Saham

Menghitung Valuasi Saham dengan EV dan EBITDA, Ini Triknya!

valuasi

Valuasi saham dapat dihitung dengan banyak cara. Beberapa cara menghitung valuasi saham paling populer antara lain dengan rasio PER (Price Earning Ratio) dan PBV (Price to Book Value). Selain itu, kita bisa menghitung valuasi saham dengan rasio Enterprise Value dibagi EBITDA (EV/EBITDA Ratio).

Apa Itu Enterprise Value (EV)?

EV adalah total nilai perusahaan dengan memperhitungkan kapitalisasi pasar ditambah utang dan dikurangi oleh kas yang dimiliki perusahaan tersebut.

Ada dua cara menghitung EV sebagai berikut:

  1. Enterprise Value (EV) = Kapitalisasi + Utang – Kas dan Setara Kas
  2. Enterprise Value (EV) = Saham Preferen + Utang + Saham Biasa + Bunga Minoritas – Kas dan Setara Kas

Enterprise Value terdiri atas lima (5) komponen utama, yaitu nilai ekuitas (kapitalisasi pasar), total utang perusahaan, kas dan setara kas yang dimiliki oleh perusahaan, saham preferen yang diterbitkan oleh perusahaan, serta kepentingan non-pengendali (minoritas). 

Apa Itu EBITDA?

EBITDA adalah kependekan dari “Earnings Before Interest Taxes Depreciation and Amortization” atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi. Data EBITDA sering dipergunakan sebagai proksi untuk arus kas, meskipun tidak berlaku untuk semua sektor.

Rumus EBITDA sebagai berikut:

EBITDA = Laba Bersih + Bunga + Pajak + Depresiasi + Amortisasi

Semua data tertera dalam laporan keuangan emiten. Kamu dapat menghitungnya secara manual maupun menengok data terkait pada platform trading saham.

Bagaimana Cara Menghitung Valuasi dengan EV/EBITDA?

Kamu dapat menghitung valuasi dengan EV/EBITDA dalam tujuh (7) langkah berikut ini:

  1. Pilih salah satu sektor yang diminati, misalnya sektor perbankan, FMCG, atau lainnya.
  2. Buatlah sebuah daftar yang terdiri atas 5-10 emiten paling prospektif dalam sektor tersebut.
  3. Lakukan riset atas setiap kondisi bisnis setiap emiten, kemudian sisihkanlah emiten yang paling unik (misalnya skala bisnis terlalu besar atau terlalu kecil, pangsa pasar berbeda, dll). Emiten yang lolos seleksi adalah emiten-emiten yang memiliki kondisi bisnis paling selaras dalam sektor tersebut.
  4. Himpunlah laporan keuangan emiten selama tiga tahun terakhir.
  5. Himpunlah data pasar saat ini untuk setiap emiten.
  6. Hitunglah EV/EBITDA untuk setiap emiten.
  7. Bandingkanlah EV/EBITDA setiap emiten, kemudian cari tahu apakah rasionya tergolong overvalue atau undervalue dalam sektor tersebut.

Penilaian atas rasio EV/EBITDA tergantung pada perbandingan rasio antar emiten yang berada dalam satu sektor. Emiten yang memiliki rasio EV/EBITDA lebih besar biasanya dianggap sudah overvalue. Sedangkan emiten dengan rasio EV/EBITDA lebih rendah dianggap undervalue.

Apabila kamu mengincar perusahaan yang sudah mapan, maka kamu dapat memilih saham dengan rasio EV/EBITDA lebih besar. Emiten-emiten itu biasanya memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan rivalnya, seperti market leader, manajemen terbaik, pertumbuhan paling pesat, dll. Namun, valuasi sahamnya sudah tergolong mahal.

Sedangkan jika kamu mencari saham dengan valuasi yang murah, maka pilihlah rasio EV/EBITDA lebih rendah. Pertumbuhan emiten-emiten ini belum optimal, sehingga memiliki prospek kenaikan lebih besar.

Ada anggapan bahwa rasio EV/EBITDA yang bagus adalah di bawah 10x. Namun, pada dasarnya, tidak ada aturan absolut mengenai angka EV/EBITDA tertentu yang baik ataupun buruk. 

Bagaimana jika suatu emiten memiliki rasio EV/EBITDA yang negatif? Implikasinya tergantung pada jenis usaha emiten tersebut. 

Ada emiten yang memiliki rasio EV/EBITA negatif karena sedang mengalami masalah keuangan. Namun, perusahaan startup juga sering memiliki rasio EV/EBITDA negatif karena arus kas yang buruk meskipun prospek pertumbuhannya tetap tinggi.

Kelebihan dan Kekurangan Rasio EV/EBITDA

Kita dapat menghitung valuasi berdasarkan rasio EV/EBITDA dengan sangat mudah. Semua informasinya sudah tersedia dalam laporan keuangan dan data pasar. Rasio ini juga sangat tepat untuk membandingkan valuasi antar saham dalam satu sektor.

Di sisi lain, rasio EV/EBITDA memiliki sejumlah kelemahan. Pertama, rasio ini belum memperhitungkan belanja modal. Kedua, rasio ini tidak dapat digunakan untuk menghitung valuasi saham yang menghuni beberapa sektor berbeda. 

Jadi, apakah kamu akan menghitung valuasi saham dengan rasio EV/EBITDA atau parameter lainnya? Pilihan mana pun baik asalkan sesuai dengan latar belakang bisnis emitennya.

Mulai Investasi di Ajaib Sekuritas Sekarang!

Sebagai aplikasi Pilihan #1 Investor Indonesia, Ajaib hadir untuk memberikan pengalaman trading yang lebih cepat, aman, dan handal. Yuk mulai berinvestasi di saham, reksa dana, hingga aset kripto di platform Ajaib. Proses pendaftarannya mudah dan 100% online.

Ada berbagai fitur menarik yang tersedia untuk membantu Anda memaksimalkan potensi profit dari trading saham, salah satunya X-TRA Day Trading. Anda dapat menikmati X-TRA buying power hingga 7x lipat untuk maksimalkan potensi cuan.

Jadi, tunggu apalagi? Yuk, download aplikasi Ajaib sekarang! Untuk investor crypto, Anda juga dapat men-download aplikasi trading Ajaib Kripto di Play Store dan App Store.

Artikel Terkait