Saham

Berita Saham: IHSG Tanpa Januari Effect, Ada Apa?

Ajaib.co.id – Setelah sempat mencatatkan kenaikan selama dua minggu pertama pada bulan Januari tahun 2021, investor dikejutkan dengan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menukik tajam pada dua minggu terakhir pada bulan pertama pada tahun ini. 

Dikutip dari data statistik Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG melemah 7,05% pada periode 25 sampai 29 Januari 2020. Selama sepekan terakhir pada akhir bulan Januari ini, indeks yang mengukur kinerja harga saham dari 20 emiten tercatat yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dan afiliasinya, atau yang akrab disebut indeks IDX BUMN20 mencatatkan pelemahan 12,96%, lebih dalam dibandingkan pelemahan indeks komposit. 

Sementara, berdasarkan sektornya, indeks sektoral saham pertambangan atau mining mencatatkan pelemahan 9,25%, diikuti dengan indeks saham sektoral aneka industri atau miscellaneous industry yang terperosok 8,22%. Sejak perdagangan awal tahun ini, indeks masih mencatatkan koreksi sebesar 7,29%, dan pelemahan sebesar 1,95% selama sebulan terakhir. 

Indeks hasil kerjasama BEI dengan PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) SMI yang mengukur kinerja sektor infrastruktur, penunjang infrastruktur dan pembiayaan infrastruktur, SMInfra18, mencatatkan pelemahan terdalam lebih dari indeks acuan yakni sebesar 9,13%. 

Kinerja indeks SMInfra18 juga diikuti dengan indeks IDX30 yang merupakan indeks kinerja harga 30 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar yang tergelincir 8,84%. 

Januari Tanpa Efek

Dalam dunia pasar saham, bulan Januari dikenal karena fenomena harga saham yang biasanya membukukan kinerja positif berkah dari aktivitas window dressing yang dilakukan manajer investasi pada akhir tahun untuk memoles produk reksa dana yang memiliki portofolio aset berbasis saham. Fenomena ini akrab disebut sebagai january effect atau efek januari.

Sejak tanggal 21 Januari hingga 29 Januari 2021, indeks selalu ditutup pada zona merah. Praktis, selama tujuh hari perdagangan, indeks parkir pada posisi terkoreksi. Selama satu bulan terakhir, indeks pernah berada posisi tertingginya yakni 6.504,992 dan terendah adalah 5.825,292. 

Di sisi lain, asing masih tetap mencatatkan aksi beli bersih sebesar Rp11,11 triliun dari total transaksi sebesar Rp409,8 triliun selama sebulan terakhir. Memang bisa diakui, pelaku pasar domestik mencatatkan penjualan yang cukup besar yakni dengan total Rp342,7 triliun selama bulan Januari 2021. 

Pada pekan terakhir bulan ini, saham-saham yang sempat digadang-gadang akan membantu pemulihan ekonomi nasional seperti diantaranya saham farmasi BUMN yakni PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) yang terkoreksi 30% dan saham distributor alat kesehatan yakni PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) yang turun 29% dilabeli sebagai top losers dengan pelemahan saham paling dalam di antara semua saham yang tercatat di bursa. Padahal, ketiga emiten tersebut dianggap berkontribusi besar dalam hal memutuskan mata rantai virus COVID-19 di Indonesia. 

Momentum Januari tanpa efek pada tahun ini juga diikuti dengan fenomena aktivitas auto reject bawah atau ARB, yang mana bursa akan otomatis memberhentikan aktivitas perdagangan jika saham tersebut sudah melemah sebesar 7 persen. Pada perdagangan 29 Januari 2021 lalu, sebanyak 73 saham tercatat dilabeli ARB termasuk diantaranya saham berkapitalisasi jumbo seperti PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). 

Antisipasi Pelemahan Harga Saham

Beberapa analis menilai penurunan harga saham yang cukup signifikan pada akhir bulan Januari ini memang dipengaruhi oleh berbagai macam faktor termasuk diantaranya aksi taking profit yang dilakukan berbagai perusahaan investasi dan manajer investasi pada awal tahun ini. 

Adapun, tren perdagangan spekulatif memang berpengaruh besar terhadap pelemahan indeks yang sempat naik terlalu cepat pada akhir tahun lalu. Hal ini menyebabkan saham-saham berfundamental baik pun ikut terperosok akibat aksi investor merealisasikan keuntungan (profit taking).

Dari sisi global, indeks acuan terpengaruh oleh likuiditas global yang tertekan akibat langkah bank sentral Amerika Serikat yakni The Federal Reserve (The Fed) yang mengakhiri intervensi repo. Hal ini dilakukan agar pendanaan di pasar keuangan Amerika Serikat dalam jangka pendek bisa berjalan mulus. 

Dikutip dari Bisnis.com, analis menilai kalau prospek pasar saham dalam jangka pendek masih akan suram karena kurangnya sentimen positif yang bisa meningkatkan harga saham dalam waktu dekat. Hal ini ditimpali dengan kasus COVID-19 yang belum juga surut. Dengan demikian, banyak analis hingga manajer investasi menyarankan investor untuk segera melakukan rebalancing portofolio aset. 

Investor Diharapkan Rebalancing Portofolio

Tren pelemahan IHSG pada akhir Januari tahun 2021 ini dianggap menjadi momentum yang tepat bagi pelaku pasar untuk melakukan kalkulasi ulang terhadap portofolio investasinya. 

Investor diharapkan mampu melakukan keputusan investasi dengan mempertimbangkan diversifikasi aset. Tahun 2021 dianggap masih akan penuh ketidakpastian sehingga pelaku pasar disarankan untuk tetap memperhatikan kinerja fundamental suatu saham, jangan hanya sekedar ikut-ikutan rekomendasi saham influencer

Beberapa saham yang mungkin bisa menjadi pertimbangan investor dalam melakukan transaksi adalah saham dengan likuiditas tinggi dan berkapitalisasi besar pada IHSG seperti saham-saham anggota IDX LQ45 atau IDX30. 

Disamping itu, investor juga disarankan untuk melakukan pengelompokkan aset melalui instrumen reksa dana yang sebenarnya sudah terdiversifikasi dengan baik tergantung dari tujuan dan jangka waktu investasinya diantaranya adalah reksa dana berbasis pasar uang, pendapatan tetap, saham, campuran, indeks ataupun ETF. 

Nah, baik investasi saham maupun reksa dana sendiri bisa kamu miliki hanya dengan satu platform yakni aplikasi investasi Ajaib. Baik Ajaib Sekuritas maupun Ajaib Reksa Dana sendiri sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), memiliki izin perantara pedagang efek serta merupakan anggota BEI. Jadi, percayakan dana kamu di aplikasi investasi Ajaib saja, ya. 

Sumber: Dear Investor, Ini Lho Penyebab IHSG Tekor Terus hingga 7 Sesi Beruntun, dengan perubahan seperlunya.

Artikel Terkait