Ajaib.co.id – Pasar saham mengalami tekanan secara menyeluruh akibat dampak pandemi Virus Corona. Sejumlah saham unggulan mengalami pelemahan sehingga membuat frustrasi para pelaku pasar saham Indonesia. Termasuk pula harga saham TKIM, emiten kertas yang selama kerap jadi incaran investor.
Pelemahan pasar modal bukan hanya terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI) melainkan juga di seluruh dunia. Aktivitas perekonomian menurun sehingga mengguncang pasar saham sehingga harga saham berguguran. Bahkan perusahaan dengan sejarah yang cemerlang dan fundamental yang kokoh juga tidak kebal menghadapinya.
Namun masa kelam ini juga menjadi momen tepat bagimu untuk masuk ke pasar saham. Pasalnya, kamu bisa membeli sejumlah saham ciamik dengan modal yang lebih terjangkau. Penurunan harga saham membuatmu bisa berinvestasi dengan lebih leluasa.
Kalau kamu tertarik dengan sektor industri kertas, ada sejumlah emiten yang kerap jadi buah bibir antara lain PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM). Kedua emiten asal grup Sinarmas ini sudah langganan masuk dalam berbagai indeks unggulan sehingga potensial menghasilkan cuan.
Memprediksi Naik Turun Harga Saham TKIM di Tengah Prospek Industri Kertas
Bisnis kertas tampaknya masih menemukan titik terang pada tahun ini. Meskipun banyak orang mengira bahwa industri kertas akan digerus dengan kecanggihan digital nyatanya kertas masih mampu menghasilkan keuntungan. Banyak yang mengira ketika buku ditinggalkan maka memiliki tanggung jawab masa depan industri kertas ikut runtuh.
Namun sebenarnya industri ini bahkan bisa bertahan mengikuti zaman. Salah satunya dengan semakin tingginya tren jual beli online alias e-commerce. Produk kertas kemudian beralih fokus pada kertas kemasan, juga ditopang dengan kecenderungan publik untuk meninggalkan kemasan plastik dengan alasan ramah lingkungan.
Indonesia sebagai salah satu negara yang mampu memproduksi bubur kertas secara efisien tentu saja kecipratan untung. Terlebih lagi Cina yang selama ini menjadi salah satu eksportir kertas terbesar di dunia mulai beralih pada produk kertas daur ulang. Tentu saja ini menjadi peluang pengembangan bisnis kertas dalam negeri.
Tak pelak ini juga berdampak pada pasar modal khususnya pada sektor industri kertas. Buktinya, salah satu perusahaan kertas Sinar Mas Group, yaitu PT Tjiwi Kimia Tbk (TKIM)menambah mesinnya agar mencapai target penjualanyang lebih baik lagi. Sebelumnya, perusahaan ini juga merampungkan pabrik baru di OKI yang hingga akhir tahun 2018, memproduksi 2,5 juta ton pulp.
Dilansir dari kontan.co.id jakarta, Direktur PT Tjiwi Kimia (TKIM), Arman Sutedja mengatakan, pihaknya telah menyiapkan belanja modal sebesar US$135 juta untuk konversi mesin dan penambahan chemical plant yang akan dimulai pada Mei 2020 ini.
Mesin tersebut akan memproduksi senyama soda, hidrogen peroksida, dan kaporit. Tjiwi Kimia memprediksi, penjualan senyawa pada 2020 akan mencapai sekitar US$80 juta per ton. Sementara itu, kontribusi ke EBITDA akan mencapai US$20 juta per tahun.
TKIM juga berencana untuk menggantikan mesin yang memproduksi kertas putih menjadi kertas cokelat industri. TKIM sendiri sudah menkonversi dua mesin sejak tahun lalu. Pada Agustus 2019 lalu, TJiwi Kimia akan kembali mengganti dua mesin lainnya. Penggantian mesin tersebut bakal menambah kapasitas produksi dari 30.000 ton menjadi 45.000 ton per bulan.
Sejumlah langkah tersebut terbukti berhasil mengerek naik harga saham TKIM di pasar modal. Selain itu, kenaikan harga saham TKIM disebabkan oleh keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menghilangkan pajak pertambahan nilai (PPN) atas pembelian kertas koran dan produk media cetak.
Pada perdagangan pertengahan 2019, harga saham TKIM melesat 16,89% menjadi Rp10.900 per saham. Angka ini menjadi capaian terbaik setelah beberapa saat sebelumnya harga saham TKIM terus menanjak. Nilai transaksi saham TKIM sebesar Rp63,02 miliar dengan volume transaksi sebanyak 6,16 miliar saham. Investor asing juga tercatat menghasilkan beli bersih alias net buy senilai Rp2,6 miliar.
Momok Perang Dagang Atas Saham TKIM
Perang dagang Amerika Serikat dan China yang kembali memanas, telah membuat prospek pertumbuhan ekonomi global kian meredup. Aktivitas perekonomian dunia secara keseluruhan menjadi terganggu dan cenderung menurun.
AS secara resmi telah menaikkan bea masuk barang-barang tertentu dari China sebesar 25% senilai US$200 miliar, per tanggal 10 Mei 2019. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanda-tanda damai dari dua perekonomian terbesar di dunia belum terlihat.
Pada tahun lalu, AS menerapkan tarif impor 10% terhadap produk China, sebaliknya China menerapkan tarif impor 5% dan 10%. Akibatnya, perekonomian dunia mengarah kepada kontraksi. Efek perang dagang tersebut sedikit banyak berpengaruh terhadap kinerja TJiwi Kimia yang mengalami stagnasi.
Sepanjang kuartal I-2019, laba bersih perusahaan yang bisa diatribusikan ke pemilik mencapai US$47,92 juta, angka tersebut meningkat hanya 1% jika bandingkan laba kuartal I-2018 pada angka US$47,42 juta.
Saham TKIM Ambles Diserang Corona
Prospek perkembangan bisnis kertas yang sempat dipandang optimis sepertinya akan sulit diwujudkan. Pasalnya, belum selesai dampak perang dagang, kemudian dunia ekonomi dihajar dengan berbaga isu sejak awal tahun 2020. Sentimen negatif ini juga memberikan dampak yang tidak main-main termasuk pada saham TKIM.
Harga saham TKIM diketajui terkoreksi cukup dalam sejak awal tahun. Bahkan bisa dikatakan jika harga emiten ini ambles diterjang badai Corona. Harga saham TKIM sempat turun 57,86% ytd menjadi Rp 4.330 per saham pada akhir Maret 2020. Pada awal 2020, harga saham TKIM masih berada di level Rp 10.275 per saham. Saat ini, Price Earning Ration (PER) TKIM adalah sebesar 4,68x, sesuai dengan pemberitaan dari Kontan.
Pada penutupan perdagangan 17 April 2020, harga saham TKIM mencapai Rp 5.2750 per lembar saham, naik 7,22% dari sesi sebelumnya. Media Jakarta, CNBC Indonesia mencatat saham PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) yang tercatat naik 30,95% secara mingguan dari akhir Maret sampai dengan awal April. Meski demikian, capaian ini belum mampu mengembalikan koreksi yang cukup dalam dialaminya selama tahun ini.
Saham TKIM sendiri selama ini masuk dalam daftar indeks LQ45 yang merupakan kumpulan 45 saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan berfundamental baik. Tren kenaikan ini nampaknya bisa menjadi angin segar bagi emiten kertas ini mencapai harga saham terbaiknya kembali. Meski demikian, perlu dipertimbangkan pula mengenai kinerja keuangan perusahaan ini.
Kontan menyatakan jika PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbkmembukukan penjualan US$ 1,05 miliar, turun tipis dari penjualan tahun sebelumnya US$ 1,06 miliar. Meski beban pokok penjualan juga turun, laba bruto TKIM terkoreksi 7,16% secara tahunan menjadi US$ 107,16 juta. Laba sebelum beban pajak penghasilan TKIM merosot 26,36% menjadi US$ 184,7 juta. Penurunan laba sebelum beban pajak penghasilan ini terjadi karena lonjakan sejumlah beban.
Beban bunga Tjiwi Kimia naik 7,4% menjadi US$ 55,55 juta. Ada juga beban bagi hasil musyarakah meningkat 26,7% menjadi US$ 4,65 juta. Selain itu, tahun ini TKIM mencatatkan kerugian selisih kurs hingga US$ 21,48 juta, padahal tahun sebelumnya untung US$ 24,72 juta.
Adapun sepanjang tahun 2019, emiten kertas milik Grup Sinarmas itu mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hingga US$ 166,52 juta, turun signifikan 32,23% dari tahun sebelumnya US$ 245,71 juta.
Denga fluktuasi harga saham TKIM dan ditopang dengan kinerja keuangan seperti di atas, jadi apakah saham ini masih layak masuk portofolio investasimu?