Ajaib.co.id – Memiliki portofolio saham sudah seharusnya dilakukan oleh kamu yang ingin menjadi investor, apalagi jika kamu menjalankan kegiatan investasi secara individual. Kamu harus banyak belajar dan banyak melakukan strategi jitu agar investasimu menghasilkan profit yang maksimal.
Portofolio saham di sini maksudnya adalah susunan saham yang kamu miliki. Ketika berinvestasi kamu diperbolehkan memiliki beberapa saham yang berbeda.
Warren Buffet juga melakukan strategi ini. Ia tidak hanya memiliki saham Coca-Cola, tapi banyak perusahaan lain yang sahamnya ia miliki. Bahkan, hampir semua saham itu menghasilkan untuknya, jadi wajar saja ia menjadi salah satu orang paling kaya di dunia.
Tapi tentunya kamu tidak boleh asal dalam memilih saham. Disinilah strategi membangun portofolio saham yang baik perlu kamu ketahui. Kamu pasti inginnya selain menguntungkan, saham-saham yang kamu miliki itu memiliki risiko yang kecil sehingga kamu pun bisa tertidur dengan nyenyak.
Apa itu Portofolio Saham?
Portofolio saham adalah kumpulan aset investasi saham, baik yang dimiliki oleh perorangan maupun perusahaan. Harry Markowitz menulis artikel tentang teori portofolio di Journal of Finance dengan judul Portofolio Selection (1952) dan buku dengan judul Portofolio Selection: Efficient Diversification of Investment (1959).
Karya-karya inilah yang menjadi dasar pendekatan statistik untuk menghitung risiko dan return sebuah sekuritas dan portofolio. Menurut Markowitz, return portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari return realisasi masing-masing sekurias tunggal dalam portofolio.
Berbeda dengan return portofolio, risiko portofolio bukan merupakan rata-rata tertimbang dari seluruh sekuritas tunggal yang ada didalam portofolio. Risiko portofolio bisa lebih kecil dari risiko terimbang masing-masing sekuritas tunggal.
Markowitz menunjukkan bahwa secara statistik risiko dapat dikurangi dengan menggabungkan atau menambahkan beberapa aset dalam portofolio. Syaratnya, return dari masing-masing sekuritas dalam portofolio tidak berkorelasi positif sempurna. Markowitz berhasil membuat formula untuk membuat sebuah portofolio optimal.
Dengan memperhatikan korelasi antara aset atau sekuritas, dapat dihasilkan sebuah portofolio return tertinggi dengan risiko tertentu atau dengan return tertentu didapatkan sebuah risiko terendah.
Jenis-Jenis Portofolio Saham
Dalam menyusun portofolio saham, investor dapat memiliki lebih dari satu portofolio yang komposisinya bisa diatur secara fleksibel. Artinya, kamu. bisa menyesuaikan dengan tujuan dan kondisi pembuatan masing-masing portofolio saham. Berikut jenis portofolio saham dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
1. Portofolio Saham Agresif
Jenis portofolio ini terdiri atas kumpulan aset saham dengan potensi keuntungan dan risiko yang tinggi. Umumnya, portofolio ini didominasi saham lapis dua dan tiga dengan ciri pergerakan saham yang sangat fluktuatif.
2. Portofolio Saham Defensif atau Konservatif
Portofolio saham jenis ini diisi kumpulan saham yang masuk kategori blue-chip dan pergerakan harganya relatif stabil, misalnya jenis consumer goods (perusahaan yang memproduksi barang atau jasa untuk kebutuhan sehari-hari). Karena pergerakannya yang stabil, maka portofolio ini dapat menekan risiko terhadap fluktuasi harga.
3. Portofolio Saham Income
Portofolio jenis ini akan difokuskan pada kumpulan saham yang sering berbagi dividen dalam jumlah tinggi. Investor yang aktif di Bursa Efek Indonesia dapat melihat daftar perusahaan tersebut melalui indeks IDX High Dividend 20 yang diperbarui enam bulan sekali.
4. Portofolio Saham Spekulasi
Portofolio investasi ini dibuat dengan tujuan spekulasi dengan risiko paling tinggi dibandingkan jenis-jenis lain. Saham IPO dan saham-saham lapis tiga adalah beberapa jenis yang berada dalam kumpulan portofolio saham ini.
Cara Menyusun Portofolio Saham
Ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk menyusun portofolio saham yang bagus adalah sebagai berikut:
1. Menentukan tujuan dan jangka waktu
Investasi akan lebih ideal jika memiliki tujuan yang pasti. Tujuannya tentu berbeda-beda sesuai dengan keinginan dan kepentingan. Bisa saja uang hasil investasimu digunakan untuk membangun rumah, membangun bisnis di masa depan, mempersiapkan dana pensiun, lalu digunakan untuk jalan-jalan. Semua hal itu ada di tanganmu.
Kamu dapat memilih investasi jangka panjang dan pendek. Jangka pendek biasanya lebih dikenal dengan istilah trading. Keuntungan trading mungkin jauh lebih sedikit ketimbang investasi jangka panjang, tapi jika kamu ingin punya target dan tujuan yang lebih cepat, trading cocok untuk kamu jalankan.
Jadi, lagi-lagi ini sesuai dengan kepentingan. Isi portofolio saham milikmu akan dipengaruhi oleh pemilihan jangka waktu ini.
2. Menentukan profil investor seperti apakah kamu
Ada investor yang kalem, dan lebih memilih mencari aman. Biasanya investor tipe ini akan menghindari risiko yang tinggi. Dan ini sangatlah wajar karena memang sesuai dengan karakter orangnya.
Ada lagi investor yang sangat bersemangat dan tidak ragu menggelontorkan modal yang besar untuk meraih keuntungan setinggi-tingginya.
Memang pada dasarnya semakin banyak yang kamu modalkan, semakin banyak pula keuntungan yang akan didapatkan. Namun, investor seperti ini harus siap rugi karena profil risiko yang diambilnya memang tinggi. Pada dasarnya mereka yang punya sifat seperti ini, memang sudah siap uangnya hilang.
Profil investor ini juga bisa memengaruhi isi portofolio saham milikmu. Untuk tipe investor moderat dan investor konservatif cenderung menghindari risiko tinggi dan mungkin kamu akan lebih memilih instrumen investasi saham-saham yang harganya terlihat stabil. Dan untuk tipe investor yang agresif akan memilih membeli saham-saham yang harga di awal mungkin rendah, tapi mereka percaya suatu saat harganya bisa naik dan mendatangkan profit atau imbal hasil berlipat pada mereka.
3. Menyesuaikan dengan modal yang dimiliki
Sekarang siapa saja bisa melakukan investasi dari modal yang paling minim sekalipun. Dari modal yang minim kamu tetap bisa menghasilkan keuntungan. Jika kamu punya modal yang cukup besar, kamu bisa saja menghabiskan modal itu untuk berinvestasi.
Namun, yang lebih aman tentunya mengalokasikan modal dengan hati-hati. Untuk diawal sebaiknya kamu melakukannya perlahan terlebih dahulu untuk beradaptasi. Jadi, semuanya bisa disesuaikan dengan modal dengan melihat langkah nomor satu dan dua.
Jika kamu adalah seorang trader akan lebih baik modal yang kamu gunakan untuk transaksi hanya sekitar 30% dari modal secara keseluruhan. Trading cukup berisiko tinggi karena pergerakan harga saham yang setiap harinya naik-turun secara signifikan. Untuk itu kamu perlu bermain cantik di sini.
4. Menyeimbangkan risiko dan return
Banyak yang tidak menyadari bahwa penyeimbangan antara risiko dan return ini perlu dilakukan. Terutama untuk kamu yang punya saham lebih dari satu jenis.
Akan sangat bagus apabila kamu memilih saham yang nilai harganya stabil digabungkan dengan saham yang bisa kamu lihat potensi harganya akan naik di masa depan. Contohnya seperti value stock dan juga growth stock.
Mengapa kamu harus memiliki keduanya? Agar portofoliomu seimbang. Jadi, misalnya saham satunya mengalami kerugian, akan ditutupi dengan keuntungan yang didapatkan saham lain.
Penyeimbangan ini harus dipantau agar kamu tidak terlena dengan yang didapatkan. Akan cukup berbahaya jika kamu mengalami kerugian terus yang lebih besar dibandingkan keuntungan yang didapatkan.
5. Lakukan diversifikasi investasi
Agar portofolio saham terlihat lebih baik lagi, tidak ada salahnya melakukan diversifikasi investasi. Ada investasi properti yang bisa kamu jalankan karena dapat mendatangkan penghasilan pasif padamu, ada investasi emas yang bisa membantumu ketika ekonomi negara sedang tidak stabil karena biasanya harga emas akan cenderung naik, ada obligasi yang bunganya jauh lebih tinggi dibandingkan deposito.
Bermacam-macam investasi tersebut bisa kamu andalkan sembari menjalankan investasi saham. Tujuan dilakukannya diversifikasi adalah untuk mengurangi risiko investasi yang ada di hadapanmu. Ini strategi yang bisa kamu lakukan, selain pilihan-pilihan di atas.
Strategi Investasi Saham Berdasarkan Tipe Portofolionya
Berdasarkan faktor fundamental perusahaan maka yang namanya kegiatan investasi saham dikelompokkan menjadi beberapa tips strategi yaitu Income Investing, Growth Investing, dan Value Investing.
1. Income Investing
Strategi investasi Income Investing adalah strategi yang dilakukan dengan cara membeli saham yang secara rutin membagi hasil keuntungan atau dividen yang kemudian kita sebut saham tersebut dengan istilah Income Stock.
Strategi ini sangat cocok untuk investor yang mempunyai tujuan mendapatkan penghasilan rutin dari saham. Strategi ini mempunyai risiko yang kecil karena perusahaan yang dibeli sudah mampu menghasilkan keuntungan setiap tahunnya.
Kriteria Income Stock:
- Perusahaan selalu mampu menumbuhkan pendapatannya dari tahun ke tahun sehingga mampu memberikan dividen secara rutin kepada pemegang saham.
- Besarnya dividen yang dibayar kepada pemegang saham setiap tahun selalu bertumbuh dan kita bisa memilih perusahaan yang memberikan dividen dengan pertumbuhan diatas 10%.
- Mempunyai dividen yield yang lumayan besar. Dividen yield adalah perbandingan antara besarnya dividen yang dibayar dengan harga saham.
2. Growth Investing
Strategi investasi Growth Investing adalah strategi yang dilakukan dengan cara membeli saham yang mempunyai potensi terus bertumbuh pendapatannya di masa depan. Kemudian saham yang masuk dalam kategori seperti ini kita sebut dengan istilah Growth Stock.
Strategi investasi ini biasanya tidak terlalu mempedulikan harga wajar saham itu sendiri dan bahkan bisa membeli saham dengan harga yang sangat tinggi asalkan saham tersebut mempunyai potensi tumbuh yang tinggi di masa depan.
Strategi ini mempunyai risiko yang kecil karena perusahaan sudah mampu terus bertumbuh dan menghasilkan keuntungan.
Kriteria Growth Stock:
- Mempunyai pertumbuhan Earning Per Share (EPS) yang tinggi setiap kuartal terakhir dibandingkan dengan kuartal yang sama pada tahun sebelumnya.
- Mempunyai pertumbuhan Return On Equity (ROE) rata-rata 15% – 20% pertahun dengan pengambilan data lima tahun terakhir.
- Perusahaan yang termasuk perusahaan yang terus bertumbuh adalah perusahaan yang mampu menghasilkan rata-rata Profit Margin yang kuat. Untuk data yang diambil adalah data lima tahun terakhir.
3. Value Investing
Strategi investasi Value Investing adalah strategi yang dilakukan dengan cara membeli saham yang harganya berada jauh di bawah harga wajarnya (undervalued) atau dianggap murah.
Startegi investasi ini juga diterapkan oleh salah satu investor guru yaitu Warren Buffet. Ia selalu mampu membeli saham di harga yang sangat murah terutama ketika terjadi koreksi besar-besaran di pasar saham.
Dan ketika kita bisa membeli saham pada posisi harga murah (undervalued) maka secara langsung sebenarnya kita sudah mendapatkan keuntungan dan hanya perlu duduk manis melihat saham yang kita beli menghasilkan keuntungan untuk kita.
Ketika kita berinvesatsi ala Value Investing berarti kita sedang berinvestasi pada saham-saham yang dihargai murah (undervalued). Untuk investasi ala value investing hal yang paling diperlukan adalah kesabaran dan keberanian.
Karena pada kondisi normal jarang sekali kita akan menemukan saham yang undervalued dan biasanya kita akan menemukan saham undervalued ketika pasar sedang dalam kondisi koreksi.
Namun seringnya jika kita dihadapkan dengan kondisi seperti ini kita malah ketakutan untuk membeli saham tersebut, itulah mengapa dikatakan butuh keberanian.
Kriteria Value Stock:
- Harga saham di pasar berada di bawah harga wajarnya.
- Memiliki rasio keuangan Debt to Equity Ratio (DER) yang kecil dengan saran adalah sebesar kurang dari 1.
- Memiliki Current Ratio yang tinggi karena dengan memiliki nilai Current Ratio diatas 1.5 maka kita yakin bahwa perusahaan tersebut mampu membayar utang jangka pendeknya ketika terjadi krisis ekonomi.
- Memiliki pertumbuhan Earning Per Share (EPS) positif minimal lima tahun ke belakang.
- Memiliki rasio keuangan Price to Book Value (PBV atau P/BV) kurang dari 1, dan juga bandingkan dengan industri perusahaan sejenis.
- Memiliki rasio keuangan Price Earning Ratio (PER) sebesar kurang dari atau sama dengan 9.0.
Jika kamu berhasil menerapkan langkah-langkah di atas, portofolio sahammu pun akan terlihat menjanjikan dan rapi. Di sinilah maksud dari portofolio saham yang tidak boleh asal-asalan karena semua harus diperhitungkan secara saksama. Untuk membangun portofolio yang rapi memang membutuhkan waktu, dan modal yang cukup, kamu bisa melakukannya secara perlahan dengan terus memantau apa saja yang terjadi di pasar saham. Intinya jangan sampai kecolongan agar risiko dan return posisinya bisa selalu seimbang.
Nah, untuk memulai investasi saham, kamu bisa memulainya lewat aplikasi Ajaib. Di Ajaib, kamu bisa memulai investasi dengan modal mulai dari Rp100 ribu. Kamu juga bisa menyusun portofolio dengan lebih mudah, karena Ajaib menyediakan berbagai saham di banyak industri mulai dari kesehatan, makanan, keuangan, retail, dan masih banyak lagi.
Kamu juga tidak perlu khawatir masalah keamanan, karena Ajaib telah terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang menjamin keamanan dana investasi kamu. Bagi kamu yang berinvestasi lebih dari 2M, kamu juga bisa bergabung ke dalam Ajaib Prime.
Dengan Ajaib Prime, kamu bisa mendapatkan layanan premium mulai dari konsultasi portofolio, laporan keuangan eksklusif, bebas biaya broker, dan masih banyak lagi. Jadi tunggu apalagi? Mulai investasi kamu sekarang juga di Ajaib!