Analisis Saham

Bedah Saham ATIC, Perusahaan Terkemuka yang Terbelit Utang

saham-atic

Ajaib.co.id – Saham teknologi Indonesia semakin banyak diminati oleh investor dan trader. Namun, tak semua perusahaan dalam bidang ini memiliki kinerja yang bagus. Salah satu contohnya adalah PT Anabatic Technologies Tbk (ATIC) yang akan kita ulas dalam artikel ini.

Profil Singkat Emiten

PT Anabatic Technologies Tbk merupakan perusahaan penyedia solusi IT bagi berbagai perusahaan swasta dan instansi pemerintahan, mulai dari sektor perbankan dan asuransi hingga telekomunikasi dan telemedisin. Lini bisnis Anabatic terbagi menjadi tiga, yakni Mission Critical Digital Solution (MCDS), Business Process Outsourcing (BPO), dan Value Added Distribution (VAD).

1.    MCDS mencakup aplikasi end-to-end seperti implementasi hardware dan software, kustomisasi, maintenance rutin, dan solusi keamanan IT. Lini bisnis ini diwakili oleh Anabatic Digital Raya. Beberapa kliennya antara lain Bank Indonesia, LPS, Bank Mandiri, BNI, BCA, Bank BRI, dll.

2.    Layanan BPO terintegrasi dan komprehensif mencakup segala perangkat yang dibutuhkan untuk pengelolaan personalia (human resources), pengalaman pelanggan (customer experience), serta nilai tambah dan teknologi. Lini bisnis ini diwakili oleh DEOS Group.

3.    Lini VAD diwakili oleh PT Computrade Technology International, menyediakan solusi infrastruktur IT seperti high-end servers, storage, enterprise software, dan security untuk klien B2B.

Anabatic Technologies melaksanakan penawaran perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Juli 2015 dengan kode saham ATIC. Harga penawaran perdana sebesar Rp700 per lembar.

Pertumbuhan harga saham ATIC dari tahun ke tahun relatif terbatas. Sempat mengalami ARA sampai menyentuh harga tertinggi Rp2.260 pada bulan Juni 2021, tetapi langsung anjlok lagi dan saat ini berada pada tingkat harga Rp635 per lembar. Kapitalisasi pasarnya sebesar Rp1,47 triliun, alias tergolong mid-cap stocks.

Kepemilikan ATIC tersebar di antara banyak pihak. Pemilik saham tunggal terbesar adalah TIS Inc (37,30%). Sedangkan para pemegang saham pengendalinya adalah PT Artha Investama Jaya (28,70%), Handoko Anindya Tanuadji (10,22%), PT Sam Investama (5,18%), PT Flaminggo Mandiri (2,42%), Rosy Merianti Tanuadji (1,22%), dan Andrian Anindya Tanuadji (0,93%). Terakhir, kepemilikan saham ATIC oleh masyarakat sebesar 14,04%.

Kinerja Laporan Keuangan Terakhir

PT Anabatic Technologies Tbk membukukan kerugian beruntun selama beberapa kuartal terakhir. ATIC menutup tahun 2020 dengan rugi bersih mencapai Rp554,45 miliar, padahal sempat memperoleh laba bersih Rp11,83 miliar di penghujung tahun 2019. Kinerja kuartal pertama dan kedua 2021 juga masih melempem.

Berikut rangkuman kinerja laba ATIC berdasarkan laporan keuangan terakhir:

Komponen Laba II/2021 II/2020
Penjualan dan pendapatan usaha Rp2,69 triliun Rp2,94 triliun
Beban pokok penjualan dan pendapatan Rp2,23 triliun Rp2,46 triliun
Laba bruto Rp462,33 miliar Rp481,42 miliar
Laba (rugi) yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk (Rp42,43 miliar) (Rp64,01 miliar)
Laba (rugi) per saham (Rp18,32) (Rp27,65)

*Keterangan: Tanda kurung menandakan kinerja negatif.

Total aset ATIC menyusut signifikan menjadi Rp3,75 triliun dalam laporan kuartal II/2021 dibandingkan Rp4,30 triliun pada akhir tahun 2020. Ekuitas juga berkurang menjadi Rp210,44 miliar dari sebelumnya Rp247,53 miliar. Sedangkan liabilitas menurun menjadi Rp3,40 triliun dari sebelumnya Rp3,90 triliun. Secara keseluruhan, laporan per kuartal II/2021 menunjukkan bahwa kinerja keuangan ATIC cukup buruk.

Riwayat Kinerja

Meskipun sudah mengetahui bahwa kinerja keuangan terkini cukup mengenaskan, ada baiknya juga kita meninjau rasio-rasio keuangan ATIC dari tahun-tahun sebelumnya.

Berikut ini perbandingan kinerja keuangan ATIC selama empat (4) tahun terakhir:

Rasio II/2021 IV/2020 IV/2019 IV/2018 IV/2017
ROE -40,32% -223,99% 1,48% 1,67% 5,79%
ROA -2,26% -43,47% 0,25% 0,26% 1,06%
NPM -1,58% -9,00% 0,21% 0,19% 0,75%
DER 1614,96% 1576,88% 483,18% 495,85% 411,61%

Tabel di atas menunjukkan bahwa ATIC memiliki kinerja yang terus memburuk dari tahun ke tahun. Lebih parah lagi, rasio utang dibanding ekuitasnya membengkak hingga lebih dari seribu persen.

Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham

PT Anabatics Technologies Tbk rutin membagikan dividen selama perusahaannya mampu menghasilkan laba. Namun, perusahaan tak membagikan dividen selama dua tahun belakangan ini lantaran tekor.

Berikut ini riwayat pembagian dividen saham ATIC dari laba tahun fiskal 2016 hingga 2019:

Tahun Dividen per Saham
2016 Rp6
2017 Rp7
2018 Rp7
2019 Rp7

Prospek Bisnis ATIC

Anabatic Technologies sebenarnya menggarap suatu bidang usaha yang sedang booming dan banyak dibutuhkan saat ini. Mulai dari digitalisasi layanan perbankan, kesehatan, dan efisiensi bisnis, semuanya membutuhkan solusi IT seperti yang disediakan oleh ATIC.

ATIC pada tahun 2021 juga terus melebarkan sayapnya hingga menggarap bidang fintech melalui anak usahanya, PT Emporia Digital Raya (EDR Group). Sejumlah solusi bidang fintech besutannya antara lain:

1.    Platform IKI Modal untuk peer-to-peer (P2P) lending dengan target utama Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Setelah satu tahun meluncur, platform ini telah memiliki lebih dari 25 ribu anggota terdaftar.

2.    Platform IKI Mitra sebagai solusi berbisnis bagi warung, BPR, Koperasi, BUMDES, dan komunitas. Memiliki fungsi pembelian dan pembayaran tagihan PLN, PDAM, pulsa, berikut transfer dana ke seluruh bank di Indonesia dan penerimaan remitansi (pencairan kiriman dari luar negeri). Meskipun baru beroperasi di 3 negara, volume layanan remitansi sudah mendekati Rp1 triliun per bulan.

3.    PT Indonesia Digital Exchange untuk membidik pasar aset kripto di Indonesia. Platform ini telah mengantongi izin sebagai pedagang aset kripto yang resmi terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

4.    Solusi DXP (Digital X’formation Platform) untuk membantu kesiapan sisi teknologi perbankan menyongsong implementasi Bank Indonesia Fast Payment (BI FAST) pada akhir tahun ini. Solusi ini tidak mengubah sistem bank yang melakukan transformasi, melainkan menambahkan satu layer berupa digital payment switch yang di-deployed pada server IBM untuk menjaga stabilitas serta scalable dari platform.

Anabatic Technologies termasuk salah satu perusahaan penyedia solusi IT terbesar di Indonesia. Sayangnya, perusahaan masih bergumul dengan utang yang semakin membengkak di tengah kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang semakin merosot. Poin ini sangat penting untuk diperhatikan oleh investor, di samping outlook bisnis IT-nya yang memang cemerlang.

Harga Saham ATIC

Dalam RUPSLB di pertengahan tahun 2021, PT Anabatic Technologies menunjuk mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan sebagai Komisaris Independen sekaligus Komisaris Utama. Dalam kesempatan yang sama, RUPSLB juga menyetujui atas rencana mengalihkan dan/atau menjadikan jaminan utang atas aset-aset yang dimiliki Perseroan dan/atau memberikan jaminan dalam bentuk jaminan perusahaan (corporate guarantee) yang nilainya lebih dari 50 persen.

Penunjukan Ignasius Jonan sebagai Komut tentu merupakan sebuah kabar baik bagi investor. Beliau memiliki rekam jejak yang sangat baik dalam membenahi kinerja perusahaan-perusahaan swasta dan pemerintah. Namun, patut untuk dicatat pula bahwa pembenahan itu belum tampak dalam kinerja ATIC saat ini. Masih terlalu dini untuk membeli saham ATIC sekarang, bahkan sekalipun kita memperkirakan kinerjanya ke depan bakal membaik.

Lalu, kapan saat yang tepat untuk berinvestasi pada ATIC? Pertama, perusahaan harus terlebih dahulu menguraikan jeratan utang yang membelitnya. Kedua, harga saham ATIC mungkin perlu turun lagi ke tingkat yang lebih murah.

Saat artikel ditulis (20/10/2021), saham ATIC pada harga Rp635 per lembar memiliki PBV sebesar 6,99x dan PER sebesar -17,33x. Rasio PBV tersebut mengisyaratkan bahwa harga saham ATIC sudah overvalue.

Apabila kamu berminat untuk berinvestasi pada saham teknologi, terdapat sejumlah saham lain yang kini memiliki fundamental lebih baik dan valuasi lebih murah daripada ATIC. Misalnya PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) dan PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL).

Artikel Terkait