Reksa Dana

Reksa Dana Pasar Uang Bisa Alami Kerugian?

Reksa Dana Pasar Uang Bisa Alami Kerugian?

Ajaib.co.id – Reksa dana pasar uang sering dianggap sebagai solusi investasi aman dengan imbal hasil investasi yang lebih stabil. Bahkan ada anggapan kalau instrumen satu ini merupakan opsi investasi pasti untung dan anti rugi. Reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana saham bisa minus, tapi reksa dana jenis ini pasti naik. Benarkah demikian? Artikel ini akan mengulas fakta seputar instrumen pasar uang.

Investasi apa pun selalu mengandung unsur risiko. Akan tetapi, kadar risiko dalam setiap aset investasi itu berbeda-beda. Investor mengenal pepatah, “high risk, high return; low risk, low return“. Instrumen pasar uang tergolong dalam investasi yang “low risk, low return“, seperti halnya deposito berjangka yang tersedia di semua bank umum.

Jadi, apakah reksa dana pasar uang bisa rugi? Ya, instrumen pasar uang bisa rugi. Hanya saja, kandungan risiko dalam reksa dana jenis ini sangat kecil. Kita lebih sering menyaksikan return pasar uang yang rendah (antara 3-7% per tahun) daripada minus. Mengapa bisa begini? Karena instrumen investasi dalam reksa dana jenis ini memiliki jangka waktu lebih singkat dan fluktuasi lebih minim.

Apa itu Reksa Dana Pasar Uang?

Reksa dana pasar uang adalah jenis reksa dana yang menghimpun dana dari masyarakat atau pemodal yang sebagian besar dana kelolaannya pada produk-produk di pasar uang/money market seperti deposito, Surat Berharga, Surat Perbendaharaan Negara (SPN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), obligasi jangka pendek, dan lain sebagainya. Semua instrumen yang tercakup dalam pasar uang memiliki dua karakteristik khas: risiko rendah dan jangka waktu pengembalian kurang dari 1 tahun.

Jangka waktu pengembalian yang sangat singkat itu merupakan alasan utama mengapa reksa dana jenis ini seolah-olah dapat memberikan keuntungan secara konstan tiap bulan (walaupun jumlahnya sangat kecil). Apalagi sebagian besar instrumen itu cenderung memberikan bunga yang jarang berfluktuasi atau malah bersifat tetap.

Seiring pengembalian yang stabil, kita semua harus memahami pula bahwa beragam instrumen investasi tersebut tetap mengandung risiko. Bunga SPN dan SBI memang terjamin oleh undang-undang. Tapi bagaimana jika obligasi mengalami gagal bayar?

Bagaimana jika deposito berkaitan dengan bank yang mengalami masalah likuiditas dan terpaksa gulung tikar? Atau jika semua skenario itu kelihatan abstrak, mari tengok risiko lain yang lebih konkret: bagaimana jika suku bunga deposito semakin merosot? Semua itu merupakan risiko nyata bagi investor pasar uang.

Kenapa Reksa Dana Pasar Uang Bisa Turun?

Kamu bisa mengukur kinerja reksa dana dengan membandingkan harga atau NAB/UP di akhir periode dengan di awal periode. Jika nilainya naik, berarti kinerjanya positif, namun jika turun berarti kinerjanya negatif.

Kinerja atau pergerakan harga reksa dana ini diakibatkan terjadinya perubahan nilai aset-aset yang ada di dalam portofolio reksa dana tersebut. Untuk instrumen pasar uang, aset-aset ini berarti deposito dan obligasi dengan jatuh tempo kurang dari setahun.

Keuntungan Pasar Uang

Nah, bagi kamu yang ingin memulai investasi di instrumen pasar uang, di bawah ini adalah beberapa keuntungan yang bisa kamu dapatkan:

1. Keuntungan yang Stabil

Ketika kamu memiliki tujuan keuangan di masa depan yang sudah direncanakan, maka kamu perlu memperkirakan jumlah dana yang akan dikeluarkan. Sehingga kamu butuh instrumen investasi yang memberikan angka keuntungan relatif tetap.

Instrumen inilah yang bisa jadi pilihan karena memiliki sifat keuntungan yang cenderung tidak fluktuatif dan tidak terguncang oleh kondisi ekonomi global. Investasi ini cocok buat kamu investor pemula dan ingin berinvestasi jangka pendek.

2. Suku Bunga Lebih Tinggi

Reksa dana ini memiliki keuntungan yang lebih tinggi dibanding instrumen deposito. Di mana, kekeuntungan yang didapatkan dari instrumen ini berasal dari kenaikan nilai aset-aset didalamnya. Semakin tinggi kenaikan nilai aset, semakin tinggi juga keuntungan yang didapatkan.

3. Dana yang Mudah Dicairkan

Dengan memilih jenis reksa dana ini, kamu bisa mencairkan dana kapan saja tanpa harus menunggu jatuh tempo. Misalnya, tujuan awal kamu ingin menyimpan dana selama tiga tahun, namun di tahun pertama ada kebutuhan darurat yang mengharuskan kamu menggunakan dana yang sudah tersimpan. Maka, saat itu juga kamu bisa mencairkan dana tanpa harus menunggu jatuh tempo dan dijatuhkan penalti.

4. Mulai dari Rp10.000

Untuk berinvestasi di instrumen ini pun kamu tidak butuh modal yang besar. Mulai dari Rp10 ribu kamu sudah bisa berinvestasi dengan mudah. Selain itu, keuntungan yang didapatkan pun tidak tergantung besaran modal awal, tapi memiliki suku bunga yang sama untuk berapapun jumlah uang investasi.

5. Bebas Biaya Pembelian dan Penjualan

Ketika kamu ingin membeli ataupun menjual reksa dana ini, kamu hanya akan dikenakan biaya minim dan bahan ada yang gratis tanpa biaya apapun sehingga kamu bebas untuk membeli atau menjualnya kembali kapan saja, ketika kamu membutuhkannya.

6. Minim Risiko

Dengan reksa dana ini, kamu terhindar dari besarnya beban risiko yang dimiliki produk investasi lain. Di mana, jenis ini memiliki risiko yang cenderung kecil bahkan nyaris tidak ada. Produk investasi ini sangat cocok untuk mereka yang ingin berinvestasi namun khawatir dengan risiko yang ada.

Risiko Reksa Dana Pasar Uang

Terdapat sedikitnya tiga risiko reksa dana jenis ini, yang bersumber dari karakteristik instrumen investasinya maupun pengelolaan manajer investasi. Berikut ini ketiga risiko investasi reksa dana tersebut:

1. Risiko Gagal Bayar

Sebagaimana yang telah diungkapkan di atas, ada kemungkinan obligasi mengalami gagal bayar. Risiko ini khususnya dihadapi oleh instrumen pasar uang yang mengalokasikan terlalu banyak dana kelolaan pada obligasi korporat. Apabila obligasi korporat itu diterbitkan oleh perusahaan yang bonafide, pengembaliannya akan sangat menguntungkan. Tapi kalau obligasi korporat itu berkaitan dengan perusahaan pailit, maka gagal bayar dapat terjadi.

Oleh karena itu, kita perlu selalu memeriksa lembar fakta (fund fact sheet) sebelum membeli unit reksa dana mana pun. Lembar fakta itu telah menunjukkan jajaran instrumen investasi yang tercakup oleh reksa dana. Kalau masih belum jelas, tanyakan langsung kepada manajer investasi mengenai kualitas instrumen-instrumen dalam portofolionya.

2. Risiko Manajer Investasi

Investor reksa dana mempercayakan pengelolaan uangnya kepada Manajer Investasi (MI). Asumsinya, MI lebih kompeten dan memiliki skill untuk mengembangkan dana investasi. Tapi kalau MI tidak benar-benar kompeten, maka nilai aktiva bersih (NAB) bisa jadi jeblok meski dalam kondisi market yang baik-baik saja. Mismanajemen seperti ini cukup langka, tetapi pernah terjadi.

Kita harus selalu meneliti latar belakang MI yang akan dipercaya mengelola uang kita. Jangan hanya karena melihat grafik return yang naik terus, lalu langsung setor dana besar-besaran. Sebelum mengikuti reksa dana apa pun, periksa dulu latar belakang perusahaan MI dan berapa besar dana kelolaannya (Asset Under Management/AUM). Perusahaan MI yang memiliki sejarah lebih panjang dan dana kelolaan lebih besar, biasanya juga lebih berpengalaman.

3. Risiko Likuiditas

Likuiditas berkaitan dengan pencairan reksadana, risiko ini muncul ketika manajer investasi terlambat menyediakan dana untuk membayar pencairan (redemption) yang dilakukan. Namun, menurut peraturan, pembayaran dana dalam hal pencairan harus dilakukan manajer investasi dalam maksimal tujuh hari kerja (Sabtu, Minggu, dan hari libur tidak dihitung).

4. Risiko Redemption Masif

Dalam dunia reksa dana, redemption merujuk pada penjualan atau pencairan unit penyertaan yang telah dibeli oleh investor. Redemption dalam kondisi market wajar biasanya terjadi dalam tingkat lebih rendah daripada subscription (pembelian unit penyertaan). Tapi, tak tertutup kemungkinan suatu saat kelak terjadi redemption besar-besaran oleh satu investor atau lebih di tengah sepinya subscription.

Umpama sebuah instrumen pasar uang memiliki dana sebesar Rp1 milyar, sedangkan arus redemption mencapai Rp750 juta dan subscription hanya Rp50 juta. Dalam situasi ini, Manajer Investasi kemungkinan terpaksa memenuhi permintaan redemption dengan cara melepas instrumen obligasi dll di bawah harga beli dan tanpa menerima bunga reguler. Akibatnya, nilai investasi kita pun ikut jatuh.

Situasi redemption masif seperti itu tak pernah terdengar di Indonesia. Namun, kemungkinan skenario terburuk sekecil apa pun tetap eksis. Bagaimana cara mengatasinya? Mudah saja. Aturlah portofolio investasi yang terdiversifikasi dengan bijak.

Diversifikasi artinya mengalokasikan dana investasi ke dalam beberapa jenis instrumen investasi berbeda. Daripada memercayakan semua dana investasi dalam satu produk reksa dana pasar uang saja, lebih baik membaginya ke dalam beberapa jenis reksa dana untuk menyeimbangkan potensi profit dan risiko. Kita juga bisa menambahkan saham atau obligasi negara untuk memperkaya portofolio.

Itulah beberapa hal mengenai reksa dana pasar uang yang perlu kamu ketahui sebelum membeli dan memulai investasi ini.

Untuk memulainya, kamu kini bisa memanfaatkan platform Ajaib. Di mana, dengan Ajaib kamu bisa memulai membeli instrumen reksa dana apapun dari mana saja dan kapan saja dengan modal awal mulai dari Rp10 ribu.

Selain itu, sekarang Ajaib telah menyediakan layanan eksklusif lewat Ajaib Prime. Dengan Ajaib Prime, kamu bisa mendapatkan layanan eksklusif mulai dari konsultasi portofolio, laporan eksklusif, diskon terbatas, dan masih banyak lagi. Yuk mulai berinvestasi sekarang di Ajaib!

Artikel Terkait