Ajaib.co.id – Vaksinasi COVID-19 yang menjadi tumpuan harapan untuk mengentaskan pandemi COVID-19 kini telah tiba di Indonesia dan siap untuk didistribusikan. Sebanyak lebih dari satu juta dosis vaksin Sinovac asal China telah disimpan di Bio Farma, Bandung. Saham-saham farmasi dan alat kesehatan berfluktuasi, melesat naik melambung dalam beberapa bulan terakhir. Namun justru ketika proses vaksinasi dimulai, saham-saham tersebut malah berangsur-angsur turun.
Rabu, 13 Januari 2021 adalah hari di mana program distribusi vaksin nasional dimulai. Proses injeksi vaksin pertama kali dilakukan kepada Presiden Joko Widodo dan jajaran kabinetnya. Itulah titik inisiasi vaksinasi nasional yang akan dilakukan hingga 15 bulan ke depan. Setidaknya itulah target waktu distribusi vaksin nasional yang dicanangkan.
Rencananya vaksinasi akan dilakukan hingga mencakup dua pertiga dari seluruh rakyat Indonesia. Di bulan Januari 2021 saja pemerintah menargetkan 5,81 juta dosis vaksin sudah dapat diberikan. Targetnya adalah ada sebanyak 181,55 juta orang atau dua pertiga dari seluruh rakyat Indonesia akan divaksin dalam kurun waktu hingga 15 bulan ke depan.
Vaksinasi diharapkan dapat memulihkan kehidupan bermasyarakat sehingga konsumsi dapat pulih, ekonomi dapat kembali begeliat, kegiatan oeprasional bisnis dan masyarakat kembali produktif, pulih atau bahkan lebih produktif dari semula. Vaksinasi tentu akan menjadi katalis yang positif bagi IHSG.
Kehalalan dan Standar Penggunaan
Saham-saham farmasi memang sudah bergerak liar sejak jauh-jauh hari mengingat sektor kesehatan adalah sektor yang mendulang berkah dari adanya pandemi Corona ini. Satu hal yang mengkhawatirkan bagi banyak muslim di negeri ini adalah tentang kemungkinan adanya penggunaan gelatin yang berasal dari produk non-halal digunakan dalam vaksin.
Pasalnya gelatin yang berasal dari daging babi pernah digunakan sebagai stabilitator vaksin, ini adalah hal yang banyak dikhawatirkan beberapa kelompok agama di tanah air.
Namun hal ini terbantahkan setelah tim Majelis Ulama Indonesia menyatakan bahwa vaksin yang akan diinjeksikan ke jutaan rakyat Indonesia yang mayoritas beragama islam benar-benar tidak mengandung produk non-halal.
Sertifikasi halal vaksin COVID-19 tertuang dalam Fatwa MUI Nomor 2 Tahun 2021. Asrorun Niam, Ketua MUI Bidang Fatwa, telah mengumumkan bahwa “MUI memutuskan, menetapkan fatwa ketentuan hukumnya vaksin COVID-19 produksi Sinovac Life Sciences China dan Bio Farma hukumnya suci dan halal,” pada Jumat, 8 Januari 2021.
Dengan demikian dipastikan bahwa vaksin virus Corona produksi Sinovac tidak menggunakan bahan-bahan non-halal. Penggunaan vaksin juga sudah mengikuti arahan Organisasi Kesehatan Dunia/WHO yang sudah distandarisasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Status penggunaan vaksin COVID-19 oleh BPOM adalah Izin Penggunaan Darurat atau emergency use authorization (EUA). Izin ini diberikan untuk penggunaan Coronavac produksi Sinovac yang bekerja sama dengan Bio Farma.
Dirangkum dari SK Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi COVID-19, berikut dosis dan frekuensi penyuntikkan vaksin COVID-19:
- Vaksin Sinovac. Vaksin Sinovac disuntikkan 2 kali dengan rentang jarak penyuntikkan 14 hari (0,5 ml per dosis).
- Vaksin Sinopharm. Vaksin Sinopharm disuntikkan 2 kali dengan rentang jarak penyuntikkan 21 hari (0,5 ml per dosis).
- Vaksin AstraZeneca. Vaksin AstraZeneca disuntikkan 1 atau 2 kali dengan 0,5 ml per dosis. Bila dua kali disuntikkan maka rentang penyuntikkannya selama 28 hari.
- Vaksin Novavax. Vaksin Novavax disuntikkan 2 kali dengan 0,5 ml per dosis. Rentang penyuntikkan selama 28 hari.
- Vaksin Moderna. Vaksin Moderna disuntikkan 2 kali dengan 0,5 ml per dosis. Rentang penyuntikkan selama 28 hari.
- Vaksin Pfizer. Vaksin Pfizer disuntikkan 2 kali dengan rentang jarak penyuntikkan 28 hari (0,5 ml per dosis).
Vaksin COVID-19 diberikan melalui suntikan intramuskular di bagian lengan kiri atas dengan menggunakan alat suntik sekali pakai (Auto Disable Syringes/ ADS).
Keampuhan Vaksin
Berdasarkan data interim dari uji klinis Sinovac di Bandung, Jawa Barat, tingkat efikasi atau kemanjuran CoronaVac mencapai 65,3% sementara di Brasil mencapai 78%. Kedua data ini berada di atas persyaratan efikasi di atas 50%.
Selain itu, data interim hasil uji klinis di Bandung juga menunjukkan imunogenesitas vaksin Sinovac mencapai 99,23%. Vaksin ini mampu merangsang pembentukan antibodi dalam tubuh untuk membunuh dan menetralkan virus hingga 99,23%.
Antusiasme Pada Saham Farmasi
Peluncuran program vaksinasi disambut antusias dengan naiknya volatilitas dan transaksi di saham-saham farmasi dan alat kesehatan. Uniknya beberapa saham yang seperti tidak berhubungan langsung dengan vaksinasi dan jarum suntik, harganya juga ikut terapresiasi.
Saham-saham yang berhubungan langsung dengan distribusi vaksin sebenarnya hanya lima saja yaitu PT Merck Indonesia Tbk. (MERK), PT Kimia Farma Tbk. (KAEF), PT Indofarma Tbk. (INAF), PT Kalbe Farma Tbk. (KLBF) dan PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA).
MERK yang menaungi Bio Farma berperan sebagai pihak yang akan memproduksi vaksin dengan bahan baku yang dibeli dari Sinovac. Vaksin kemudian akan didistribusikan oleh dua anak usaha dari Bio Farma yaitu KAEF dan INAF.
Selain dari Bio Farma rencananya Kalbe Farma juga akan memproduksi vaksin COVID yang dinamakan GX-19 bekerja sama dengan produsen asal Korea Selatan yaitu Genexine. Sedangkan hubungan IRRA dengan vaksinasi adalah perannya sebagai distributor jarum suntik ADS yang akan digunakan untuk vaksinasi.
Saham-saham farmasi, layanan kesehatan dan alkes lainnya mendapat keuntungan secara tidak langsung. Misalnya saja PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA) dan PT Siloam Medik Tbk. (SILO) sebagai emiten rumah sakit mendapat keuntungan dari pengobatan harian COVID-19. Keduanya mengharuskan semua pasien menjalani tes PCR sebelum operasi.
Emiten produsen dan penyedia suplemen vitamin seperti PT Tempo Scan Pacific Tbk. (TSPC)dan PT Phapros Tbk. (PEHA) juga mendapat keuntungan tak langsung dari mencuatnya kasus COVID-19. Tak luput, emiten suplemen herbal jamu Sidomuncul yakni PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Tbk. (SIDO) juga kebagian berkah dari meningkatnya penjualan jamu empon-empon dan jahe merah yang diklaim mampu menguatkan imun tubuh agar terhindar dari COVID-19.
Sedangkan emiten laboratorium seperti PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) mendapat keuntungan dari swab test dan rapid test yang dijalani masyarakat selama pandemi berlangsung.
Mempertanyakan arah saham farmasi, layanan kesehatan dan alat kesehatan sudah tentu harus melihat apakah harga yang ditransaksikan hari ini masih berada dalam Margin of Safety-nya atau sudah terlalu jauh dari harga wajarnya.
Menimbang keuntungan yang didapat oleh emiten-emiten ini tentu cukup sulit dilakukan karena masing-masing perusahaan punya tata kelola modal tersendiri. Namun kiranya kita bisa memprediksi seberapa besar market size dari program vaksin itu sendiri.
Prospek Saham Farmasi
Vaksinasi yang digratiskan oleh pemerintah mengandung arti bahwa seluruh biaya penginjeksian vaksin akan ditanggung oleh pemerintah. Biaya tersebut tentunya akan menjadi arus kas bagi emiten-emiten farmasi yang diberi mandat untuk memproduksi dan mendistribusikan vaksin.
Sebagai informasi Biofarma akan memproduksi vaksin dengan bahan baku yang dibeli dari Sinovac. Vaksin rencananya akan diberikan kepada dua pertiga penduduk Indonesia atau setara dengan lebih dari 180 juta jiwa di Indonesia. Untuk masing-masing orang akan diberikan dua dosis vaksin, dengan demikian akan dibutuhkan stidaknya 360 juta dosis yang akan didistribusikan kepada sedikitnya 181,5 juta jiwa di Indonesia.
Kendati demikian Direktur Utama Bio Farma yaitu Honesti Basyir mengakui bahwa kapasitas produksi vaksin maksimal 250 juta dosis dengan kemampuan produksi sekitar 40 juta dosis saja per tahun. Sedangkan target vaksinasi adalah 15 bulan saja terhitung sejak 13 Januari 2021 dan diharapkan selesai di bulan Mei 2022.
Oleh karena itu pemerintah Indonesia juga akan mengusahakan vaksin dari Sinopharm, Astra-Zaneca, Moderna, Novavax, Pfizer, dan Cansino. Diketahui Sinopharm akan mengusahakan 50 juta dual dosis untuk Indonesia.
Mengenai biaya yang akan ditanggung pemerintah, menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan dalam rapat kerja bersama Komisi VI DPR di Jakarta, Kamis 27 Agustus 2020 silam bahwa biaya vaksin adalah sekitar Rp440.000 untuk dua dosis. Ada pun harga bahan baku vaksin yang didapat dari Sinovac adalah sekitar 8 dollar AS per dosis atau sekitar Rp112.800 dengan kurs Rp14100 per dolar AS.
Berikut estimasi biaya vaksin yang ditanggung pemerintah yang akan menjadi arus kas masuk ke perusahaan-perusahaan farmasi seperti MERK, KAEF dan INAF, plus IRRA:
181.500.000 orang x Rp 440.000 untuk dua dosis = Rp 79.860.000.000.000 (Rp 79,86 Triliun)
Itu adalah angka minimal yang akan dikeluarkan pemerintah dalam rangka pemulihan nasional untuk bangkit dari pandemi COVID-19. Data dari kemkes menyebutkan bahwa dosis yang dipersiapkan adalah 468,8 juta dosis. Dengan dua dosis per orang maka 468,8 juta dosis dapat didistribusikan kepada 234,4 juta orang. Dengan demikian maka proyeksi biaya yang akan masuk kas emiten farmasi adalah;
468.800.000 dosis x Rp 220.000 per dosis = Rp 103.136.000.000.000 (Rp 103,13 Triliun)
Harga yang diestimasi di atas baru mencakup program vaksinasi utamanya. Masyarakat juga ikut mengeluarkan biaya secara pribadi dalam rangka pencegahan agar terhindar dari virus Corona seperti konsumsi suplemen vitamin, pembelian desinfektan, masker, hand sanitizer dan lain sebagainya. Belum lagi perawatan kesehatan dan tes kesehatan sehingga emiten farmasi dan perawatan kesehatan lainnya juga ikut mendapat berkah.
Jika kamu tertarik untuk mengoleksi saham-saham farmasi maka kamu harus ingat bahwa semua proyeksi pendapatan di atas baru akan tercatat dalam laporan keuangan tahun 2021 dan 2022. Hal itu lantaran program vaksinasi sendiri berjalan dalam 15 bulan mulai dari 13 Januari 2021 hingga Mei 2022.
Proyeksi periode keuntungan yang akan didapat oleh keempat emiten tersebut belum dapat terkira karena akan tergantung dari kemampuan bayar pemerintah. Jika pemerintah kesulitan dalam melakukan pembayaran tentu arus kas keempat emiten juga akan terhambat dan akan dituliskan sebagai piutang.
Emiten Biofarma juga cukup sulit diprediksi jumlah keuntungannya karena di tahun 2018 Biofarma melepas divisi Consumer Health-nya sehingga laba bersih turun dari Rp 140 miliar di 2017 menjadi hanya Rp79,8 miliar saja di tahun 2019.
Penutup
Pandemi ini sangat mahal harganya. Beberapa mesti meregang nyawa, dan banyak lainnya mesti mengeluarkan banyak biaya perawatan kesehatan selama 14 hari sepanjang masa inkubasi setelah terinfeksi. Belum lagi dampak secara ekonomi yang dirasakan ratusan perusahaan yang sektor bisnisnya terdampak secara masif. Tercatat selama pandemi ada penambahan jumlah pengangguran sebanyak 2,67 juta orang di Indonesia dan suku bunga mesti diturunkan hingga lima kali untuk menambah likuiditas ekonomi.
Vaksinasi tentu adalah harapan bagi kita semua agar pandemi ini cepat berlalu. Mari kita sukseskan program vaksinasi ini yang kini sudah dinyatakan halal oleh MUI dan aman oleh BPOM agar pemulihan sendi-sendi kehidupan secara nasional cepat terlaksana dan segalanya dapat kembali normal.
Disclaimer:Penyebutan nama emiten bukanlah rekomendasi. Penulis memiliki beberapa saham yang disebutkan sehingga penulisan artikel mungkin bersifat bias. Penulis menyatakan terlepas dari segala tuntutan hukum terkait posisi transaksi yang diambil berkaitan dengan diterbitkannya tulisan ini. Terkait keputusan membeli, pembaca diharapkan melakukan analisa lanjutan.