Ajaib.co.id – Banyak pemula ingin membeli saham IPO dengan anggapan harga saham pasti akan naik terus setelah perusahaan resmi menjadi anggota bursa. Padahal, ini hanya mitos belaka, karena diperlukan pengetahuan membeli saham IPO untuk pemula.
Memang ada banyak saham yang mengalami kenaikan harga terus-menerus setelah IPO. Tapi, banyak juga yang justru jatuh secara drastis.
Mari ambil contoh saham Waskita Beton Precast (WSBP). WSBP go public dengan harga penawaran Rp490 per lembar pada tanggal 20 September 2016. Sebulan kemudian, harga saham WSBP naik ke Rp645. Tapi setelah itu, harganya merosot terus.
Saat ini, WSBP diperdagangkan pada harga Rp175. Coba hitung berapa besar kerugian investor yang membeli saham WSBP saat IPO dan mempertahankannya sampai sekarang. Padahal, WSBP merupakan anak usaha PT Waskita Karya (WSKT) yang termasuk perusahaan BUMN ternama di bidang konstruksi.
Contoh lain, saham Sentral Mitra Informatika (LUCK) yang belakangan ini santer gegara tersangkut skandal Jouska. LUCK melantai di Bursa Efek Indonesia dengan harga Rp428 pada 28 November 2018. Harganya meroket pesat sampai menyentuh Rp2050 per lembar pada Juli 2019, tetapi kemudian ambruk sampai terpuruk pada Rp180 dalam perdagangan tanggal 25 Agustus 2020.
Dari kedua contoh di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa harga saham setelah IPO tidak terjamin bakal naik terus. Sejumlah investor berpengalaman justru tidak suka membeli saham IPO, karena beberapa alasan. Pertama, kinerja perusahaan yang baru go public itu belum terlihat dan terbukti. Kedua, ada kecurigaan kalau perusahaan dan sekuritas penjamin emisi tertentu dapat terlibat kongkalikong untuk mempermahal harga penawaran awal. Alhasil, membeli saham IPO malah berakhir boncos.
Tips Membeli Saham IPO untuk Pemula
Calon investor perlu mengetahui beberapa kiat khusus agar terhindar dari kerugian yang semestinya dapat diwaspadai sejak awal. Berikut ini beberapa tips membeli saham IPO yang dapat dipraktekkan dengan mudah:
- Mempelajari Prospektus Saham IPO
Menurut Wikipedia Indonesia, prospektus adalah gabungan antara profil perusahaan dan laporan tahunan yang menjadikannya sebuah dokumen resmi yang digunakan oleh suatu lembaga atau perusahaan untuk memberikan gambaran mengenai saham yang ditawarkannya untuk dijual kepada publik. Semua perusahaan yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia diwajibkan untuk merilis prospektus.
Prospektus memuat info dan data penting perusahaan, mulai dari riwayat bisnisnya, bidang usahanya, ringkasan laporan liabilitas dan ekuitas, tujuan IPO, jumlah saham yang akan ditawarkan ke publik, nilai nominal dan harga penawaran sahamnya, hingga rencana kerja ke depan. Info dan data ini akan menjadi modal utama dalam menilai apakah saham IPO layak dibeli atau tidak.
Secara khusus, carilah jawaban dari lima pertanyaan berikut ini saat membaca prospektus saham IPO:
- Apakah bidang usaha perusahaan memiliki masa depan yang prospektif, atau justru trennya sudah kedaluwarsa? Bidang yang berkaitan dengan kebutuhan pokok umat manusia seperti Consumer Goods, Infrastruktur, dan Kesehatan biasanya diminati investor. Sebaliknya, industri rokok dan minuman keras akan dihindari karena operasional bisnisnya dibatasi oleh beragam peraturan pemerintah. Ada pula bisnis seperti taksi yang kini terancam oleh perkembangan teknologi. Prospek bisnis maskapai dan pariwisata juga cukup kompleks sehubungan dengan pandemi COVID-19.
- Bagaimana segmentasi atau pangsa pasar dari produk-produk buatan perusahaan tersebut? Di Indonesia, perusahaan yang memiliki segmentasi pasar ritel (B2C) biasanya lebih laris manis daripada segmentasi korporat (B2B). Lebih baik lagi jika perusahaan tersebut menguasai sebagian besar pangsa pasar dalam bisnis terkait.
- Bagaimana perbandingan kinerja perusahaan itu dibandingkan perusahaan lain dari industri yang sama yang sudah melantai di bursa? Dua perusahaan yang sama-sama memiliki segmentasi ritel bisa jadi memiliki kinerja berbeda, tergantung strategi bisnis masing-masing dan kemampuan mereka beradaptasi dengan kondisi ekonomi terkini. Sebagai gambaran, coba bandingkan bisnis taksi Blue Bird (BIRD) dan Express (TAXI). TAXI lebih dulu go public, tetapi kinerja saham BIRD justru lebih baik.
- Berapa banyak jumlah saham yang dilepas ke publik? Perusahaan tidak akan melepas semua sahamnya untuk dimiliki publik, tetapi likuiditas saham akan ditentukan oleh banyaknya jumlah saham yang beredar di bursa. Semakin banyak saham yang dilepas, biasanya likuiditas akan makin bagus.
- Apa tujuan IPO perusahaan? Ada perusahaan yang akan menggunakan dana hasil IPO untuk memperluas bisnis atau mendirikan pabrik baru. Ada juga perusahaan yang melaksanakan IPO dengan tujuan membayar utang atau demi prestise. Tujuan IPO terbaik adalah untuk ekspansi bisnis. Tapi ekspansi ini juga harus disertai rencana bisnis yang dipaparkan dengan jelas dan realistis.
Apabila belum terbiasa membaca prospektus, cobalah mengumpulkan beberapa prospektus saham IPO terdahulu sebagai bahan perbandingan. Seiring dengan bertambahnya pengalaman, niscaya akan makin mahir mengevaluasi prospek saham IPO.
- Meninjau Reputasi Calon Emiten
Prospektus bertujuan untuk menampilkan profil terbaik perusahaan di mata investor, sehingga kemungkinan belum menyinggung hal-hal yang berpotensi eksplosif di kemudian hari. Oleh karena itu, ada baiknya calon investor juga memeriksa reputasi perusahaan di media massa.
Hal-hal yang perlu diwaspadai contohnya perusahaan properti yang sering terlibat sengketa dengan tenant, perusahaan tambang yang diduga melakukan pencemaran lingkungan, dan sejenisnya. Ada kemungkinan pula perusahaan saat ini masih bereputasi baik, tetapi pemilik saham pengendalinya memiliki jejak kasus korupsi atau skandal lain.
Sebaliknya, perusahaan bereputasi bagus tentu akan banyak dibahas dengan nada positif di media massa. Misalnya kegiatan CSR yang berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, testimoni konsumen yang merasa puas terhadap kualitas produk dan layanannya, menang tender untuk proyek prioritas pemerintah, serta kabar-kabar baik serupa.
- Memeriksa Rekam Jejak Penjamin Emisi
Dalam pembahasan di atas, kita telah menyinggung tentang adanya kecurigaan kalau perusahaan dan sekuritas penjamin emisi tertentu terlibat kongkalikong untuk menaikkan harga penawaran saham IPO. Inilah salah satu alasan mengapa kita harus mengenal siapa sekuritas penjamin emisi saham IPO incaran kita.
Sebuah IPO biasanya dianggap sukses jika mencapai oversubscribe, yaitu total saham yang dipesan oleh investor melebihi jumlah total saham yang ditawarkan. Tapi kadang-kadang oversubscribe terjadi karena rekayasa bandar. Ada pula modus lain yang disebut dengan istilah “mafia pooling” di mana bandar membeli sebanyak-banyaknya jatah saham (pooling allotment) investor ritel untuk digoreng segera setelah IPO.
Guna menghindari skenario-skenario seperti itu, ketahuilah siapa perusahaan sekuritas penjamin emisi saham IPO yang sedang diincar. Pastikan perusahaan sekuritas memiliki reputasi yang baik, sering memandu IPO yang benar-benar sukses, serta punya platform trading yang populer di kalangan investor ritel. Belum mengenal banyak sekuritas? Diskusikanlah dengan rekan investor yang lebih berpengalaman di forum-forum saham online maupun offline.
Kesimpulan
Memang ada potensi keuntungan besar dari membeli saham IPO. Namun, calon investor tidak boleh asal beli tanpa pertimbangan sama sekali. Membeli saham IPO pun butuh analisis dan penyelidikan agar investor dapat mengevaluasi kinerja perusahaan dan prospeknya ke depan.
Analisis teknikal belum dapat diterapkan pada saham IPO, karena belum ada grafik harga saham yang dapat ditinjau. Meski demikian, kita bisa memeriksa prospektus dan profil perusahaan yang akan IPO dengan cermat agar hasil akhirnya benar-benar cuan sesuai ekspektasi. Dokumen terkait dapat diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (IDX) atau perusahaan sekuritas yang ikut serta dalam IPO.