangan Besar di Tahun 2021

Profil Singkat Emiten

PT Dyandra Media International Tbk (berkode saham DYAN) mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2007. Pada awal berdirinya tahun 2007, Dyandra dibentuk sebagai perusahaan induk (holding company) bagi beberapa perusahaan yang bergerak di industri Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition (MICE).

DYAN memiliki sejumlah anak perusahaan yang berkecimpung di berbagai bidang usaha, khususnya di industri Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition (MICE). PT Dyandra Promosindo menjadi perusahaan pertama di bawah payung DYAN. PT Dyandra Promosindo bergerak di bidang penyelenggaraan pameran di Indonesia.

Secara sederhana, DYAN memiliki empat pilar bisnis atau anak usaha, yaitu

●                   Bisnis Penyelenggara Event/Pameran (PT Dyandra Promosindo)

●                   Bisnis Pendukung Event (PT Dyamall Graha Utama)

●                   Bisnis Ruang Konvensi dan Pameran (PT Nusa Dua Indonesia)

●                   Bisnis Hotel (PT Graha Multi Utama)

Pada tanggal 25 Maret 2013, PT Dyandra Media International Tbk (DYAN) resmi menjadi perusahaan publik. Saat itu, PT Dyandra Media International Tbk mencatat mencatatkan 1,282 juta lembar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dilihat dari Kinerja Keuangan dari Laporan Keuangan Terakhir

Industri MICE terpukul telak akibat pandemi Covid-19. Pembatasan acara-acara pariwisata dan event turut membawa implikasi negatif bagi bisnis industri MICE. Imbasnya, para pelaku di industri ini pun mengalami penurunan pendapatan yang signifikan, termasuk DYAN.

Berdasarkan laporan keuangan DYAN, pendapatan perusahaan ‘terjun bebas’ sampai triwulan ke-3 tahun 2020 yang hanya mencapai Rp163 miliar. Bandingkan dengan periode sama tahun 2019 yang sebesar Rp637 miliar. Hingga triwulan ke-3 tahun 2020, laba bruto DYAN juga merosot dengan hanya mencapai Rp27 miliar. Padahal, periode sama tahun sebelumnya, laba kotor DYAN sebesar Rp202 miliar.

Bahkan, DYAN mencapai rugi bersih sebesar Rp156 miliar setelah dikurangi beban operasional, beban pajak, beban keuangan, dan kerugian kurs. Pada periode sama tahun 2019, DYAN masih mencatat laba bersih sebesar Rp9,6 miliar.

Riwayat Kinerja

Meski terpukul telak di tahun 2020, bisnis DYAN masih menunjukkan nilai positif bila dirunut lebih ke belakang. Pendapatan bersih DYAN 2017-2019, misalnya, masih tumbuh sebesar 13,8%.

Berikut ini rata-rata pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) sejumlah komponen kinerja DYAN periode 2017 hingga 2019:

Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham

DYAN termasuk emiten yang tidak rutin membagi dividen tiap tahunnya. Meski berhasil meraup laba bersih Rp9,1 miliar pada tahun 2017, contohnya, DYAN tak lantas membagikan dividen ke para pemegang saham. Untuk tahun 2019, DYAN juga memutuskan tidak membagikan dividen.

Berikut adalah besaran pembayaran dividen DYAN beberapa tahun terakhir:

Tidak rutinnya DYAN membagikan dividen tiap tahun dapat menjadi pertimbangan minus bagi suatu emiten.

Prospek Bisnis DYAN

Tak dipungkiri, manajemen DYAN harus ‘memutar otak’ dalam menjawab hantaman yang luar biasa sejak pandemi Covid-19. Riset UFI-The Global Association of the Exhibition Industry pada semester 1 2020 menyatakan, 73% perusahaan yang bergerak di industri exhibition di berbagai negara melaporkan penghentian proses bisnis atau aktivitasnya. Penghentian proses bisnis atau aktivitas ini berlangsung sejak bulan April dan Mei 2020.

Hantaman keras yang dialami pelaku industri MICE tak terlepas dari kebijakan Pemerintah tiap negara yang berakibat pada penundaan dan pembatalan event. Khusus bagi DYAN, dampaknya kian terasa dengan sempat menutup sementara convention & exhibition hall Bali Nusa Dua Convention Center, Bali Nusa Dua Hotel, Hotel Santika, dan Amaris. Tak pelak, kinerja DYAN pun terganggu.

Namun, DYAN tetap berupaya berupaya keras mencari solusi. Sejumlah upaya telah menunjukkan hasil positif, contohnya beroperasinya kembali Amaris Bandara, Amaris Panglima Polim 2, Amaris Thamrin City, dan Amaris Pekanbaru. Sejumlah Kebun Raya, seperti di Bogor dan Cibodas juga mulai beroperasi kembali. Tentu, dibukanya kembali berbagai tempat tersebut dengan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat.

Di samping itu, rasio laba terhadap aset (return on asset/ROA) DYAN juga masih positif dalam kurun waktu 2017 hingga 2019. Begitu pula dengan rasio laba terhadap ekuitas (return on equity/ROE).

Ke depan, manajemen DYAN mengaku siap mengantisipasi segala perubahan yang berpotensi terjadi dalam penyelenggaraan MICE terkait pandemi Covid-19. Manajemen DYAN memastikan, fundamental perseroan menjadi kunci utama untuk memperbaiki kinerja di tahun 2021. Fundamental perseroan ini pula yang menjadi prioritas dalam menyusun serta menerapkan berbagai strategi di masa mendatang.

Harga Saham (Kesimpulan)

Pada tanggal 12 Februari 2021, EPS DYAN tercatat -26,9 dengan volume rata-rata (3 bulan) 10.035.989.

Tampaknya, DYAN harus berharap agar segera mengantongi izin penyelenggaraan event dari Pemerintah. Izin ini diperlukan agar lini bisnis event organizer dapat kembali berjalan.

Seiring menunggu terbitnya izin, manajemen DYAN sebaiknya melakukan beberapa diversifikasi bisnis sebagai upaya untuk memaksimalkan potensi pendapatan. Virtual event, online music concert hingga penjualan tiket virtual experience secara online adalah beberapa event yang patut dicoba atau semakin digencarkan.

Terlebih, DYAN termasuk satu dari 55 saham yang belum kembali pada level IPO. Pada 7 Desember 2020, harga saham DYAN masih di level 53 atau terkoreksi 85% saat IPO yang bernilai 350.

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.

Artikel Terkait