Ajaib.co.id – Mungkin masih banyak yang belum tahu mengenai apa itu EBITDA. Namun jangan khawatir, redaksi Ajaib akan mengulas apa itu EBITDA dan mengapa hal itu penting untuk perusahaan.
Mungkin bagi sebagian orang kata EBITDA masih asing. Akan tetapi bagi kamu yang bekerja atau berkecimpung di dunia akuntansi, maupun yang bekerja di perusahaan pasti mengenal istilah tersebut. Istilah EBITDA itu merupakan singkatan dari Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization atau pendapatan sebelum bunga pajak depresiasi dan amortisasi.
Apa itu EBITDA?
Apabila diartikan ke bahasa Indonesia EBITDA berarti pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, serta amortisasi. Lebih simpelnya adalah laba bersih perusahaan sebelum dikurangi dengan empat komponen tersebut.
Apa itu EBITDA juga bisa dijawab sebagai alat pengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Dalam sebuah perusahaan EBITDA ini begitu penting. Apa saja itu? Maka dari itu Ajaib akan menjelaskan lebih lanjut untuk kamu.
Kegunaan Dari EBITA
EBITDA ini digunakan di banyak perusahaan yang bertujuan untuk menganalisa pendapatan sebelum akhirnya dikurangi dengan bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi.
Hal itu berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan akan tampak lebih besar dan sehat dibandingkan saat setelah dibagi atau dikurangi empat komponen di atas. Adapun fungsi EBITDA adalah sebagai berikut:
- Menganalisa profitabilitas perusahaan yang bergerak di bidang yang sama dengan mengeliminasi pendanaan serta modal.
- Digunakan untuk membandingkan keuntungan dengan beberapa perusahaan lain.
- Pelaporan laba atau pendapatan perusahaan sebelum dikurangi bunga utang dan wajib pajak kepada pemerintah.
- Membandingkan keuntungan dan nilai dari sebuah perusahaan ke dalam rasio valuasi.
Cara Menghitung EBITDA
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, EBITDA merupakan laba bersih yang ditambahkan bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Maka dari itu, perhitungannya cukup sederhana, yaitu:
EBITDA = Laba + Bunga + Pajak + Depresiasi + Amortisasi
Dari rumus tersebut didapat keterangan bahwa bunga yang ditambahkan ke dalam laba bertujuan untuk menetralisasi jumlah utang dan efek yang diakibatkan oleh biaya pajak perusahaan. Metode ini juga sering dipakai perusahaan guna ‘menyiasati’ ketika ingin membuat laporan keuangan mereka, ketika profit yang diperoleh kecil.
Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Perusahaan
Pada EBITDA sendiri ada beberapa komponen yang memberikan pengaruh terhadap pendapatan perusahaan, yakni bunga, pajak, penyusutan (depresiasi), dan amortisasi.
1. Bunga
Bunga ini didapat dari hasil dana pinjaman perusahaan untuk membiayai kegiatan operasional. Tiap perusahaan punya struktur permodalan yang tidak sama, sehingga bunganya pun berbeda-beda.
Akan sangat mudah apabila membandingkan performa perusahaan dengan cara menambahkan lagi bunga yang dibebankan tanpa melihat struktur modal perusahaan tersebut. Akan tetapi banyak perusahaan yang masih bisa mengambil keuntungan dari sini.
2. Pajak
Selain bunga, pajak yang dibayarkan perusahaan sudah pasti tidak sama. Tergantung dari laba yang dihasilkan, serta kebijakan pemerintah daerah tempat perusahaan menjalankan bisnisnya. Melakukan pengurangan pajak ke dalam laba tidak bisa memperlihatkan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Maka dari itu, perhitungan EBITDA ditambahkan kembali pajak di dalamnya.
3. Depresiasi
Depresiasi diperoleh berdasarkan aset dan kelengkapan yang dipakai perusahaan untuk menjalankan kegiatan operasionalnya. Bagi perusahaan yang memiliki investasi dalam bentuk aset jangka panjang (bangunan dan kendaraan) dipastikan akan kehilangan nilai asetnya di waktu yang akan datang.
Aset yang nilainya hilang ini akan dicatat dalam biaya depresiasi atau penyusutan oleh perusahaan. Selain aset yang berwujud, ada juga aset tidak berwujud yang bisa kehilangan nilanya seperti hak paten.
4. Biaya Amortisasi
Amortisasi dapat diartikan sebagai penurunan nilai penyusutan dari aset perusahaan yang memiliki umur ekonomis lama. Istilah ini dapat diartikan sebagai pengalokasian biaya aktiva tak berwujud yang mengacu pada pengurangan kewajiban dengan pembayaran pokok serta bunga secara teratur dalam jumlah tertentu sampai pinjaman terbayar saat tanggal jatuh tempo.
Depresiasi dan amortisasi sangat bergantung pada manfaat ekonomi dari aset yang dimiliki perusahaan, metode depresiasi yang dijalankan, dan nilai tersisa di masa depan. Depresiasi dan amortisasi bisa dilihat dalam laporan arus kas perusahaan. Kedua komponen ini ditambahkan kembali untuk memperoleh nilai pengeluaran kas yang sebenarnya.
Kelemahan Dari EBITDA
Walaupun pada praktiknya EBITDA ini banyak digunakan oleh para pelaku usaha, namun secara penerapannya EBITDA tidak termasuk dalam Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) atau standar akuntansi. Inilah yang menyebabkan kenapa perhitungan EBITDA di setiap perusahaan berbeda-beda.
Dengan alasan fleksibilitas, banyak perusahaan yang akhirnya memilih memperlihatkan EBITDA dibandingkan laba bersih. Hal ini supaya pihak yang meninjau laporan keuangan tidak bisa melihat dengan jelas kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya, seolah-olah tidak ada masalah dengan keuangan mereka.
Tentu hal ini harus diantisipasi oleh para investor atau kreditur yang berhubungan langsung dengan perusahaan. Apabila perusahaan lebih sering melaporkan hasil EBITDA ketimbang laba menunjukkan laba bersihnya, artinya perusahaan sedang bermasalah.
Bisa saja perusahaan mengalami kerugian karena utang yang terlalu banyak atau kenaikan biaya produksi.
Maka dari itu jangan terlalu menonjolkan EBITDA kepada pihak luar. Karena akan sangat merugikan perusahaan yang membuat pihak luar curiga dengan kondisi keuangan perusahaan secara menyeluruh. Daripada memperlihatkan EBITDA, investor atau pihak luar lebih tertarik meninjau laporan kas perusahaan.
Melalui laporan ini, semua informasi yang disajikan lebih baik mengenai aliran kas perusahaan. Oleh sebab itu, laporan arus kas bisa jadi pertimbangan dan pilihan yang baik jika kamu ingin menjalin kerja sama dengan investor atau kreditur.
Fakta Lain tentang EBITDA
Di kalangan pemilik bisnis, istilah ini sangat populer, namun tidak masuk dalam Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) atau lebih dikenal dengan praktek akuntansi standar. Kenapa? Karena hasil perhitungan dengan metode ini, antar perusahaan yang satu dengan yang lain sangat bervariasi.
Karena fleksibilitas yang tinggi, perusahaan cenderung menonjolkan EBITDA dibanding laba bersih dengan tujuan mengalihkan perhatian dari sektor-sektor problematis dalam keuangan perusahaan. Sehingga tidak heran banyak investor yang sangat mengantisipasi hal ini. Karena ketika perusahaan terus melaporkan EBITDA dan tidak pernah menjabarkan laba bersih, kemungkinan keuangan perusahaan sedang menghadapi masalah keuangan seperti banyak utang atau mengalami kenaikan biaya produksi dan modal.
Kesimpulan
EBITDA sejatinya bisa memberikan manfaat untuk menilai kinerja keuangan perusahaan sebelum dikurang bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Dengan begitu, pemilik bisa mengetahui bagaimana performa perusahaan yang sebenarnya dan dapat membandingkannya dengan periode sebelumnya atau perusahaan lain.
Kendati demikian, ada saja beberapa pihak yang memanfaatkan EBITDA untuk menggunakan atau membuat laporan dengan dengan tidak baik. Tujuannya untuk memanipulasi kinerja keuangan perusahaan supaya terlihat sehat dan seolah-olah tidak terjadi masalah apapun di dalamnya.