Investasi

Berpacu Mengalahkan Inflasi Adalah Tujuan Utama Berinvestasi

Ajaib.co.id – Laju inflasi adalah salah satu alasan utama kamu harus berinvestasi. Uang yang kamu miliki saat ini akan menurun nilainya dalam sekian tahun mendatang akibat pengaruh inflasi. Karea itu, kamu harus bisa menekan dampak inflasi pada kondisi keuanganmu dengan meingkatkan nilai uangmu pula.

Mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), definisi inflasi adalah kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. Contoh paling sederhana dari terjadinya inflasi yakni uang Rp10.000 mampu membeli nasi sepiring dengan lauk sayur, ayam dan telur jika dibelanjakan 10 tahun silam di warteg.

Namun adanya inflasi memberi dampak uang tersebut kini hanya bisa memberikanmu seporsi nasi, sayur dan telur di warteg yang sama. Uangmu tetap laku namun produk atau jasa yang bisa dibeli lebih sedikit.

Inflasi adalah penciutan daya beli mata uang yang disebabkan naiknya permintaan, naiknya biaya produksi, dan tingginya peredaran uang. Kondisi ini menjadi fenomena kenaikan harga rata-rata barang dan jasa terus-menerus dalam sebuah ekonomi, dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga satu atau dua barang tidak dapat disebut inflasi, kecuali kenaikan kedua barang tersebut berimbas pada kenaikan barang lainnya.

Ketika harga rata-rata naik, tiap unit mata uang membeli lebih sedikit barang dan jasa. Artinya inflasi mencerminkan sebuah penurunan daya beli tiap unit mata uang, menghilangnya nilai dasar di dalam media pertukaran dan unit akun dalam ekonomi. Ketika tingkat inflasi sudah begitu parah maka produktivitas & investasi adalah penyelamatnya.

Meski demikian, harus diakui jika inflasi tak terhindarkan. Hampir semua negara mengalaminya meskipun tingkatnya berbeda-beda. Namun negara berusaha seoptimal mungkin untuk menekan laju inflasi per tahun yang terjadi. Bank Indonesia selaku bank sentral merupakan lembaga yang bertanggung jawab untuk menahan lajunya.

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung tingkatannya. Inflasi yang ringan dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu.

Selain itu, masyarakat juga akan kewalahan dalam mengimbangi peningkatan harga bahan baku yang terjadi sehingga kemampuan untuk membeli juga turun. Perubahan harga yang terjadi terlalu ekstrem jika inflasi tidak terkontrol. Secara umum, inflasi adalah penyebab dari berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

Indonesia sendiri pernah mengalami masa ketika inflasi terjadi begitu parah yakni pada tahun 1998. Saat itu angka inflasi begitu fantastis, melonjak hingga 77%. Kerusuhan yang terjadi di seluruh Indonesia saat berakhirnya era Orde Baru memicu inflasi sebesar 77,63% pada 1998.

Terjadinya lonjakan harga barang-barang yang diikuti melemahnya nilai tukar rupiah hingga mencapai Rp 16.000/dolar Amerika Serikat membuat ekonomi Indonesia mengalami kontraksi lebih dari 13% pada 1998. Kondisi ini kemudian berangsur membaik hingga mencapai 2% pada tahun 1999.

Pasca reformasi, inflasi tertinggi tercatat pada 2005 mencapai 17,1% dampak dari kenaikan harga bahan bakar minyak di era kepemimipinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sedangkan sepanjang periode 2015-2017 yakni di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodolaju inflasi selalu di bawah 4%.

Adapun, BPS mencatat angka inflasi tahun kalender 2019 (ytd) serta inflasi tahunan (yoy) sebesar 2,72%. Secara tahunan, inflasi 2019 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan 2017 dan 2018 yang masing-masing 3,16% dan 3,13%.

Penyebab Inflasi Adalah Kombinasi Banyak Faktor, Bagaimana Menanggulanginya?

Faktor penyebab utama inflasi adalah adanya peningkatan penyediaan uang yang melebihi pertumbuhan ekonomi. Aspek lainnya yang juga berpengaruh adalah konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Sementara penyebab lainnya, adalah adanya sejumlah besar permintaan, ini disebabkan pertumbuhan ekonomi yang terlalu pesat. Kemudian naiknya ongkos faktor-faktor pendorong (supply-side factors). Keberadaan utang negara juga merupakan penyebab inflasi. Lainnya, efek tarik permintaan, efek dorong biaya, dan nilai tukar mata uang.

Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal.

Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang. Mengukur tingkat inflasi sendiri bisa dilakukan dengan unsur Indeks Harga Produsen dan Indeks Harga Konsumen (IHK), dan indeks biaya hidup.

Cara Penanggulangan Inflasi

Sudah pasti inflasi harus ditangani. Bukan hanya penanganan dari pemerintah, namun secara perorangan.

  • Kebijakan Pemerintah

Penanganan inflasi dari pemerintah yakni mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal. Kebijakan Moneter seperti kebijakan penetapan persediaan kas dengan mengurangi jumlah uang beredar bisa menekan inflasi.

Kemudian mengeluarkan kebijakan diskonto, yakni meningkatkan suku bunga agar masyarakat terdorong menabung, jumlah uang yang beredar berkurang, tingkat inflasi dapat ditekan. Lalu kebijakan operasi pasar terbuka, mengurangi jumlah uang beredar dengan menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN).

  • Kebijakan Fiskal

Kebijakan ini melakukan penghematan pengeluaran pemerintah. Kemudian menaikkan tarif pajak. Dengan naiknya tarif pajak rumah tangga dan perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi, mengurangi permintaan barang dan jasa, sehingga menurunkan harga.

Kebijakan lainnya yang bisa dilakukan pemerintah adalah, menggenjot produksi dan menambah jumlah barang di pasar. Demi menambah jumlah barang, pemerintah mengeluarkan perintah peningkatan produksi dengan memberi premi/subsidi pada perusahaan yang dapat memenuhi target. Cara lain yang bisa digunakan adalah melonggarkan keran impor.

Menetapkan harga maksimum untuk beberapa jenis barang merupakan kebijakan lain yang juga bisa dilakukan pemerintah. Penetapan harga yang realistis akan mengendalikan harga, sehingga inflasi dapat dikendalikan dan mencegah terjadinya pasar gelap (black market).

  • Kebijakan Perorangan

Penanggulangan inflasi dari sektor perorangan bisa dilakukan dengan cara berinvestasi. Carilah investasi yang aman untukmu.

Lindungi dana tabungan dengan diversifikasi jenis investasi pendapatan tetap dengan tidak tetap untuk melindungi dana tabungan, dan lebih berpotensi tumbuh. Inilah rekomendasi jenis investasi yang potensial:

1. Reksa Dana.

  • Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Fund)
  • Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund)
  • Reksa Dana Campuran (Balance Mutual Fund)
  • Reksa Dana Saham (Equity Fund)

Cari Manajer Investasi dana reksa yang handal profiling, mampu menyelami pertimbangan finansial nasabah, karena itulah kunci suksesnya.

2. Tabungan Emas – fleksibilitas keringanan setoran awal dan biaya pencetakan emas batangan 24K.

  • Tabungan Emas Pegadaian
  • Tabungan emas online (Bukalapak, Tokopedia)

3. Peer – to – Peer Lending – platform digital yang menjadi perantara antara investor yang menginginkan bunga kompetitif dan debitur (peminjam) seperti UMKM. Inilah pilihan-pilihan yang terdaftar OJK:

  • KoinWorks. Bunga kompetitif mulai 18% per tahun, dilengkapi dana proteksi untuk meminimalkan dampak kerugian investor. 
  • Amartha. Bunga rata-rata 17.5% per tahun, dana investasi awal Rp 3.000.000,- untuk pendanaan UKM. 
  • Investree. Bunga rata-rata 17.5%, dana investasi awal Rp1.000.000,- untuk jenis pinjaman pribadi, Rp5.000.000,- untuk pembiayaan bisnis, dengan kelipatan Rp1.000.000,-
  • Modalku
  • Danamas
  • Uang Teman
  • DanaKita
  • Akseleran
  • Klik ACC

4. Sukuk Tabungan – surat kepemilikan sebagian aset pemerintah.

5. Pasar saham

6. Investasi komoditi – minyak, karet, kayu, dll.

7. Properti – rukan, lahan parkir, apartemen, rumah, dll.

8. Benda koleksi hobi – buku & komik langka, action figure, motor antik, dll.

9. Benda seni – lukisan, patung, keramik, dll.

Apa Kaitannya Inflasi dengan Investasi?

Berinvestasi adalah cara terbaik untuk menangkal laju inflasi. Selain itu, tingkat inflasi juga merupakan faktor penting dalam menentukan startegi maupun instrumen investasi yang kamu pilih.

Tingkat inflasi dijadikan acuan untuk menentukan instrumen investasi mana yang paling cocok. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir tergerusnya tingkat imbal hasil. Bila tingkat inflasi tinggi, maka hasil imbal hasil investasi akan tergerus oleh naiknya harga-harga barang atau jasa. Oleh karena itu, penting untuk mencari investasi dengan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dari inflasi.

Saat ini tingkat inflasi di Indonesia dalam keadaan yang stabil di angka 3-3,5 persen per tahun. Angka ini turun dari beberapa tahun silam yang angkanya mencapai 8 persen per tahun. Tingkat inflasi tersebut bisa dijadikan acuan bagi Anda yang sudah punya minat berinvestasi untuk memilih instrumen investasi yang paling menguntungkan.

Mari tangkis inflasi, pilih investasi yang cocok dengan karakter pribadi, dan, mulai sekarang!

Artikel Terkait