Analisis Saham

Terancam Delisting, Apakah Saham SKYB Punya Peluang Pulih?

saham-skyb

Ajaib.co.id – Otoritas Bursa Efek Indonesia pada bulan Agustus 2021 memaparkan nama lima emiten yang berpotensi terkena penghapusan pencatatan (delisting) pada tahun 2022. Kelima emiten itu adalah PT Rimo International Lestari (RIMO), PT Mitra Pemuda (MTRA), PT Siwani Makmur Indonesia (SIMA), PT Ratu Prabu Energi (ARTI), dan PT Northcliff Citranusa Indonesia Tbk (SKYB).

Saham SKYB termasuk sektor teknologi yang sedang booming, tetapi kenapa masuk dalam daftar saham yang terancam delisting? Dan apakah saham SKYB punya peluang pulih? Mari kita bahas latar belakang fundamental dan prospeknya ke depan.

Profil Singkat Emiten

Perusahaan ini melaksanakan penawaran perdana ke bursa dengan nama PT Skybee Tbk (SKYB) pada tanggal 7 Juli 2010. Perusahaan baru mengganti nama menjadi PT Northcliff Citranusa Indonesia Tbk pada April 2019, beberapa waktu setelah saham SKYB disuspensi oleh otoritas BEI.

Kepemilikan saham SKYB tersebar di antara banyak pihak. Pemegang saham pengendali adalah Tres Maria Capital Ltd (15,28%), tetapi pemegang saham tunggal terbesar adalah Ora Pro Nobis International Corp (18,36%). Sedangkan pemegang saham lainnya berturut-turut: Reksa Dana Narada Saham Indonesia II (10,48%), DBS Bank Ltd SG-PB Clients (8,99%), PT Syailendra Capital (7,73%). Erry Sulistio (7,61%), dan masyarakat (31,51%).

Kondisi Keuangan Emiten SKYB

PT Northcliff Citranusa Indonesia Tbk memiliki bisnis eksisting berupa perdagangan telepon seluler dan produk penunjangnya, termasuk distribusi penjualan voucher pulsa. Setelah rebranding pada April 2019, emiten ini berencana untuk mendiversifikasi usaha agar bisa memperbaiki kinerja. Namun, belum ada kabar lagi tentang upaya pembenahan bisnisnya hingga memasuki kuartal ketiga 2021.

SKYB bahkan menunggak laporan keuangan selama dua tahun berturut-turut. Perusahaan ini terakhir kali melaporkan kondisi keuangannya per kuartal III tahun 2019.

Laporan keuangan emiten SKYB kuartal III/2019 menunjukkan kinerja yang porak-poranda. Perusahaan mencetak rugi bersih sebesar Rp26,96 miliar, sementara cash flow mengalami defisit Rp90,26 miliar dan kerugian operasional mencapai Rp543,09 miliar.

Rasio utang SKYB sangat rendah, hanya 14,43%. Namun, perusahaan ini tak punya kemampuan untuk menghasilkan laba. Meninjau laporan tahunan SKYB sebelumnya, perusahaan ini ternyata sudah merugi sejak tahun 2017.

Prospek Saham SKYB

Investor yang sudah telanjur mengantongi saham SKYB dalam portofolionya mungkin bertanya-tanya, “Bisakah saham SKYB bangkit kembali?” Sayangnya, situasi saat ini mengisyaratkan bahwa saham SKYB tak punya prospek sama sekali. Saham ini hampir pasti bakal didepak dari bursa.

Terdapat beberapa gelagat buruk yang membayangi saham SKYB saat ini. Yang pertama dan terutama, perusahaan belum pernah mempublikasikan rencana bisnis tertentu sejak rebranding pada tahun 2019 lalu. Sejumlah keterbukaan informasi yang dirilis oleh manajemen SKYB juga mengindikasikan tiada perbaikan signifikan dalam kondisi perusahaan.

Pada keterbukaan informasi bertanggal 22 Februari 2021, SKYB meminta perpanjangan waktu karena masih dalam pembahasan internal dan mengatakan bahwa audit laporan keuangan tahun 2019 akan diberikan pada akhir Maret 2021. Namun, laporan keuangan akhir tahun 2019 ternyata belum muncul. Pada keterbukaan informasi bertanggal 26 Agustus 2021, SKYB justru menegaskan lagi bahwa perseroan belum dapat mempublikasikan penjelasan yang diminta oleh bursa.

Kesimpulan

Sektor teknologi memang termasuk salah satu bidang usaha yang paling prospektif di era digital. Namun, hal ini tidak lantas berarti semua saham yang bergerak dalam bidang teknologi pasti menguntungkan.

Perusahaan bidang teknologi dituntut untuk terus-menerus membuat terobosan baru, menciptakan solusi baru yang sesuai dengan perkembangan zaman. Sayangnya, SKYB agaknya gagal merealisasikan idealisme tersebut. Perusahaan terpaku pada bisnis ritel ponsel dan voucher pulsa, padahal konsumen kini lebih terbiasa melaksanakan transaksi jual-beli produk-produk tersebut secara online

Bagi investor, contoh kasus ini menyediakan pelajaran berharga untuk selalu mengenal bisnis perusahaan sebelum berinvestasi. Bisnis jualan pulsa yang sudah kedaluwarsa memang sudah lama tak menguntungkan lagi. Tapi saham teknologi yang menggarap bidang data center dan solusi sistem IT menunjukkan kinerja yang baik. Sejumlah saham teknologi bahkan mampu mencetak kenaikan ratusan kali lipat antara tahun 2020 dan 2021, berkebalikan dengan saham SKYB yang tersuspensi.

Selain itu, kita juga perlu mewaspadai emiten mana saja yang mangkir dari kewajiban menyampaikan laporan keuangan kuartalan dan laporan tahunan. Logikanya sederhana saja, “Apabila tak ada masalah sama sekali, mengapa perusahaan tak mempublikasikan laporan keuangan?”

Jadi, pastikan semua saham yang kamu pilih telah merilis laporan keuangan dengan kinerja yang baik.

Artikel Terkait