Ajaib.co.id – Di bursa saham, ada istilah stock split. Hal tersebut merupakan upaya emiten untuk mendongkrak saham sekaligus memperoleh banyak investor. Lalu apa keuntungan buat investor? Cek fakta menarik tentang stock split.
Beberapa waktu lalu, PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) melakukan stock split saham dengan rasio 1:2. Dengan demikian, per lembar saham dengan nilai Rp100 berubah menjadi Rp50, Kontan.co.id (07/09/2020). Stock split ini meningkatkan likuiditas saham SIDO, terutama investor ritel.
Stock split (pemecahan saham) merupakan kondisi untuk meningkatkan jumlah per lembar saham dalam suatu perusahaan atau emiten. Kondisi tersebut menyebabkan penurunan harga saham, tetapi tidak menyebabkan perubahan total kapitalisasi pasar. Sebelum melakukan stock split, emiten harus memperoleh izin dari pemegang saham.
Memang, stock split membuat saham semakin murah. Apakah hal tersebut membuat rugi investor lama atau sebaliknya? Bagaimana investor pemula menyikapi hal tersebut? Cek fakta menarik tentang stock split.
● Harga Saham Lebih Murah
Ketika harga saham murah dan kondisi perusahaan sedang berkembang, hal itu akan menarik minat investor. Tak hanya investor yang memiliki modal besar, investor yang memiliki modal minim pun bisa membelinya.
Semakin banyak investor yang membeli saham perseroan, maka likuiditas saham juga semakin meningkat. Karena likuiditas merupakan salah satu faktor dalam berinvestasi saham, CNBCIndonesia.com (01/10/2019).
Misal harga saham SIDO sebelum stock split yaitu Rp1.000 per lembar. Rasio stock split 1:2. Jadi setelah pemecahan saham, harga per lembarnya menjadi Rp500.
● Peluang Bagi Investor
Karena harga saham murah, kondisi tersebut adalah peluang bagi investor terutama bagi yang pemilik modal cekak. Namun sebelum berinvestasi saham, apapun saham yang akan dibeli, sebaiknya lakukan, pertama, pilih perusahaan sekuritas yang telah mengantongi izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Untuk daftar perusahaan sekuritas, kamu bisa mengeceknya di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) dan OJK. Salah satunya, Ajaib Sekuritas, yang memungkinkan investor membuka rekening melalui aplikasi Ajaib. Di perusahaan tersebut, kamu akan membuat rekening efek yang berfungsi sebagai penyimpan dana serta wadah investor untuk bertransaksi.
Kedua, fasilitas perusahaan sekuritas. Biasanya, fasilitas yang berikan oleh sekuritas kepada investor antara lain aplikasi untuk memantau pergerakan saham, penawaran saham perdana (IPO), analisis dari sekuritas, dan lainnya. Semakin banyak fasilitas yang diberikan, biaya jasanya akan semakin tinggi.
Ketiga, cek fundamentalnya. Mulai dari menghitung price to earning ratio (PER), price to book value (PBV), mengecek keuangan perseroan, hingga mengikuti aksi korporasinya.
PER adalah rasio keuntungan perseroan dibanding harga saham yang beredar. Jika PER rendah, harga sahamnya murah. Hal itu berlaku sebaliknya.
Sedangkan PBV adalah nilai bursa saham perseroan terhadap nilai bukunya. Nilai PBV rendah berarti harga saham perseroan terbilang masih terjangkau. Untuk mengetahui rendah atau tinggi, bandingkan beberapa emiten pada industri yang sama. Semua informasi tersebut bisa kamu dapatkan di laman Bursa Efek Indonesia (BEI).
● Jumlah Saham Bertambah
Fakta menarik lainnya adalah jumlah saham akan bertambah. Bagi investor lama, ketika emiten melakukan stock split, sehingga jumlah saham yang dimilikinya akan bertambah.
Misal kamu memiliki 100 unit (satu lot) saham SIDO. Jika rasio stock split 1:2, maka setiap satu saham akan dipecah menjadi dua saham. Sehingga jumlah saham yang akan kamu menjadi 200 unit.
● Perubahan Bobot Saham
Stock split adalah adanya perubahan bobot saham. Berdasarkan riset CNBC Indonesia, 10 emiten yang melakukan stock split tiga tahun terakhir mengalami perubahan bobot saham. Lima di antaranya mengalami kenaikan, dua mengalami penurunan, dan tiga saham lain tak ada perubahan.
Fakta menarik ini mengindikasikan bahwa memecah harga dan volume saham tak langsung membuat investor berbondong-bondong membelinya. Karena hasilnya ada yang mengalami kenaikan dan penurunan.
Misal saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengalami kenaikan bobot saham hingga satu persen poin sejak stock split pada 2017 hingga sekarang Oktober 2019. Hal tersebut dikarenakan kinerja emiten positif dan industri perbankan memiliki daya tarik sangat kuat.
Sebaliknya, PT Toba Bara Sejahtra Tbk (TOBA) justru mengalami penurunan bobot saham. Sejak stock split hingga Oktober 2019, bobot saham menurun -12,5 persen. Penyebabnya adalah perseroan yang berada pada industri pertambangan batu bara ini terkena imbas sentimen negatif terhadap permintaan Tiongkok yang menurun.
Berinvestasi di Tengah Pasar yang Bergejolak
Emiten yang melakukan stock split memang menarik, karena harganya bisa lebih murah. Namun apakah kamu akan berinvestasi menunggu emiten stock split? Sampai kapan menunggu?
Pertama, semakin cepat masuk di dalam bursa saham, investor akan memperoleh keuntungan optimal. Terlebih jenis investasi ini cocok untuk jangka panjang. Kamu bisa merasakan hasil investasi saham setidaknya 10 tahun mendatang.
Kedua, pilih saham dengan fundamental baik. Di tengah pasar yang bergejolak akibat pandemi virus korona (covid-19), hampir semua harga saham menurun. Namun kamu tetap bisa membeli saham dengan fundamental baik.
Biasanya saham yang masuk daftar LQ45 BEI memiliki fundamental baik. Cek juga PER, PBV, return on equity (ROE), dan debt equity ratio (DER).
Ketiga, hindari membeli saham IPO. Aidil Akbar Madjid, Ketua International Association of Register Financial Consultant (IARFC) Indonesia, mengatakan bahwa investor pemula sebaiknya jangan membeli saham yang ditawarkan perdana (IPO).
Karena emiten belum memiliki rekam jejak pergerakan saham. Bahkan emiten sebesar Garuda Indonesia (GIAA) anjlok, CNNIndonesia.com (22/07/2020).
Aidil menyarankan pemula untuk membeli saham yang punya kinerja bisnis bagus dan cukup lama berada di lantai bursa. Ia juga telah berhasil melewati beberapa kali krisis ekonomi. Hal tersebut untuk menghindari dari kerugian.